LEFLORA (END) ✔️

By Rifaraz

1.5K 1.2K 250

(FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!!JANGAN LUPA VOTE, COMMENT, DAN KRITIKNYA) TERIMAKASIH BANYAK. Flora Danita adalah... More

1. Siswa Baru
3. Kegelisahan
4. Insiden
5. Perhatian
6. Persamaan
7. Perubahan Kecil
8. Sweet Seventeen
9. Promises
10. Mawar putih
11. Pentas Seni
12. Air Hujan
13. Enigma
14. secret
15. Truth
16. London
17. Suasana Baru
18. Pencarian
19. unanswered
20. lanterns (END)
para pemain (END)

2. Lukisan Kecil

96 73 22
By Rifaraz

Artha Mahendra wijaya lengkapnya. Jajaran anak populer disekolah, anak OSIS, dan anak basket tentunya. Begitu sempurnanya Artha di mata Flora dan tentu saja itu akan semakin sulit di gapai Flora. Bukan karena kepopulerannya saja. Namun juga karena Artha adalah sahabatnya. Flora sudah menyukai Artha sejak masih di bangku kelas enam Sekolah Dasar. Meskipun waktu itu bisa dibilang cinta monyet saja. Namun Flora tidak pernah mengungkapkannya.

Laki-laki tidak pernah mengerti bagaimana rasanya jadi perempuan karena tidak bisa menyatakan cinta secara langsung seperti laki laki. Karena itulah Flora lebih memilih untuk memendam perasaannya. Meskipun ia sadar kalau sampai kapan pun jika ia tidak mengatakan perasaannya Artha tidak akan tahu. Flora hanya berharap dan menunggu suatu saat Artha juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

Seperti anak-anak lainnya. Flora, Sonya, Leon dan Artha sering bermain bersama. Sebagai anak laki-laki bermain bola pasti menjadi hobinya Artha. Pernah suatu ketika Artha bermain bola sendiri. Ia menendang bolanya terlalu keras. Alhasil bolanya tersangkut di pohon. Dan kebetulan dirumah hanya ada bi Eni yang sedang memasak di dapur. Artha mencoba melempari bola tersebut dengan batu-batu kecil. Berharap batu tersebut dapat mengenai bolanya dan terjatuh. Berkali-kali mencoba tetapi tidak berhasil. Saat itu Flora melewati rumah Artha ketika pulang dari les piano. Ia melihat Artha sedang berdiri dibawah pohon halaman rumahnya sambil memandang ke atas. Kebetulan pintu pagar rumahnya terbuka. Entah apa yang di lakukan Artha yang hanya berdiri diam dibawah pohon. Flora yang bingung melihat tingkah Artha akhirnya menghampiri temannya itu.
Saat itu mereka umur 10 tahun.

"Hay, Artha. kamu ngapain berdiri mematung di bawah pohon begini?" Sapa Flora.

"Flora? Biasalah, bola ku tersangkut di pohon." Jawab Artha.

"Mama sama Papa kamu kemana?" Tanya Flora.

"Lagi ke rumah Omma sama Febri. Dirumah cuma ada Bi Eni yang lagi masak di dapur." Sambil memandangi bolanya yang masih tersangkut dipohon.

"Lalu, kenapa nggak kamu ambil bolanya?" Flora terlihat bingung dengan Artha.

"Aku dari tadi udah coba nglemparin pakai batu biar bisa jatuh. Tapi nggak kena terus." Jelas Artha.

"Hah? Pakai batu? Kenapa nggak coba manjat pohonnya aja?" Celetuk si kecil Flora.

Artha terdiam. Ia tidak mungkin bilang pada Flora jika ia tidak bisa memanjat pohon.

"Jangan bilang, kamu nggak bisa manjat pohon lagi?" Flora menduga Artha tidak bisa memanjat.

"Ya bisalah, masak anak cowok nggak bisa manjat pohon. Tadi cuman nggak kepikiran aja." Artha akhirnya nekat memanjat pohon itu. Namun belum sampai di atas ia sudah terpeleset dan jatuh.

Brukk.

"Aaauww..." Dan benar Artha terjatuh.

"Artha kamu gak papa? lutut kamu berdarah. Bentar aku ambilin plester di tas ku." Flora mengambil plester di tasnya lalu memakaikannya pada Artha.

"Kamu sih pakai bohong, kalau nggak bisa manjat itu bilang. Sekarang jatuh deh. Ya udah biar aku yang ambilin bola kamu." Ujar Flora.

"Emang kamu bisa manjat?"

"Ya bisa lah, lagian ini juga pohonnya nggak terlalu tinggi. Kamu tunggu di bawah ya!"
Perintah Flora.

Artha hanya menganggukkan kepalanya. Flora yang suka sekali memanjat pohon akhirnya membantu Artha mengambil bolanya. Tak lama kemudian ia turun dari pohon dan memberikan bola itu pada Artha.

"Nih, bola kamu. Ya udah, aku mau pulang dulu. Takut mamaku nyariin."
Artha mengangguk dan mengucapkan terimakasih.

"Makasih ya, Flora."

Flora tersenyum lalu segera mengayuh sepedanya dengan kencang agar segera sampai rumahnya. Sebenarnya meskipun Flora, Artha, Leon dan Sonya tidak satu kompleks mereka tetap sering bermain bersama. Karena mungkin mereka satu kelas dan kompleks mereka masing-masing juga tidak terlalu jauh. Kecuali Leon dan Sonya yang memang satu kompleks. Dan juga rumah mereka hanya berjarak beberapa rumah saja.

Setelah Flora kemarin membantu Artha mengambil bolanya. Besoknya Artha kerumah Flora saat pulang sekolah sekalian mengajaknya bermain bersama teman-teman yang lain di lapangan.

"Flora?"

Artha mengetuk pintu rumah Flora. Tak lama kemudian Flora membuka pintunya.

"Artha? Kamu abis dapat keajaiban apa? Kok kamu bisa kerumahku duluan. Biasanya juga kalau mau main, harus aku atau temen yang lainnya dulu yang menghampiri kamu dirumah." Ujar Flora.

"Ya sekali-kali lah, temen-temen udah pada nunggu kamu di lapangkan. Kan kita mau tanding bola"

"Ya udah, bentar aku ambil sepeda dulu." Flora mengambil sepedanya di garasi.

"Tunggu dulu! Aku mau ngasih sesuatu buat kamu."
Sambil menyerahkan kertas berisi gambar bola yang tersangkut di pohon dan seorang gadis yang memanjat pohon untuk mengambil bola temannya.

"Apa ini aku?" Tanya Flora.

"Iya. Ini kamu. Aku gambar ini karena kemarin kamu udah bantuin aku."

"Makasih ya Artha. Kalau gitu aku simpan dulu gambarnya bentar."
Flora masuk lagi ke dalam rumahnya. Dan tak lama kemudian ia keluar dari garasi sambil menaiki sepedanya.

"Udah Ra?" Tanya Artha.

"Udah. Yuk berangkat!" Ajak Flora.

Setelah itu mereka pergi ke lapangan bersama. Disana banyak sekali anak-anak yang sedang bermain. Tak luput dari itu ada juga Leon yang hobby sekali menggangu Sonya dan tidak berhenti sebelum Sonya kesal. Flora dan Artha meletakkan sepeda mereka dipinggir lapangan. Berjajar dengan sepeda teman-teman lainnya.

"Hay, semuanya." Sapa Flora. Ia berjalan menuju kerumunan teman-temannya.

"Nah, ini dia mereka. Akhirnya kalian datang juga. Kita udah nungguin dari tadi nih," Ujar Leon.

"Sonya kemana? Tadi aku lihat disini?" Tanya Flora.

"Itu! Lagi main kelereng sama Nita dan yang lainnya." Leon menunjuk ke arah Sonya.

"Biasalah, di gangguin sama Leon tadi." Celetuk Kinar.

"Udah bisa ditebak. Ya udah aku nggak jadi ikut tanding bola. Aku mau main sama Sonya kalau gitu." Ujar Flora.

"Flora, aku ikut. Aku juga lagi males main bola." Seru Kinar.

Akhirnya Flora dan Kinar memutuskan bermain bersama Sonya, Nino dan yang lainnya.

"Woy, kalian berdua kok malah pergi?nanti timnya bisa kurang." Teriak leon.

Namun mereka tidak peduli dan justru bermain kelereng.

"Tuh, kan. Kamu sih pakek usil sama Sonya. Pada ngambek semua deh." Artha menggelengkan kepalanya.

"kan tadi aku cuma bercanda." Leon merasa bersalah pada teman-temannya.

"Tau nih Leon." Sela Aris.

"Ya udah lah, kita gak usah tanding aja. Kita main point goal aja." Ujar Artha.

"Ya udah lah, kalau gitu." Ujar Leon.

Akhirnya mereka bermain point goal. Namun yang terjadi ketika bermain bola. Leon menendang bolanya terlalu keras dan meleset. Alhasil bola tersebut melayang dan mengenai kelereng milik Flora dan yang lainnya.

"Ini siapa sih yang nendang bola kesini? berantakan deh semua kelerengnya. Padahal dikit lagi gue menang." Teriak Flora.

Ia sudah merasa sangat kesal.

Semua nya yang terlibat bermain bola terdiam. Karena tidak ada yang mengaku, Aris menunjuk Leon.

"Kamu ya Leon?" Tanya Flora.

"Maaf ya Ra, aku nggak sengaja." Leon berusaha meminta maaf pada Flora dan yang lainnya.

"Kamu nyebelin banget sih Leon. Aku udah males main disini. Aku mau pulang aja." Flora kesal lalu segera mengambil sepedanya dan pulang.

"Flora tungguin! Aku juga mau pulang." Teriak Sonya.

"Buruan Sonya!" Flora ganti berteriak.

Mereka berdua akhirnya pulang. Dan permainan kelereng selesai. Semua anak-anak juga bubar.
Lagi pula hari juga sudah mulai petang. Meskipun Flora dan Sonya kesal saat bertengkar dengan leon. Tetap saja Leon juga selalu bisa membuat mereka tertawa dan menghidupkan suasana dengan segala tingkahnya. Berbeda dengan Leon, Artha justru jarang sekali menjahili temannya dan membuat keributan. Mungkin karena itu ia selalu jadi murid kesayangan guru-guru di sekolah. Ditambah lagi dengan kepribadiannya yang lembut,sopan dan juga pintar. Tetapi beberapa kali Flora kalah bersaing dikelas dengan Artha. Semua perasaan sukanya akan sejenak hilang atau berubah. Hanya saja ia berusaha untuk berfikir positif pada Artha dan mengingat bahwa Artha adalah sahabatnya.

Sampai saat ini lukisan sederhana buatan Artha masih disimpan rapi oleh Flora. Baginya itu adalah hal kecil yang sangat indah.

(Apapun wujud benda itu, jika orang yang kita sayang memberi. Semua tetaplah sebuah kenangan. Yang selamanya harus di jaga)

Jangan lupa vomment!!! Thank you

Continue Reading

You'll Also Like

54.4M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...
30.2M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
557K 37.8K 41
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
6.1M 478K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...