Stuck

By Stephn_

148K 10.9K 1.9K

[Series 1] Genre: Young Adult SEBAGIAN PART DAPAT DIBACA DI APLIKASI FIZZO (Akun Stephanie Budiarta) *** ... More

Prologue
āœØ Cast āœØ
Chapter 1-Perubahan
Chapter 2 - Kating
Chapter 3-Rapat Meja Panjang 1.1
Chapter 3-Rapat Meja Panjang 1.2
Chapter 4 - Perdebatan
Chapter 5 - Mala Petaka
Chapter 6 -Pendaftaran
Chapter 7-That's Girl
Chat Grup
Ekstra Chapter 1.1
Ekstra Chapter 1.2

Chapter 21- Usda 1.1

2.6K 715 70
By Stephn_


"Untung bersih dari jualan susu sapi kemarin totalnya ada empat ratus ribuan," kata Fani.

"Untuk hasil jualan pertama itu lumayan, sih." komentar Yudha.

"Kalau sponsor gimana? Udah ada kabar?" Tanya Juan.

Chandra menggelengkan kepala. "Hari Senin yang lalu gue udah keliling sama Fani cari sponsor tapi belum ada kabar sampe sekarang. Nah, kemarin kedua kalinya gue sama Fani coba cari sponsor lagi. Tinggal nunggu bakalan dikabarin atau enggak."

"Memang susah cari sponsor apalagi buat acara yang menurut mereka bukan acara besar," Yudha mengibaskan tangannya. "Acara BEM yang besar aja kadang enggak dapet sponsor."

"Pusing bener cari duit," Veronica menghela napas. "Tapi, untung jualan sapi kemarin lumayan kok."

Johnatan membelalakkan mata. "Jualan sapi?"

"Eh, susu." Koreksi Veronica.

"Susu?" Johnatan menutup bibirnya dengan tangan. Berlagak terkejut. "S-susu siapa?"

Mendengar ucapan Johnatan, tawa Markus dan Lucas langsung terpecah. Bahkan Najendra yang biasanya menyimak ikut terkekeh geli.

Veronica mengangkat tangannya. "Ngomong sekali lagi gue selepet juga lo."

Bibir Johnatan langsung terbungkam rapat.

Dominic menggelengkan kepala melihat tingkah Johnatan. Dasar bibit suami takut istri, pikirnya.

"Mau jualan itu lagi minggu depan?" Chandra mengusap dagunya dengan tangan. "Tapi bakalan lama banget kalau satu minggu kita cuma dapet dana empat ratus ribu. Padahal perkiraan dana yang harus kita capai sekitar lima jutaan. Itu udah termasuk fee pembicara, sembako, nasi kotak, dan snack. Sama biaya sewa speaker dan mic untuk MC, moderator, dan pembicara."

Fani mengangguk kecil. "Untungnya mobil udah dapet bantuan dari Bang John. Najendra sama Rendi juga udah punya kamera jadi enggak perlu pinjem."

"Untuk pembicara gue usahain yang enggak perlu fee. Nanti gue bikin dulu proposalnya tentang project ini. Biasanya kalau project-nya menarik banyak narasumber yang enggak minta fee. Paling kita cukup sedia nasi kotak dan snack buat narasumbernya," kata Winston.

Lucas yang sejak tadi lebih banyak diam kini buka suara. "Tapi Chandra bener, masa setiap minggu kita cuma jualan sekali? Padahal ada lima hari produktif di kampus. Kayaknya bakalan lama banget buat kita bisa capai target."

"Apalagi kalau jualannya itu-itu aja,"Tama menimpali. "Nanti lama-lama pasti pembelinya bakal menurun. Berdasar pengalaman gue, ya. Makanan itu cuma laku keras di minggu-minggu pertama. Belum lagi kalau organisasi lain juga buka stan makanan."

"Atau jualan makanan jadi sampingan aja? Jadi kita juga jualan yang lain," usul Jisabian.

"Nah, itu dia yang sempet terlintas di pikiran gue!" Chandra meringis. "Tapi gue enggak tahu mau jualan apa. Korsa? Jaket? Tapi organisasi lain udah banyak yang jual."

Ruangan kembali hening. Semua orang sibuk memikirkan ide untuk mencari dana. Bukan hanya di kehidupan, bahkan di organisasi pun uang menjadi kendala terbesar. Apalagi mereka masih mahasiswa, ruang lingkup untuk mencari dana otomatis lebih sempit.

"Gimana kalau kita buat Blessing Spell Bottle?" Usul Fani.

Rendi mengerutkan kening. "Blessing apa?"

"Blessing Spell Bottle," ulang Fani.

"Apaan, tuh?" Tanya Johnatan.

"Gue kayaknya pernah denger," Veronica memijat keningnya. "Surat yang dimasukin ke botol gitu bukan, sih?"

Fani mengangguk. "Blessing Spell Bottle itu hampir mirip kayak surat botol. Bedanya, di dalem botol itu bukan cuma surat aja, tapi juga ada bunga-bunga kering untuk mempercantik botolnya. Jadi walau surat itu udah dibaca, botolnya masih bisa dipajang untuk kenang-kenangan. Orang-orang zaman sekarang, kan, suka yang aesthetic kayak gitu."

"Nanti isi suratnya bisa request mau ditulis apa. Bulan depan, kan, bakalan ada acara wisuda. Daripada jualan bunga biasa, kayaknya ini lebih diminati," jelas Fani.

"Kalau request untuk kado ulang tahun atau secret letter juga gimana? Nanti bisa minta dirahasiain atau dicantumin nama pengirimnya kayak kegiatan Osis di SMA gue dulu. Tujuannya buat sensasi aja biar promosinya booming. Zaman sekarang kalau ada bumbu romantisnya bakalan lebih mencuri perhatian," usul Nabilla.

"Bener," Leo menyahuti, "lihat aja trending youtube. Kalau bukan soal perceraian dan perselingkuhan, pasti hubungan asmara artis atau selebgram. Pokoknya harus ada unsur dramanya."

Nabilla mengangguk setuju. "Buat pancingan aja biar konsep usaha dana kita jadi pembicaraan mahasiswa. Selama ini belum ada ide kayak gini. Fokus sasaran utamanya buat hadiah wisuda. Tapi kalau ada yang beneran mau secret letter enggak masalah juga."

"Gue suka idenya," kata Veronica.

"Iya bagus," Chandra menyeringai. "Bagian secret admire diambil dari pengalaman sendiri, Bill? Jangan-jangan lo usul gini biar bisa beli sendiri—Aduh! Ampun bercanda!"

Nabilla mengunci leher Chandra dengan tangannya. "Ngomong lagi coba?"

Rendi dan Jisabian yang duduk di antara Chandra refleks termundur. Takut terkena serangan Nabilla.

Melihat itu semua orang kompak tertawa. Kecuali Dominic.

Dominic melipat tangannya di depan dada, memperhatikan Nabilla yang sedang menghukum Chandra. Ucapan Chandra membuat Dominic langsung teringat hubungan Nabilla dengan Bagas. Tidak dapat dipungkiri keduanya memang terlihat sangat dekat. Dari awal sebenarnya Dominic sudah tahu jika Nabilla sepertinya memiliki perasaan untuk Bagas. Tapi dulu dia tidak terlalu mempedulikannya.

Masalahnya sekarang, Dominic terlanjur tidak bisa untuk tidak peduli. Dominic merasa terganggu melihat Nabilla salah tingkah karena sindiran Chandra. Dia jadi curiga Nabilla benar-benar akan mengirim surat rahasia pada Bagas.

"Modalnya mahal enggak?" Tanya Juan.

"Enggak kok," Fani menggeleng. "Modal kita paling mahal sekitar lima belas ribuan. Belum fix tapi, kemungkinan bisa kurang. Nanti bunga keringnya bisa di-mix sama biji-bijian atau hiasan lainnya jadi enggak butuh terlalu banyak. Kendalanya butuh modal tenaga buat hias botol dan suratnya, sih. Sesuai request dari pemesannya."

"Gue lihat contoh di internet bagus banget!" Veronica menunjukan foto di ponselnya. "Bisa cari untung banyak, nih. Kelihatan mahal dan cocok kalau buat kado. Enggak terbatas kayak surat kaleng aja."

Semua orang memperhatikan layar ponsel Veronica. Di sana terlihat foto sebuah botol kaca bertutup kayu di atasnya. Botol itu dipenuhi oleh beraneka ragam bunga kering yang terlihat indah menghiasi botol itu. Di dalamnya juga ada secarik kertas digulung kecil. Kertas itu nantinya akan ditulisi dengan pesan dari sang pengirim untuk diberikan pada teman atau orang yang diam-diam mereka kagumi.


"Kalau memang modal lima belas ribu kita jual tiga puluh lima ribuan aja. Biar dapet untung dua puluh ribu. Kalau pun yang beli sedikit, tapi untungnya udah banyak. Lumayan untuk sampingan cari dana," kata Markus.

"Apalagi belum pernah ada yang buat ginian di kampus. Feeling gue bakalan rame, sih." Jeno menimpali.

"Nanti yang buat suratnya cewek-cewek aja, deh. Cowok nanti bagian beli bahan atau masuk-masukin bunga ke botol," saran Veronica.

"Kalau butuh brosur untuk disebarin gue bisa bantu buat," Jeno tersenyum. "Divisi keamanan sibuknya di hari acaranya aja. Jadi gue senggang sekarang."

"Nanti coba gue hubungi temen di kampus dua. Biar yang pesan enggak cuma mahasiswa fakultas hukum aja," kata Jaeffry dijawab anggukan setuju oleh Chandra dan Fani.

Theo menepuk tangannya sekali. "Jadi kesimpulan rapat hari ini, masing-masing divisi udah menunjukan progress yang jelas. Minggu depan kita tinggal fokus untuk cari dana, buat proposal untuk narasumber, survei tempat grosir murah, dan menghubungi narasumber. Kita juga udah dapet izin dari penduduk dan penghuni Rumah Bakti Kudus untuk mengadakan acara di sana."

"Gue udah buat berkas untuk di-upload di Situs Portal Pemerintah Yogyakarta. Rencana mau gue tinjau sekali lagi sebelum diunggah," kata Theo.

Veronica menggerakkan jarinya lincah di atas layar ponsel. Mencatat hal-hal penting yang didapat dalam rapat hari ini.

"Ada pertanyaan?" Tanya Theo.

Semua anggota serempak menggelengkan kepala.

"Kalau gitu rapat hari ini cukup sampai di sini," ucap Theo langsung mendapat sorakan bahagia dari anggotanya.

"Pas banget sekarang jam enam," Yudha mengusap perutnya. "Udah waktunya cacing-cacing di perut gue dinner cantik."

"Mumpung lagi pada kumpul, gimana kalau kita pergi makan bareng? Biar makin akrab dan kompak juga. Masa ketemu cuma kalau lagi rapat aja?" Usul Tama.

"Boleh, tuh!" Markus bangkit berdiri. "Angkringan Pak Jabrik yay or nay?"

Mereka semua kompak menjawab, "Yay!"

⚖️⚖️⚖️

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih dua puluh menit perjalanan, mereka akhirnya sampai di Angkringan Pak Jabrik. Angkringan Pak Jabrik ini lokasinya berada di Jalan Mangkubumi daerah Jetis  dekat kantor Kedaulatan Rakyat Yogyakarta.

Di Jogja memang banyak sekali angkringan seperti ini. Namun, yang membedakan Angkringan Pak Jabrik dengan angkringan lainnya adalah di sini tersedia banyak pilihan menu. Mulai dari nasi ayam, nasi goreng, nasi sambal teri, nasi megono, nasi cumi, nasi bebek, dan menu nasi khas jawa lainnya. Selain itu, Angkringan Pak Jabrik juga menyediakan beraneka ragam lauk pauk berupa sate-satean. Ada sate telur, sate bakso, sate ayam, sate usus, sate udang, dan masih banyak lagi.

Yudha, Juan, Chandra, Jaeffry, Johnatan, Jeno, Veronica, Jisabian, Lucas, Markus, Winston, Rendi, Tama, Leo dan Najendra yang lebih dulu sampai sedang sibuk mengantri, memilik lauk-pauk yang ingin mereka santap malam ini.

Dominic, Nabilla, Theo, dan Fani yang datang belakangan dengan sabar menunggu di luar. Kedatangan mereka yang beramai-ramai membuat warung Angkringan Pak Jabrik terlihat sempit. Padahal sebenarnya angkringannya cukup luas. Teman-temannya saja yang terlalu tinggi.

"Kalian sering ke sini, ya?" Tanya Nabilla.

Dominic dan Theo saling bertukar pandang.

"Dibilang sering enggak juga," Theo tersenyum tipis. "Cuma kalau lagi kumpul aja."

"Sebelum masuk semester lima sering kita kumpul. Sekarang udah mulai sibuk kelas masing-masing," Dominic menatap Nabilla dan Fani bergantian. "Kalian masih semester awal gini memangnya enggak suka eksplore kulineran di Jogja?"

Fani meringis kecil. "Pingin, sih. Cuma enggak ada temen lain yang bisa diajak eksplore. Kalau cuma berdua mager banget rasanya."

"Kan, ada gue?"

Ucapan Theo langsung membuat Dominic dan Nabilla serentak menaikkan kedua alisnya. Cukup terkejut mendengar ucapan ketuanya itu.

Theo mengibaskan tangannya cepat. "Maksudnya ada gue, Dominic, sama anak-anak yang lain."

Fani mengangguk, bibirnya tersenyum polos. "Kapan-kapan, deh, coba eksplore kuliner di Jogja."

"Eh," Nabilla menepuk pelan pundak Dominic. Tangan kanannya menunjuk ke arah menu yang berada di depan warung. "Kopi Joss itu kopi hitam?"

Dominic mengangguk. "Kopi hitam tapi pakai arang."

"Hah?" Nabilla membelalakkan mata. "Arang?"

"Lo enggak tahu?" Dominic terkekeh geli melihat reaksi Nabilla. "Jadi Kopi Joss itu sebenernya sama kayak kopi kebanyakan, cuma dia jenis biji kopinya tradisional, biasa didatengin langsung dari daerah Klaten."

Dominic memperagakan tangannya seolah-olah sedang membuat kopi. "Cara pembuatannya sama kayak kopi biasanya. Kopi yang udah diseduh biasanya langsung diminum, kalau Kopi Joss masih harus dicelupin pakai arang ke dalem gelasnya."

"Hah?" Nabilla mengerutkan kening. "Bener-bener arang yang masih panas?"

"Iya," Dominic mengangguk. "Jadi, arang yang udah membara di dalam tungku api diambil, terus diketuk-ketuk dulu biar debunya hilang. Kalau udah bersih langsung di masukin ke gelas kopinya. Minumnya tunggu api di arangnya mati dulu."

"Memangnya arang boleh dikonsumsi gitu, ya?" Tanya Nabilla.

"Eh, jangan salah. Arang yang dipakai untuk Kopi Joss itu arang yang terbuat dari Kayu Sambi, jadi bukan arang sembarangan yang biasa buat bakar sate," Dominic membasahi sekilas bibirnya. "Berdasarkan penelitian, kopi arang justru bagus buat kesehatan. Soalnya arang yang dibakar hingga suhu dua ratus lima puluh derajat celcius bakalan berubah jadi karbon aktif untuk mengikat racun. Di Amerika aja arang biasa digunain jadi bahan obat anti racun."

Nabilla mengerjap kagum. "Lo tahu banyak, ya. Udah kayak pemandu tour."

"Lo yang kurang jauh mainnya," Dominic mengulurkan tangan, mengacak gemas puncak kepala Nabilla. "Makanya kapan-kapan ikut gue main. Keseringan bergaul sama Chandra, sih, lo."

"Idih, baru sekali kelihatan pinter aja udah sombong lo," Nabilla mengerucutkan bibir, tangannya sibuk merapikan rambut panjangnya yang sedikit berantakan karena ulah Dominic.

Diam-diam Dominic menikmati itu. Mungkin Dominic memang sudah tidak waras. Di matanya, apa pun yang Nabilla lakukan terlihat sangat manis. Padahal saat ini cewek itu sedang terlihat kesal. Bagaimana bisa raut wajah marah seseorang justru terlihat sangat menggemaskan? Sepertinya Dominic benar-benar sudah tidak waras lagi.

"Eh, Nabilla? Dominic?"

Saat sedang asik memperhatikan Nabilla, tiba-tiba seseorang memanggil namanya. Dominic refleks menoleh dan betapa terkejutnya dia melihat sosok Bagas muncul di hadapannya. Bagas tidak datang sendirian, cowok itu datang bersama seorang perempuan.

"Eh, kenalin kakak kandung gue." Bagas menarik tangan kakaknya lebih mendekat pada Dominic dan Nabilla.

Dominic mengulurkan tangan. "Salam kenal, Kak. Gue Dominic."

"Duma," Duma menjabat tangan Dominic. "Temen kampus Bagas, ya? Satu jurusan?"

"Iya," jawab Dominic.

Setelah berkenalan dengan Dominic, Duma beralih pada Nabilla. Duma terlihat sangat excited saat mendengar Nabilla memperkenalkan dirinya.

"Oh, ini Nabilla?" Duma melirik Bagas dengan tatapan jahil. "Cantik."

Kening Dominic berkerut dalam melihat Bagas salah tingkah hanya karena mendengar ucapan Duma.

Bagas merangkul akrab pundak Duma, berbisik pelan. "Jangan bikin malu."

Duma tertawa. "Panik kali kau kutengok."

"Loh, ada Theo sama yang lain juga?" Tanya Bagas sengaja mengalihkan topik.

"Iya," Nabilla mengangguk. "Habis rapat tadi jadi sekalian ke sini."

Dominic membelalakkan mata tidak terima melihat Nabilla seolah sedang menceritakan kegiatannya hari ini pada Bagas. Padahal menurutnya Nabilla tidak perlu menjelaskan apa pun pada Bagas. Dominic semakin dibuat kesal saat Bagas melanjutkan ucapannya.

"Lagi rapat, toh.." Bagas tersenyum. "Pantesan chat gue enggak di-read."

"Eh?" Nabilla menaikkan kedua alisnya. "Maaf, Kak belum cek handphone dari tadi."

"Santai, bales nanti aja enggak papa," jawab Bagas.

Mendengar itu, Dominic tidak tahan menyeletuk. "Kenapa enggak dibahas sekarang aja mumpung lagi ketemu juga?"

"Ehm, sebenernya enggak terlalu penting kok. Bisa dibahas nanti-nanti aja," Bagas mengusap tengkuk lehernya. "Nanti kalau lo udah senggang aja balesnya, Bill."

Nabilla mengacungkan dua ibu jari tangannya dengan bibir tersenyum manis. "Oke."

Iya, Nabilla tersenyum manis.

TERSENYUM.

Dominic kesal melihat Nabilla tersenyum manis pada Bagas. Dominic memang sangat suka melihat senyuman Nabilla. Namun, dia tidak suka jika senyuman itu ditujukan pada orang lain. Apalagi orang itu adalah Bagas.

Seketika selera makan Dominic lenyap begitu saja. Yang dia pikirkan saat ini hanyalah bagaimana cara menyingkirkan Bagas sejauh-jauhnya dari Nabilla.

⚖️⚖️⚖️

Ngewarteg dulu ☺️

Cari anak dreamies makan di warteg susah bgt. Mau ngedit tapi editanku noob bener 🥲

Oalah Jae jadi selama ini lau bapaknya 😭
Btw,
Terima kasih silent reader sudah mengikuti cerita ini💚

Terima kasih pembaca yang bersedia meramaikan komentar dan tekan bintang juga 🥺💚

Tetap semangat!
Ikuti terus perjalanan anak-anak PERMAMSA yahh!

Mutualan yu:

Continue Reading

You'll Also Like

517K 6.3K 22
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
124K 27.8K 26
Launa Andriani membenci saudari kembarnya, Laura Andriana. Dia berharap... gadis itu tidak pernah lahir saja. Hingga, kejadian Sebelas Desember menju...
2M 28.7K 7
"Aku memilih untuk menyukaimu diam-diam selama ini, jadi kalau aku harus cemburu bahkan terluka, aku juga akan merasakannya diam-diam. Jangan khawati...
203K 16.6K 15
(Cerita sudah lengkap di KaryaKarsa @ Junieloo) Sebut saja Rain, cowok pecinta novel yang dinginnya beda dari yang lain. Ia merupakan penggemar berat...