ARGANTARA

By fafayy_

53.3M 3.1M 1.1M

SUDAH DIFILMKAN🎬 SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS DAN RINCINYA ONLY NOVEL! #03~Fiksi remaja (19 maret 2021) Argan... More

01- Awal ( Dari segalanya)
02-Kehidupan Baru
03-Hukuman bersama.
04-Bukan Pilihan
07-Bolos Pertama Kali
15. I Love You, Syera
17. ARGA YANG BAPER
19- Tentang Siapa Arga
22- BUCIN
24-Surga Dibawah Telapak Kaki Arga
26-Kalau Bisa Dua kenapa Harus Satu
33-Kehilangan Separuh Hidup
34- MONYET BARU
36-Full Night With My Girl
39-Tujuan Hidup
41- Orang Cantik
43. Pewarna rambut
44-Usulan nama
45- Awal yang buruk atau awal yang baik?
46- Mengikhlaskan
47-Perayaan Baby Janson
48- Santoso vs Ferguso
49-Tuyul Kembar
51- Rudi Oh Rudi
52- Musnahkan Janson
53- Hukuman berjamaah
54-Ujian Nasional
55- Dukun
56. Seblak Argasyera
57. Ada yang baru nih!
58- Dua Garis?
59-Mengungkapkan
60- Masalah susu Bumil
61-Tragedi Mangga Muda
62-Keti
64-Rujak Tengah Malam
65-Welcome Baby Kecebong
66-GIBRAN DIRGANTARA REYNAND
67- Arga Syera Gibran (Ending)
CERITA GIBRAN
SEGERA HADIR
COMING SOON PRE-ORDER IN JUNE-!
PENJELASAN!
H-5 PREE-ORDER ARGANTARA
PRE-ORDER ARGANTARA
SEGERA DI MULAI!!.
TYSM-!
INFORMASI BUAT KALIAN
Promo sale

38-Pertandingan Basket

830K 72.3K 19K
By fafayy_



°°°°°

Pagi hari ini, Syera disibukkan dengan keperluan suaminya. Karena Arga hari ini melaksanakan lomba basket antar sekolah, ada lima sekolahan yang terdaftar dalam perlombaan bola basket tersebut, salah satunya SMA Merpati, sekolahannya.

Perihal lomba yang diadakan disekolahan Sma Merpati waktu itu sempat gagal, masih ingat dengan Aldi yang mengatakan jika ada perlombaan bola basket antar sekolah dan Sma Merpati-lah tuan rumahnya.

"Gak mau sarapan dulu?" Tanya Syera pada Arga yang tengah memasukkan baju basket kedalam tasnya.

Arga melihat jam yang bertengger ditangannya. "Enggak usah, udah jam enam nanti telat. Sarapan disana aja," ucapnya.

Syera mengangguk paham, keduanya berjalan keluar rumah. Gadis itu mengantarkan Arga sampai depan pintu.

Gadis itu sedikit lega karena hari ini tidak diawali dengan perdebatan-perdebatan kecil lagi. Biasanya entah itu berebut kamar mandi, entah tiba-tiba Arga yang mesum dan masih banyak lainnya.

"Nanti kalo udah pulang sekolah jangan lupa dateng, ajak Ghea juga," Syera menganggukkan kepalanya.

"Gue berangkat dulu, lo nanti dijemput Elang berangkat sekolahnya," ucap Arga langsung diangguki dari kepala Syera.

"Seharian ini jangan macem-macem disana," lanjutnya.

"Macem-macem apa sih, Ga?" Tanya Syera.

"Lo sering deket sama Aldi apalagi sama Gerald. Disana ada mata-mata gue banyak. Mereka bakal mata-matain lo, bahkan fotoin setiap aktifitas lo," Syera berdecak kesal. Dirinya seperti buronan saja.

"Iya-iya."

Arga melihat jamnya kembali. Jamnya menunjukkan pukul 06:15, yang artinya lima menit lagi bus yang akan ia tumpangi bersama teamnya akan berangkat.

"Sini," titah Arga menyuruh Syera mendekat.

Tanpa pertanyaan apapun yang keluar dari bibir manisnya itu. Lantas Syera segera mendekat, entah pagi ini suasananya jadi berbeda tidak seperti sebelumnya. Arga mengecup lama kening gadis itu lalu mengusap surai rambut hitam pekat yang terurai bebas itu.

"Gue tunggu disana." Ucap Arga.

Setelah itu, cowok bertubuh tinggi tersebut membalikkan badannya hendak keluar dari pekarangan rumahnya. Sebelum teriakan cempreng itu kembali terdengar.

"Arga, tunggu!" Teriak Syera saat melihat Arga hendak memasuki mobil pribadinya. Dirinya dihantar oleh supir orang tuanya untuk sampai di SMA Merpati dan bergabung dengan timnya.

Arga membalikkan badannya, mendapati Syera yang tengah berlari kearahnya. Cowok itu mengerutkan dahinya saat Syera mengulurkan tangannya. Mau minta uang?

"Kan tadi udah gue kasih uang, masih kurang, hm?" Tanya Arga, tangan kekar itu meraih saku celananya, namun dengan cepat dicegah oleh Syera.

"Bukan itu, ih!" Kesalnya.

"Terus apa, by?" Gadis itu berdecak tidak suka. Dipanggil dengan sebutan 'by' membuatnya merasa dipanggil babi.

"Salim," ucap Syera sedikit malu, tangannya ia julurkan lagi didepan tubuh Arga.

"Tumben, gak kesambet 'kan?"

"Serius lah! Gue marah nih," Syera menekuk wajahnya. Ini yang tidak disukai dari Arga, suka bercanda.

Arga tertawa gemas, tangan kirinya bergerak mengacak-ngacak rambut Syera, sedangkan tangan kanannya mengambil telapak tangan Syera, kemudian menempelkan punggung tangan kekar itu pada bibir mungil milik istrinya.

"Semangat ya, suami!" Seru Syera, tubuh mungilnya menabrak tubuh kekar Arga. Memeluknya dengan erat.

"Gemes banget, istri siapa ini, hm?" Arga mencubit gemas kedua pipi Syera.

"Kalo udah sampe sana jangan lupa kabarin gue, nanti kalo lo nyasar 'kan bahaya. Gue tidur sendirian dong," ujar Syera pura-pura sedih.

Arga terkekeh. "Gak bakal, sayang. Kalo pun nanti kesasar pasti balik lagi,"

Syera menatap lugu mata tajam itu. "Emang bisa?"

"Bisa,"

"Bisa balik kesini kalo kesasar?" Tanya Syera lagi dengan lugunya. Mungkin pengaruh dari Arga yang selalu membodohi otak Syera.

"Enggak." Jawab Arga. Gelengan kecil ia perlihatkan pada gadisnya.

"Katanya bisa,"

"Iya, bisa. Tapi baliknya disini," Arga menyentuh dada Syera dengan jari telunjuknya.

"Masih pagi jangan gombal!" Syera memukul pelan lengan kekar milik Arga.

Arga tertawa hingga matanya sedikit menyipit. Untuk pertama kalinya Syera baru sadar, suaminya ini begitu tampan, sangat tampan. Mata bernetra coklat itu tak sedetik pun teralihkan pada objek didepannya ini.

Sampai sentuhan yang terasa dikepalanya ia baru tersadar. Mengerjapkan matanya berkali-kali dan kembali menatap sang pemilik mata tajam itu.

"Mau cium dulu gak?" Tanya Arga dengan senyum jahilnya.

"Kan tadi udah,"

"Lagi," ucap Arga.

Syera menghela nafasnya pelan, mau nolak takut dosa. Gadis itu perlahan menganggukkan kepalanya. "Tapi dipipi aja. Awas aja kalo sampe geser dikit!"

Mau tidak mau Arga menganggukkan kepalanya. Walaupun cuma dipipi wajib disyukuri, kapan lagi coba pagi-pagi modus begini.

Arga memegang rahang Syera dengan kedua tangannya. Memiringkan wajahnya untuk mengecup pipi sebelah kanan gadis itu, kemudian memiringkan wajahnya lagi untuk mengecup pipi yang sebelah kiri.

Menarik wajahnya dari pipi Syera dan memandangi wajah gadisnya yang nampak memerah.

Satu kecupan terakhir mendarat hangat dikening Syera. "Terakhir ini buat bonus,"

"Tumben gak nyosor di bi---"

"Emang mau?" Potong Arga. Syera menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Yang dibibir, " Arga menunjuk bibir Syera dengan jemari telunjuknya. "Buat nanti malem."

°°°°°°

Gadis dengan rambut sepunggung terhitung sudah banyak kali ia menghela nafasnya bosan. Berkali-kali ia menahan kantuknya agar tidak kebablasan tidur dipelajaran mapel Pak botak.

Syera mengetuk-ngetukkan pulpennya dimeja. Melirik tanpa minat kearah depan, dimana pak Botak yang berceloteh panjang lebar.

"Gue bosen, sumpah!" Ucap Ghea sedikit berbisik.

Syera menolehkan kepalanya. "Lo kira cuma lo doang? Gue juga kali,"

"Lo mah bosen ada alasannya. Gue apa alasannya? Tiap hari gue juga gini, bosen mulu," tutur Ghea.

"Alasan gue apaan? Emang bosen harus ada alasan? Gila lo!" Tangan mungil itu memukul jidat Ghea yang lebar menggunakan pulpennya.

"Arga. Lo kan sekarang bucin banget sama dia, pasti lo gak mood gara-gara Arga gak berangkat kan?" Tuding Ghea. Mata yang dihiasi softlens berwarna biru muda itu menatap curiga kearah sahabatnya.

"Gak jelas lo!" Syera memalingkan wajahnya kedepan, takut-takut jika ketahuan ribut oleh pak Botak. "Kayak gak ngaca, lo tuh lebih bucin parah sama Johan. Mentang-mentang udah deket lagi, snap Whatsapp sama snapgram penuh sama foto Johan. Padahal belum balikan,"

Ghea berdecak. "Lo gak seneng liat gue balikan sama Johan?" Tanya Ghea. Mimik wajahnya berubah sok sedih.

Syera menatap jijik wajah Ghea yang dibuat murung. "Jijik gue. Seneng sih seneng lo bisa balik lagi sama Johan. Tapi dengan cara lo begitu yang sedikit berlebihan, lo kesannya berharap sama Johan tau, Ghe,"

"Kan emang berharap," timpal Ghea sedikit cepat.

Syera menatap jengah kepada sahabat tololnya ini. "Terserah lo!"

Syera berjalan keluar meninggalkan Ghea saat pelajaran Pak Botak baru saja berakhir. Mengurusi sahabat seperti Ghea memang harus ada ekstra kesabaran penuh. Ya, begitulah gambaran sahabat. Dinasehati salah, nggak dinasehati disangka nggak peduli.

"Heh! Tungguin gue dong setan!"

°°°°

Suara Pluit dari sang wasit menggema dilapangan sekolah SMA Taruna. Arga mengusap keringat yang membanjiri wajahnya dengan gusar. Dalam babak pertama ini ia belum mencetak poin sama sekali.

Lawannya ini bisa dikatakan cukup susah. Strategi dan cara mainnya pun tak kalah handal dengannya. Arga mengecek ponselnya sebentar setelah mendapat arahan dari sang coach tadi.

Jemarinya bergerak membuka roomchatnya dengan Syera yang hanya ceklis satu saja. Arga menaruh kembali ponselnya didalam tasnya lantaran telinganya mendengar Pluit dari sang wasit kembali terdengar, menandakan babak kedua dimulai.

"Kali ini kita gak boleh kalah. Lo liat cowok bernomor punggung sembilan itu?" Arga menunjuk cowok dengan setelan baju basket berwarna hijau, dengan nomor punggung sembilan. Semua menganggukkan kepalanya.

"Dia handal bukan main, pasang strategi kalian. Bila perlu awasi gerak-gerik dia, ikuti kemana pun dia nyerang kita. Paham?"

"Paham, Ga!" Jawab mereka serempak.

Satu persatu dari mereka saling bertos ria ala anak cowok dan saling menyemangati satu sama lain.

Johan datang dengan gaya coolnya. "Gak usah risau, gue yakin kita bakal menang. Lo liat disana," Johan menunjuk dua gadis yang duduk diantara kerumunan suporter. "Ada Syera disana,"

Arga melirik gadis yang ditunjuk oleh Johan. Senyum tipis terbit dibibir cowok itu. Menganggukkan kepalanya saat Syera melambaikan tangannya. Arga berlari kedalam lapangan. Semangatnya bangkit lagi, gadis yang ia tunggu sedari tadi akhirnya datang juga.

Begitu bola basket dilambungkan tinggi-tinggi oleh sang wasit, dengan cepat Arga menyerobot mengambil alih bola itu. Mendribble sebentar kemudian mengoper kepada Johan.

Dan dengan lihainya, Johan menguasai bola tersebut, mengopernya kepada satu timnya dan dimasukkan dengan lancar kedalam ring tersebut.

Kembali kepermainan, dua tim itu saling adu kelincahan, dan kecepatan. Johan yang notabennya atlet lari pun dengan cepat merebut bola basket ditangan lawannya. Mengoperkan kepada timnya hingga mencetak point kembali.

"Gila sih, keren parah." Gumam Syera. Matanya menangkap cowok dengan rambut yang dikucir satu diatas. Arga.

"Astaghfirullah. Syer, boleh gak sih gue oleng ke suami lo bentaran aja?" Saut Ghea, matanya tak lepas dari pergerakan Arga.

"Udah hak gue!" Syera menoyor kencang jidat Ghea.

Cukup lama dua tim itu bermain. Hingga berlanjut kebabak selanjutnya, babak penentuan. Syera melambaikan tangannya saat mata tajam itu meliriknya, bibir gadis itu bergerak seolah-olah memberi ucapan.

"Semangat!" Teriak Syera cukup lantang.

Beberapa menit berlalu hingga suara pluit kembali terdengar. Suara riuh tepuk tangan menggema dilapangan basket ini. Tim SMA Merpati yang memenangkan perlombaan ini. Kedua tim itu saling berjabat tangan memberi ucapan selamat dan semangat, tidak ada perselisihan selama bermain tadi.

"Gue akui lo pantes buat menang, strategi dan cara main lo keren," ucap salah satu dari anggota tim SMA Taruna.

"Thanks. Lo juga keren tadi, sampe gue harus susun strategi mateng-mateng buat kalahin lo," Arga tersenyum tipis.

Cowok itu terkekeh pelan. "Bisa aja lo. Sampe ketemu lagi diperlombaan berikutnya, bro." Arga menganggukkan kepalanya. Menepuk dua kali bahu cowok bernomor punggung sembilan itu.

Usai saling berjabat tangan tadi. Arga bersama timnya duduk dibansal, mengambil air mineral yang sudah disediakan oleh pengurus osis sekolah ini. Cowok itu mengambil dua gelas air mineral dan meneguknya hingga habis.

"Menang nih tadi, selamat sayang," Arga menolehkan kepalanya ke sumber suara.

Lantas cowok itu menaruh gelas air mineralnya yang tinggal setengah. Menepuk lantai disampingnya pertanda menyuruh gadis itu mendekat.

"Tumben manggil sayang," Arga menyelipkan anak rambut Syera yang menutupi mata gadis itu.

"Sengaja, biar capeknya ilang," ucap Syera dengan senyum lebarnya.

"Gak capek kalo udah ada lo disamping gue," ujar Arga. Mengusap kening gadisnya yang basah dengan keringat.

"Naik apa tadi kesini?" Tanya Arga.

"Naik taxi, bareng Ghea juga,"

Arga menganggukkan kepalanya. "Terus Ghea mana?"

"Tuh," Syera menunjuk Ghea dengan dagunya. Sahabatnya itu tengah duduk berdua dengan Johan, sama seperti dirinya dengan Arga.

Arga mengecup pipi tembam Syera dengan cepat. Takut-takut jika terciduk oleh yang lainnya.

"Mau ikut gak?"

"Kemana?" Tanya Syera. Tangan mungilnya memainkan gelang hitam yang melingkar dipergelangan tangan Arga.

"Toilet," ucap Arga. Syera menghentikan aktifitasnya begitu telinga tajamnya mendengar satubkata yang keluar dari bibir suaminya.

Syera menatap malas wajah Arga. "Kalo cuma buat nemenin kencing doang gak mau gue,"

"Enggak. Temenin gue ganti baju, lo tunggu diluar,"

"Ya, iyalah diluar. Lo kira nunggu didalem sambil mantengin lo ganti baju gitu?" Ucapnya kesal.

"Boleh juga ide lo, gak pernah kan lo liat gue ganti baju?" Arga menaikkan sebelah alisnya menggoda gadisnya.

Syera berdecak kesal. "Lo sendiri aja sana, gue tunggu disini aja," ucapnya.

"Enggak-enggak. Ayo, nanti lo hilang lagi kalo gue tinggal,"

"Kayak apa aja."

Jemari kekar Arga menelusup pada sela-sela jari Sutera. Mengenakannya dengan erat dan menggandeng gadis itu menuju toilet cowok yang letaknya cukup jauh dari lapangan basket.

"Jalan disamping gue. Matanya lurus kedepan, banyak cowok ganteng disini. Nanti lo kepincut," kata Arga.

Syera mendengus sebal, ia juga punya mata juga kali. Mau liat cowok seganteng apapun juga itu haknya. Hitung-hitung buat cuci mata.

°°°°°

Syera menggaruk betisnya kaki kirinya dengan ujung kaki sebelah kanannya yang terbalut dengan sepatu Converse hitam. Sepuluh menit Arga tak kunjung keluar, selama ini Syera berdiri seorang diri didepan toilet cowok seperti orang gila disini.

"Lama banget. Ganti baju apa semedi, sih?!" Gumam Syera kesal.

Hingga suara deheman bariton mengalihkan pandangan Syera. Gadis itu menolehkan kepalanya dan mendapati cowok berperawakan tinggi dengan baju basket berwarna hijau.

"Siapa, ya?" Tanya Syera pada cowok tersebut.


Cowok itu mengulurkan tangannya. "Kenalin, gue Arkan. Kapten basket disini yang lawan team SMA Merpati, lo dari SMA Merpati juga 'kan?" Tanyanya sembari melirik badge yang terpasang rapih pada lengan seragam Syera.

Dengan ragu, Syera menganggukkan kepalanya. "Iya, kenapa emang?" Tanyanya.

Arkan menarik tangannya yang tak kunjung dijabat Syera, kemudian cowok itu menggaruk telinganya yang tidak gatal. Ia tidak tahu haru bilang bagiamana.

Arkan menatap Syera dengan teduh. "Gue boleh minta Id Line lo?"


"Id Line?" Beo Syera dan diangguki oleh Arkan.

"Gue----"


"Buat apa?" Syera menolehkan kepalanya kebelakang dan mendapati Arga yang berdiri dibelakangnya. Cowok itu menarik kerah baju Syera hingga membuat gadis itu mundur beberapa langkah.


"Gue cuma mau minta id line-nya dia doang. Btw, lo 'kan kapten basket SMA Merpati kan? Gue yang tadi," ujar Arkan dengan nada bersahabatnya.

"Nomor punggung sembilan?" Tanyanya. Arkan mengangguk pelan.

"Kenalan sama gue aja, jangan ajak kenalan cewek gue," ucap Arga.

"Cewek?" Beo Arkan, kemudian mata cowok itu menatap Syera dan Arga secara bergilir. "Cewek ini cewek lo?" Arga mengangguk.

"Sorry-sorry, gue gak tau tadi. Yaudah, gue duluan." Setelah mengatakan itu, Arkan melenggang pergi meninggalkan keduanya.

Arga menundukkan kepalanya menatap Syera yang jauh lebih pendek dari postur tingginya. "Baru aja gue tinggal beberapa menit udah dapet cowok baru aja,"

"Cowok baru apaan? Gue gak nanggepin dia secara berlebihan kok," ucap Syera.


"Kalo gue gak narik lo tadi bakal dikasih id line gak?"

Syera menggeleng. "Enggak."

"Alasannya?" Tanya Arga dengan alis yang terangkat sebelah.

Syera menyengir kecil."Karena gue gak punya line." Ucapnya.

"Astaghfirullah." Gumam Arga.

Ingin rasanya Arga menggigit mentah-mentah pipi Syera. Gadis ini sangat menggemaskan baginya, walau kadang galak. Langkah kaki keduanya berjalan ke arah mobil pariwisata yang terparkir didepan gedung aula serbaguna SMA Taruna

Untuk masalah piala dan piagam kejuaraan, mereka akan mengambilnya besok dengan diwakilkan oleh sang kepala sekolah.


°°°°°

TBC

Terimakasih sudah membaca part ini disela-sela kesibukanmu.

See you next part.

Continue Reading

You'll Also Like

7M 295K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
7.6K 1.3K 35
Akara dan Bagaskara tidak pernah AKSA mereka AMERTA.Bagaskara dan Akara bagaikan matahari dan bayangannya. Saling melengkapi dan tidak bisa dipisahka...
19.8M 2M 55
Sudah terbit dan tersebar di seluruh Gramedia Indonesia -Satu dari seratus sekian hati yang pernah singgah. Kamu, yang terakhir kalinya yang bakal si...
141K 9.2K 50
[END] "Bahkan hingga akhir, Senja tetap terbenam di Teluk Alaska." (sedang dalam proses revisi, banyak bab yang masih berantakan)