ANTARA ALAN DAN JIHAN

By haniafida

1.1K 270 262

Alan Almahera Muhammad, salah satu murid dari SMA Pelita Utama. Salah satu badboy yang hobi bolos dan selalu... More

Prolog
AADJ - 1. Kelas Neraka
AADJ - 2. Pohon Mangga
AADJ - 3. Seribu Alasan Alan
AADJ - 4. Pacar Baru Jihan
AADJ - 5. Kerja Kelompok
AADJ - 6. Panggilan BK
AADJ - 7. Pulang Bareng?
AADJ - 8. Pertemuan Tak Sengaja
AADJ - 9. Sebuah Kebencian
AADJ - 10. Bolos Lagi?
AADJ - 11. Amanah
AADJ - 12. Jihan Murka?
AADJ - 13. Perasaan
AADJ - 14. Ancaman
AADJ - 15. Rusuh
-VISUAL-
AADJ - 16. Baper?
AADJ - 17. Baper 2

AADJ - 18. Clasmeet

31 3 1
By haniafida

Jihan menatap dirinya di depan cermin yang kini tengah mengenakan seragam jersey. Ya tentu saja, sekolahnya kini akan mengadakan classmeet. Jihan berpenampilan sangat cantik. Rambutnya ia ikat ekor kuda, dan sisa-sisa anakan rambut turun di belakang leher.

Jihan hanya membawa satu buku tulis serta alat tulis. Juga tak melupakan untuk membawa perlengkapan make up simple, seperti sabun cuci muka, parfum, dan tissue.

Waktu masih menunjukkan pukul 6, yang berarti masih tersisa waktu untuk ia sarapan. Jihan melangkah di ruang makan bersama mamanya.

Luna meneliti pakaian yang Jihan kenakan. "Kok pake jersey, sayang?"

Jihan tersenyum kecil, "ada event ma, di sekolah Jihan. Jadi pake jersey."

Luna manggut-manggut, "sini duduk, sarapan dulu." Perintah mamanya yang langsung di setuju Jihan.

Jihan mengeser kursi lalu dengan cepat mendudukinya.

"Kalau seandainya kamu dirumah sendiri, kamu berani nggak sayang?" tanya Luna lembut di sela-sela kunyahannya.

"Emangnya mama mau kemana?"

"Mau ke Singapura,"

"Mama ada urusan apa?"

"Mama mungkin cuma 3 hari sayang,"

Jihan diam tak menjawab, menunggu mamanya melanjutkan ucapannya.

Luna ragu untuk mengungkapkan nya "mama ada urusan sama papa kamu, nggak bisa di tunda."

Jihan memasang muka setenang mungkin, "perusahaan papa lagi turun ya ma?" terka Jihan.

Sontak Luna menggeleng pelan. Ia tak harus menjelaskan secara detail semuanya ini.

"Gimana? Kamu keberatan?" tanya Luna sekali lagi.

"Kalau emang penting banget, Jihan nggak papa ma, Jihan bisa suruh temen Jihan ke sini. Chacha, Karina, Dara pasti nggak keberatan." Setelah mengucapkan itu Jihan tersenyum, ya pada kemungkinannya ketiga temannya belum tentu mau.

Bisa di lihat Chacha yang setiap hari sibuk mengurusi urusan yang katanya penting, selanjutnya Karina yang notabenenya anak mama sudah kemungkinan dilarang untuk menginap di rumah teman. Tak lain dengan Dara, entah Jihan juga tidak tahu. Dara terkadang juga ada kesibukan lain.

"Kemungkinan mama akan berangkat nanti malam," ucap Luna.

Tin..tinn

Luna tersentak, ketika klakson motor mengema di telinganya. "Siapa sayang?"

"Alan mungkin ma," sahut Jihan enteng.

Luna sedikit curiga, "Kamu pacaran sama Alan?"

Jihan berdiri lalu mengendong tas punggung miliknya, "Enggak ma, Jihan berangkat dulu." ucapnya kemudian menyalimi mamanya.

Luna meneliti penampilan putri semata wayangnya ini, sedikit aneh. "Sepatu kamu mana?"

Jihan tersenyum kecil, "Dibawa Alan, Jihan lupa." setelah mengatakan itu Luna mengangguk. Lalu mengikuti putrinya keluar rumah.

"Tante," sapa Alan kemudian turun dari motornya.

"Alan, jaga Jihan ya." titah Luna yang langsung di angguki oleh Alan.

"Baik tante." Kemudian tatapan Alan beralih ke Jihan. "Nih sepatu lo," sahutnya sambil menyodorkan sepatu berwarna hitam.

"Thank Lan," Lalu Jihan memakainya.

Alan menyalimi Luna dengan penuh rasa sopan. Kemudian menaiki motornya lalu menancap gas.

***
Jihan turun dari motor Alan, lalu menyerahkan helm padanya. "Nih,"

Alan menerima, Jihan hendak melangkah meninggalkan dirinya namun pergelangan tangan Jihan dicegah oleh Alan.

"Tunggu gue," ucap Alan sembari meletakkan helm di spion motor.

Namun perkataannya bukannya di gubris oleh Jihan. Dirinya malah ditinggal oleh gadis itu tanpa mau menoleh. Cepat-cepat Alan menyusul.

Namun di tengah perempatan koridor tiba-tiba Alan tak dapat menahan diri untuk ke kamar mandi.

"Shit! tiba-tiba panggilan alam gini." Alan lalu berlari menuju kamar mandi.
***

"Busyet cantik benerr Puteri Jihan," sapa Chiko yang ketika Jihan memasuki kelas 11 IPA 3.

Jihan tak menggubris, ia duduk begitu saja.

"Jangan cuek-cuek elah." sahut Chiko.

"Serah gue." balas Jihan judes.

"Kok sendirian ibu negara, bapak negaranya kemana nih? Tadi sih si boss wa gue katanya dia ikut classmeet." ucap Chiko panjang lebar.

"Chik, chik. Lo jadi cowo banyak omong banget deh heran." sahut Gilang yang sedang memakai kaos kaki.

Bertepatan dengan itu, Alan memasuki kelasnya dengan rambut basah yang masih menetes. Lengkap dengan jersey dan ransel yang ia sampirkan sebelah. Hal itu tak luput dari pandangan Jihan.

"Dari mana boss?" tanya Chiko.

"Napa lo? kangen sama gue?" ucap Alan.

"Ibu negara yang kangen, liat tuh sampe ga berpangling dari wajah jelek lo boss." ucap Chiko.

Jihan kepergok tanpa sadar. Seketika langsung memanglingkan muka. Membuat Alan tersenyum miring.

Alan mendekat, sangat dekat nyari menghapus jarak antaranya dengan Jihan.

"Bener kangen sama gue?" ucap Alan halus.

Jihan dalam hati bersorak entah kenapa, namun ia dapat menyembunyikannya dengan pura-pura cool.

"Kok diem cantik." ucap Alan lagi namun Jihan bertambah gugup. Jantunganya berdetak sangat cepat.

"Sonoan, bentar lagi bel." balas Jihan mendorong kepala Alan agar tak terlalu dekat.

Alan mundur, lalu tersenyum. Ia memperhatikan Jihan yang  sibuk dengan bukunya padahal hanya buku tulis kosong. Ia gerakkan kepalanya lagi lebih dekat, tepat di samping telinga Jihan.

"Nanti malam jalan sama gue mau, hm?" ucap Alan lembut juga sangat pelan, tepat di telinga Jihan. Nafas Alan pun sangat terasa di telinganya.

Deg. Deg. Deg.

"Ya Allah jantung gue." batin Jihan.

Kringggg Kringggg Kringgg

"Kumpul lapangan sekarang!!" ucap Galang keras.

Hal itu membuat Jihan pura -pura sibuk merapikan jerseynya.

"Han, ayo buru!" ucap Chacha yang disamping kanan kirinya ada Dania dan Karina.

"Siap-siap." ucap Jihan lalu melangkah mendekati ketiganya.

Sampainya Jihan di teras kelas, ia melihat last seen Defandra.

Sejujurnya gue ga ada rasa sama lo Def. batin Jihan.

Defandra

Def |
07.45

Tak ada balasan, hanya centang satu. Sampailah dimana ketika mata Jihan melihat dua orang tengah berjalan beriringan sambil tertawa dan kelihatan sangat menyenangkan.

"Oh jadi lo juga deket sama Sella." gumam Jihan.

"Han, lo kenapa?" tanya Chacha.

"Ngga, gue gapapa." balas Jihan.

Fyi, sebenarnya ketiga temannya inu tidak tahu bahwa Jihan telah jadian dengan Defandra.

"Hm, gue ke toilet dulu ya, Cha, Dan,Rin." pamit Jihan.

"Mau di anter ga?" tawar Dania.

"Gausah, gue bisa sendiri. Kalian tunggu gue aja ya. Palingan mulainya masih entaran oke oke." setelah mengucapkan itu, Jihan berlari menuju toilet.

Hingga dirinya berpapasan dengan Sella dan juga Defandra. Seketika Defandra melepaskan tautan tangannya dengan Sella. Hal iti di sadari Jihan dan hanya tersenyum  kecil.

"Def," panggil Jihan.

"Han, kok lo ga ke lapangan?" tanya Defandra seakan terlihat biasa saja.

"Haha, keren lo. Gue mau ngomong bentar berdua bisa?" ucap Jihan.

"Fan, gue ke lapangan duluan ya." ucap Sella seakan pamit namun Jihan sadar nada bicara gadis itu seperti di buat-buat. Lalu setelahnya pergi menyisakan Defandra dan Jihan.

"Ke taman belakang." ujar Jihan.

Defan hendak menggadeng tangan Jihan, namun segera di tepis oleh sang pemilik tangan.

"Gue bisa jalan sendiri." ucap Jihan ketus. Defandra hanya bisa pasrah mengikuti langkah kecil Jihan.

Sesampainya mereka di taman belakang, Defan menatap Jihan bingung.

"Jadi lo mau ngomong apa?" tanya Defan.

"Def, gue gamau jalanin lagi." putus Jihan.

"Maksudnya?" tanya Defan tak paham.

"Gue pengen kita temenan aja." tapi sih gue gamau temenan sama orang pengkhianat kayak lo def, lanjutnya dalam hati.

"Tapi kenapa Han? bukannya lo kemarin bilang jalanin aja dulu. Ini terlalu cepet bagi gue."

"Def, gue tau lo ga sepenuhnya suka sama gue kan." Jihan bukannya memberi pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan.

"Apa karena gue sama Sella tadi." pikir Defan.

"You know what i mean, Defandra." Jihan memaksakan senyumnya.

"Tapi Han. Gabisa ya lo kasih gue waktu lagi?"

"No, Def. Gue rasa sampe sini aja. Dan intinya gue sama lo sekarang ga terikat apapun." Setelah mengucapkan itu Jihan berjalan begitu saja meninggalkan Defandra.

"Shit! anjing! Gagal rencana gue." geram Defan sembari menendang angin.

***

"Cha, Jihan kemana?" tanya Alan sembari menengok kanan kiri. Ada sedikit rasa khawatir ketika ia tak melihat gadis itu.

"Kenapa lo nanya-nanya. Bukan urusan lo juga kali." balas Chacha.

Alan menghempuskan nafasnya sabar, selalu seperti ini jika ia bertanya baik baik dengan Chacha. Suka mencari masalah, untung kali ini Alan mencoba mengalah.

"Rin, Jihan kenapa?" tanya Alan pada Karina.

"Lagi di toilet." balas Karina.

"Belom balik juga?" tanya Alan.

"Belom."

"Bos, ayo pemanasan dulu." ucap Gilang.

Ya, Classmeet kali ini akan mengadakan lomba futsal antar kelas.

"Gue ke toilet dulu." sahut Alan, lalu berlari.

Sampai dimana ia bertemu yang tengah ia cari.

"Han, lo dari mana?" tanya Alan.

"Dari toilet." jawab Jihan.

"Tapi toilet cewe arahnya sana." tunjukknya pada arah koridor di belakangnya. Sementara arah gadis itu bukan kesitu.

"Bukan urusan lo."

"Yaudah kuy ke lapangan." ajak Alan pada Jihan.

"Iya ini gue juga jalan kesana."

"Yaudah barengan aja, biar ga sendirian." Setelah mengucapkan itu, Alan menarik tangan kanan Jihan dan mengandengnya. Jihan tak dapat menolak dengan hati berdebar.

🍁🍁🍁
TO BE CONTINUE

VOTE COMENT YA GIRLS!!!
THANK YOU^^

Continue Reading

You'll Also Like

Wednesday By ACLE

General Fiction

46.8K 7.8K 30
Mora pernah berpikir, andai saja hari Rabu kala itu dirinya langsung pulang ke rumah sehingga tidak menyaksikan kejadian yang membuat hatinya sesak...
2.1M 106K 45
•Obsession Series• Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi ...
1M 107K 53
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
5.5K 479 35
[Series stories F.3 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Ketika rumah bukan lagi tempat berpulang. "Anak perempuan yang selama hidupnya cuma dipertemuii...