ARSHAKA - The Prince Charming

By wgulla_

6.2M 690K 183K

Siapa sangka orang yang Yola tabrak dan maki-maki adalah asisten dosen yang mengajar di kelasnya! Semenjak it... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
BAB 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Pengumuman Arshaka
Squel Arshaka
21+++ Bumi
HIDDEN PART Arshaka 21++
Squel Arshaka
Arshaka 2

Bab 4

137K 24.5K 2.5K
By wgulla_

Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa follow vote and Coment 💜

Beberapa peraturan baca cerita ini. Karena antusias kalian menentukan cerita ini lanjut atau enggak. Karena kalian tahu aku suka bgt unpublish cerita hahah disaat merasa kurang.

1. Komen disetiap part-nya dan tekan bintang/vote..
2. Follow wattpad aku biar kalian ngk kaget kalau ada bagian yg tiba-tiba hilang.
3. tolong tag juga temen-temen kalian biar ikut bucin
4. Jangan Hate Komentar ya 💜😉
5. Semakin dikit yang komen dan vote semakin lama aku update.

Selamat membaca kesayanganku 🤗

***

Antariksa

| La, gue diparkiran

Yola

Ngapain? |

Antariksa

| Lo lagi stres kan mikir tugas akhir?

Yola

Kok tau? |

Antariksa

| Gue juga

Yola

Huh? |

Antariksa

| Dah cepet sini ke parkiran, kita refreshing

Yola

Oke, Sayaaaaang |

Antariksa

−_−

Yola menghampiri Antariksa yang sedang duduk di atas motor sport hitamnya. Cowok itu nampak santai menggunakan celana pendek selutut dan kaos putih, tidak lupa memamerkan senyum manisnya menyambut Yola yang berjalan ke arahnya. Mereka sering jalan berdua disaat suntuk. Bagi Yola, Anta adalah orang yang tepat untuk menghiburnya ketika ia suram. Bisa dikatakan Antariksa adalah tempat sampahnya meski tak semua masalah ia bicarakan pada sahabatnya ini, tapi cowok itu tahu bagaimana cara menghiburnya. Bukan hanya itu mereka juga sering main game Mobile Legend bersama. Biasanya mereka akan push rank sampai subuh ketika mau mendekati akhir season.

"Lo cantik banget hari ini." Pujian Antariksa malah disambut dengan jari tengah oleh Yola. Mata Yola melotot menatap Antariksa kesal, ini bukan pertama kalinya Antariksa memujinya tapi ia merasa kata 'cantik' tidak pantas diucapkan untuknya karena Yola merasa dirinya tidak secantik perempuan lain.

"Nggak usah sok muji ya, bilang aja muka gue kucel banget." Antariksa yang mendengar itu hanya tersenyum lebar. Antariksa sudah tahu jawaban sahabatnya itu yang selalu menyangkal setiap pujian yang ia berikan. Padahal menurutnya, Yola cantik dengan gayanya yang apa adanya.

"Kalau diliat-liat lo kok santai banget sih padahal kita lagi nyusun tugas akhir? Gue aja udah kaya orang stres karena judul proposal tugas akhir, tau gak?" Yola bertanya keheranan karena sering melihat Antariksa yang update status main game Mobile Legend, nongkrong, ikut kumpul sama teman organisasinya prokeran seperti bukan mahasiswa semester akhir lainnya yang sibuk dengan tugas akhir.

Antariksa yang diatas motor hanya terkekeh dan langsung berinisiatif memakaikan Yola helm padahal temannya itu masih mengoceh tentang keluh kesahnya yang sedang menyusun tugas akhir.

Dua tahun mengenal Antariksa membuat Yolanda sudah terbiasa dengan perlakuan istimewa dari sahabatnya ini. Mungkin semua orang yang melihatnya akan mengira kalau mereka berdua pacaran, padahal hubungan mereka tidak lebih dari teman. Bahkan ibu kos Yola saja selalu memanggil Antariksa dengan sebutan 'Pacarnya Yola' karena sering mendengar Yola memanggil dengan embel-embel sayang.

"Dih gue dicuekin." Yola cemberut menatap Antariksa kesal. Ocehannya tidak ada yang dijawab kekehan gemas dari Antariksa.

"Ngambek mulu lo, ayo, naik. Kita ke ruko kosong yang udah di isi sama toko es krim di perempatan kampus," ajak Antariksa yang langsung di respon semangat oleh Yolanda.

"Asik! let's go, Antariksa sayang kita mam es krim yang banyak."

"Jangan gitu, La. Bahaya kalau gue baper," ujar Antariksa dengan suara memelas yang langsung dibalas dengan tertawa Yola di belakangnya.

"Dah ah berisik, ayo jalan ke toko es krim, keburu banyak antriannya."

"Oh iya, awas aja lo bohong nggak jadi traktir!" lanjut Yola memperingati sekali lagi.

"Emang lo pernah ngeluarin uang setiap jalan sama gue?" pertanyaan Arsha membuat Yola nyengir. "Hehehe ... nggak sih tapi bisa aja kan lo lagi punya niat ngejailin gue dengan ngajak gue ke toko es krim terus kita pesan banyak es krim, dan pas bayar lo malah kabur ninggalin gue."

"Kadang gue mikir lo itu umur tujuh belas tahun bukan dua pulu satu tahun, La. Pikirannya lo masih kaya bocil, tau gak?"

"BODO AMAT. CEPET ANTA KITA JALAN!! KALAU NGGAK JALAN GUE TONJOK NIH!!!" Antariksa hanya bisa pasrah menuruti keinginan Yola. Jujur terjebak friendzone selama dua tahun itu tidak menyenangkan. Kenapa gadis satu ini tidak pernah peka terhadap perasaannya?

****

Keesokan paginya Yola berada di kamar bersama teman-teman gilanya. Biasanya, Yola akan bersantai sambal menunggu waktu mata kuliah atau bimbingan. Namun, teman-temannya sudah tiba dengan berpakaian rapi, mengajaknya ikut datang di seminar. Vivi, Kiran, dan Adelia memaksanya untuk dandan. Yola merasa aneh kenapa harus ber-make up hanya untuk mengikuti seminar. Mulai dari muka dan pakaiannya di-make over habis oleh ketiga temannya. Yola seperti disiksa, teman-temannya begitu brutal bahkan mengenakan lipstik saja sambil mencengkeram wajahnya.

"Guys, ini seminar apaan? Kenapa pake acara dandan? Jangan bilang, kalian mau bawa aku ke seminar make up kayak dulu." Yola menatap ketiga orang itu curiga. Dari mereka, hanya Yola yang tidak suka dandan. Uangnya pas-pasan untuk membeli make up yang lengkap. Jadi, ia hanya memiliki bedak dan lipbalm.

"Bukan, ini tuh seminar Kak Arsha. Kamu sebagai anak bimbingannya harus dateng. Biar kamu dikira Kak Arsha mahasiswa yang rajin dan haus ilmu, jadi nanti kamu bakal dipermudah bimbingannya." Apa yang dikatakan Adelia ada benarnya. Yola akan ikut meski ia tahu uangnya sudah menipis bulan ini. Demi tugas akhir, ia akan melakukan apapun.

"Seminar apaan emang?" tanya Yola semakin penasaran.

"Seminarnya anak Fakultas Ekonomi Bisnis tentang beasiswa gitu. Tahu sendiri, kan, Kak Arsha selalu dapet beasiswa dari dia SMP sampai kuliah, jadi anak Ekonomi undang Kak Arsha karena dia adalah narasumber paling pas untuk acara seminarnya." Padahal, Arshaka itu anak pemilik penerbit terbesar di Indonesia, anak orang kaya, ganteng, pinter, dan jago basket tapi masih sempat apply beasiswa dari SMP sampai kuliah. The Power of Arshaka memang hebat.

"Terus, ini dandan buat apaan?"

"Biar nanti Kak Arsha makin respect sama lo, bego! Gue udah pesen kursi paling depan sama panitia penyelenggara yang kebetulan gebetan gue," balas Kiran.

"Hebat banget kamu, Kiran. Tahu sendiri kalau seminar pembicaranya Kak Arsha tuh pasti kursi depan cepet penuh, bahkan graha sampai nggak ada kursi kosong lagi." Vivi memandang Kiran takjub.

"Segitunya, ya." Yola meringis mendengar itu.

"Mereka tuh mencoba menggaet asdos tampan untuk jadi calon pacar. Siapa lagi coba yang nggak tertarik sama Kak Arsha walau dia tuh serem banget auranya."

"Jadi, Yol santai aja. Kalau perlu, lo udah siapin pertanyaan yang bagus. Biar Kak Arsha bisa liat lo nanti. Pokoknya, bikin Kak Arsha berkesan. Demi tugas akhir!" Teman-temannya sudah tahu masalah tugas akhirnya yang nyeleneh.

"Oke, Guys. Ayo, kita bertempur hari ini!" Yola memantapkan hatinya untuk membuat Arsha berkesan dengannya agar ia dimudahkan untuk lulus, sehingga mereka bisa wisuda bareng.

"Oh, iya, ada satu lagi, Yol."

"Apa?"

"Kalau lo mau bimbingan jangan lupa update cerita dulu."

"Hah? Biar apa emang?" Yola tercengang dengan perkataan Adelia. Dua hari yang lalu, ia bercerita di grup Whatsapp mengenai masalah tugas akhirnya termasuk Arsha yang menjadi pembaca ceritanya. Jadi, teman-temannya tahu masalah ini.

"Lakuin aja. Siapa tahu, mood Arshaka jadi baik?"

"Ngaruh emang?"

Adelia mengedikkan bahu. Hal itu membuat Yola bingung. Memang, apa korelasinya update dengan tugas akhir?

*

Graha Universitas Permata memiliki luas seperti gedung aula, tapi sedikit lebih besar dan megah. Selain itu juga, ada panggung yang biasanya digunakan untuk acara seminar, wisuda, teater, diklat, ospek fakultas, dan acara lainnya. Di panggung tersebut juga ada mimbar yang biasanya digunakan untuk penyambutan dan juga dihiasi bendera negara serta logo universitas. Di depan panggung dipenuhi kursi yang ditata rapi untuk peserta seminar.

Dugaan Vivi benar jika akan banyak yang datang ke seminar. Padahal, Arsha itu bukan artis, tapi seluruh kursi di graha hampir penuh. Yola dan teman-temannya sudah duduk di barisan terdepan, pas dengan pembicara. Yola menghabiskan hampir enam puluh ribu hanya untuk menonton Arsha.

Arshaka betapa hebatnya kamu bisa menghabiskan uang jajanku dua hari hanya untuk melihatmu berbicara di panggung, batin Yola sambil memegang snack di pangkuannya.

Yola penasaran berapa yang dibayar mahasiswa untuk membuat Arsha berbicara di depan panggung. Gedung yang awalnya berisik, tiba-tiba jadi hening. Pandangan orang-orang beralih ke arah karpet merah khusus untuk jalannya pembicara. Ternyata, pembicara sudah masuk ke dalam. Yola menahan napas, melihat Arsha berjalan dengan langkah yang cool banget di atas karpet layaknya seorang artis.

Semua mata mengamati Arsha, bahkan mengambil fotonya. Sembilan puluh persen peserta seminar adalah perempuan. Mereka bahkan berbisik-bisik betapa tampannya Arshaka dengan balutan kemeja putih yang bercorak garis biru di lengannya dengan celana kain hitam. Rambut pria itu dibuat belah tengah, tapi tak mengurangi kadar ketampanannya. Ditambah gerakan tangannya yang berjalan sambil memasukan tangan di kantong. Pria itu berjalan menatap lurus ke depan tanpa menoleh. Mungkin jika bukan Arshaka orang-orang akan mengatainya sombong tapi karena orang itu Arsha malah terlihat keren.

"Ini bukan seminar, tapi lebih mirip mau ketemu idol," keluh Yola.

"Kamu tau kekurangan Kak Arsha, nggak?" tanya Yola tiba-tiba. Siapa tahu, Kiran sebagai penggosip nomor satu di fakultasnya tahu.

"Dengar-dengar, Kak Arsha nggak bisa renang, tapi nggak tahu juga." Lelaki sekeren Arsha nggak bisa renang? Aneh sekali? Lamunan Yola terhenti oleh suara teriakan Adelia. Ia menatap temannya takjub karena sibuk mengambil foto Arsha. Buat apa juga, bikin penuh memori aja. Seketika Yola ingat dirinya juga pernah melakukan hal itu. Sial! Pasti dulu teman sekelasnya menggangapnya aneh. Gila! Kenapa ia selalu hobi mempermalukan diri sendiri?

"Kita harus mengabadikan momen ini." Adelia mengeluarkan ponsel, mengambil gambar Arsha yang duduk di atas panggung. Moderator mulai memimpin acara.

Arsha dipersilakan menyampaikan materi yang tertera di layar proyektor. Ada slide presentasi yang menunjukkan foto-foto Arsha di luar negeri. Arsha ternyata bukan hanya mendapat beasiswa S-1, tapi juga simposium, konferensi, youth summit, YSEALI, student exchange, dan lain-lain. Manusia bukan, sih?

Menakjubkan! Yola dibuat tercengang dengan prestasi Arsha. Ia ikut bertepuk tangan bangga. Padahal, bukan ia yang berada di posisi itu. Pantas saja karirnya sukses, waktu di dalam hidupnya saja hanya dihabiskan dengan hal yang menajubkan.

"Kalau begini, gue mundur teratur untuk jadi pendamping Kak Arsha."

"Bener banget!"

"Diibaratkan, Kak Arsha itu berlian dan kita hanya remahan rengginang."

Yola setuju dengan perkataan Vivi. Pasti wanita yang bisa berdampingan dengan Arsha sebelas-dua belas dengan pria itu, baik dari segi otak dan wajah. Dibandingkan dirinya pasti sangatlah jauh. Yola menggeleng, kenapa ia jadi berpikir untuk memiliki Arsha? Ingat tujuannya ke sini untuk tugas akhir bukan orangnya.

"Tuhan tidak mungkin menciptakan manusia untuk gagal. Manusia itu lebih beruntung dari mahluk lain yang tidak diberi otak untuk berpikir. Sayangnya, kita sering kali tidak paham dengan kemampuan kita sendiri. Kita tidak pernah tahu potensi apa yang kita miliki, sehingga kita gagal merancang langkah untuk meraih impian kita."

"Sama seperti untuk meraih beasiswa, semua itu harus ada prosesnya. Bukan hanya saat mendaftar, tapi sebelum kita mendaftar. Kita harus tahu apa yang bisa dibanggakan dari diri kita? Bisa dibilang self branding untuk menambah poin lebih. Karena penyelenggara beasiswa itu juga meminta feedback dari kita. Apa yang bisa kita berikan sebagai timbal balik dari beasiswa itu nanti? Contohnya itu, kontribusi dan prestasi."

Suara Arsha begitu mengena di hati Yola. Selama ini ia gagal mendaftar beasiswa pasti karena dirinya tidak punya prestasi, hanya IPK tinggi yang bisa dibanggakan ternyata semua itu kurang.

Arsha memperbanyak materi lebih ke motivasi meraih mimpi dan branding diri untuk mendaftar beasiswa. Paling tidak, mengikuti seminar Arsha membuat semangat Yola untuk meraih impiannya sebagai penulis bertambah.

Tiba-tiba Arsha turun dari panggung berjalan ke arah penonton sambil memasukkan tangan kirinya ke saku celana. Tentu saja hal itu membuat peserta seminar histeris. Jantung Yola berdebar ketika Arsha berjalan ke arahnya. Apa yang pria itu lakukan?

"Eh, kok, Kak Arsha jalan ke sini."

"Iya, ih, nggak kayak biasanya dia turun dari panggung gitu."

Yola menatap Arsha yang langkahnya makin mendekat ke arahnya. Jangan ngada-ngada kamu Yola, nggak mungkin Arsha repot-repot nyemperin kamu. Kurang kerjaan!

"Kamu yang pake baju merah," ucapan Arsha membuat gadis-gadis berbaju merah histeris.

"Maksud saya yang duduk paling depan."

Apa itu aku, batin Yola. Ia menelan ludah gugup. Hanya dia yang memakai baju merah di barisan paling depan. Teman-temannya memaksa ia memakai dress ini.

Astaga, mau apa, sih, dosen pembimbingnya itu menyuruhnya maju? Baru jadi asisten dosen aja udah ngatur-ngatur, apalagi kalau jadi asisten hidup matilah kau, Yola!

"Yol, berdiri!"

"Lo yang ditunjuk."

Yola menatap teman-temannya ragu, lalu berdiri. "Saya?" ujar Yola tidak percaya.

"Iya. Sini berdiri di samping saya."

Yola meringis, mendengar suara bass milik Arsha. Pria itu menatapnya tajam, sangat tajam. Apakah pria itu ingin mempermalukannya di depan umum? Kenapa dari sekian banyak mahasiswa harus dia yang disuruh maju? Yola berjalan pasrah mendekati Arsha.

"Ada apa?"

"Saya ada pertanyaan silakan dijawab."

"Hah?" Yola cengo, bahkan ketika panitia memberikan mic tangannya bergetar menerimanya.

"Menurut kamu, kenapa banyak yang ikut seminar saya hari ini?"

Pertanyaan macam apa itu, batin Yola bergejolak. Apa Arsha mau pamer kalau dirinya hebat bisa mengumpulkan lima ribu mahasiswa dalam satu gedung graha. Kaki Yola bergetar karena gugup. Semua pandangan mengarah padanya. Ditambah penampilannya yang lebih mirip mau ke mal daripada ikut seminar. Pasti mereka berpikir kalau Yola ikut seminar untuk menggoda Arsha.

"Karena mereka ingin memiliki prestasi dan bisa dapat beasiswa seperti Kak Arsga," jawaban Yola tidak membuat Arsha puas.

"Banyak seminar beasiswa seperti ini di kampus. Tapi, dari kacamata saya, peserta yang datang tidak bisa sebanyak ini."

Mana saya tahu, emang saya cenayang sampai tahu begituan.

Ingin sekali Yola mengatakan itu tapi ia pendam. Sial! Kak Arsha benar-benar sadis padanya di mana pun. Ia yakin pria itu senang telah membuatnya gugup seperti ini.

"Karena Kak Arsha ganteng." Yola merutuki mulut lancangnya. Kenapa dari semua kalimat yang ia susun di kepala yang terucap kalimat itu? Yola melirik Arsha sebentar. Ia kira pria itu akan marah karena ia telah lancang, tapi nyatanya pria itu tersenyum kecil. Apa maksud senyum itu?

Seluruh gedung tiba-tiba tertawa mendengar jawaban Yola. Mereka seakan-akan setuju kalau alasan pertama mereka kesini bukan untuk mencari ilmu tapi melihat ketampanan Arshaka.

"Jawaban yang bagus. Saya suka."

Suka apa ini? batin Yola bergejolak. Apa maksud kalimat ambigu Arsha. Memang, ya, anak bahasa itu kalau ngomong sukanya ambigu. Bikin salah paham terus.

"Kamu boleh duduk. Nanti panitia akan kasih hadiah karena telah menjawab pertanyaan saya."

"Hah?"Apa maksud perkataan Arsha. Dunia Yola seakan-akan berhenti berputar saat itu juga. Sudah dipermalukan ujung-ujungnya diusir. Yola sudah tidak punya muka lagi untuk menatap para mahasiswa. Mereka pasti mentertawakannya. Sial! Semua ini gara-gara Arsha. Kenapa juga mulutnya dengan lancang mengatakan kalau Arsha itu ganteng. Ya, walau memang Yola akui pria itu sangat ganteng.

Ketika Yola duduk, Arsha juga ikut kembali ke atas panggung. Pria itu menatapnya dengan aneh. Sampai seorang panitia datang memberikannya sebuah hadiah.

"Ini hadiah dari kak Arsha langsung," ujar Panitia tersebut dibalas ucapan terima kasih oleh Yola.

Orang-orang menatap Yola iri dan penasaran dengan hadiah tersebut. Yola mendapatkan hadiah buku puisi dengan judul Aku ingin mencintaimu tanpa tapi, penulisnya adalah orang yang duduk di atas panggung yang tidak lain adalah Arshaka. Yola meringis membacanya. Apa maksud pria itu memberinya buku seperti ini?

"Yol, buku apaan?" Adelia penasaran.

"Lihat, Yol."

"Nanti aja." Yola langsung menaruh ke dalam tas. Agar teman-temannya tidak kepo. Ini masih di ruangan seminar ia tidak ingin membuat keributan.

Arsha selesai menyampaikan materinya dilanjutkan dengan acara menjawab tiga pertanyaan dari peserta. Banyak sekali yang angkat tangan membuat panitia kelabakan dalam memilih sedangkan Yola sudah tidak punya harga diri lagi untuk bertanya. Ia telanjur malu.

Setelah sesi pertanyaan selesai, Arsha pamit pergi karena ada urusan mendadak. Orang-orang juga ikut keluar dari gedung padahal masih ada pembicara kedua dan ketiga yang tidak kalah keren prestasinya. Mereka merasa tidak ada gunanya jika tidak ada Arsha di dalamnya.

"Aku nggak nyangka ruangan jadi sepi mendadak kayak kuburan gini." Kiran takjub dengan power yang Arsha miliki.

"Mungkin, ini salah satu alasan kenapa tadi Arsha membuat pertanyaan aneh ke Yola. Ternyata, jawaban Yola sangat tepat," jawab Vivi. Yola tidak mau mengingat momen memalukan itu lagi.

"Yuk, kita juga ikut keluar sekalian cari makan," ajak Adelia.

***

Gimana part ini?

Sebelum Next Vote dulu ya ♥️

Spam next buat lanjut yaaa

Lapak Wajib Bar-bar

SPAM ♥️

SPAM 🔥

SPAM "AKU SUKA ARSHAKA"

Ini bab terpanjang yang pernah aku tulis.

Ada yang mau disampaikan ke Arshaka?

Ada yang mau disampaikan ke Yolanda?

SPAM NEXT DISINI BIAR CEPET UPDATEEEE

Jangan lupa follow @wgulla_ @wattpadgulla

Salam

Gulla

Istri sahnya Lee min ho ♥️

Continue Reading

You'll Also Like

24.3K 2K 66
Kaisar menyesal menyia-nyiakan Diora dalam hidupnya. Ternyata gadis itu sangat berarti untuknya setelah mereka putus. Maukah Diora kembali ke Kaisar...
3.1M 173K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...
7K 1K 51
Don't copy my story!!
45.2K 3.2K 10
Jensoo ( Short Story ) "Bagaimana bisa, sedangkan aku sudah punya kekasih" - Jennie, Jisoo GxG