Love Story Of Sharga & Ahra ✅...

By FatimahIdris3

1.9K 1.8K 312

Hujan mengguyur bumi pagi itu. Jalanan digenangi air yang terus berjatuhan dari subuh tadi. Tampak gadis bert... More

BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 9
BAGIAN 10
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21
BAGIAN 22
BAGIAN 23
BAGIAN 24
BAGIAN 25
BAGIAN 26
BAGIAN 27
BAGIAN 28
BAGIAN 29
BAGIAN 30
BAGIAN 31
BAGIAN 32
BAGIAN 33
BAGIAN 34
BAGIAN 35
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2

BAGIAN 18

47 51 4
By FatimahIdris3

Masih terlalu pagi bagi Ahra untuk beranjak dari tempat tidur. Sekitar setengah jam yang lalu dia terbangun karna mimpi aneh baginya. Saat akan melanjutkan kembali tidurnya, bayangan dalam mimpinya terus muncul. Akhirnya dia hanya berbaring dan memainkan ponselnya. Ada pesan masuk dari El.

El: "Kenapa kau sudah bangun? Ini baru jam 4 subuh"

Me: "Aku terbangun karna mimpi, tapi tidak bisa melanjutkan tidur lagi"

El: "Sudah jangan dipikirkan, itu hanya mimpi"

Me: "Iya, kau sendiri kenapa belum tidur?"

El: "Aku tidak bisa tidur, sepertinya sudah terbiasa tidur bertiga denganmu dan Fai, jadi saat tidur sendiri rasanya aneh"

Me: "Harusnya kau jual saja apartemenmu itu, kau tinggal bersama kami disini"

El: "Akan kupikirkan nanti"

Me: "Terserah kau sajalah"

El: "Baiklah, kita lanjutkan nati ya"

Me: "Baiklah"

Ahra menyimpan ponselnya dan kembali mengingat mimpinya. Bukan tanpa alasan Ahra terus memikirkan mimpinya itu. Sudah lama sejak dia memutuskan untuk tidak lagi mengingat masa lalunya. Baru kali ini dia memimpikan mendiang sang ayah.

Mimpi itu seolah benar-benar nyata. Sosok ayahnya yang lemah lembut berdiri didepannya. Tatapan sendunya, senyum menenangkannya juga kata-katanya yang membuatnya tidak bisa lupa. Ahra ingat benar yang dikatakan ayahnya dalam mimpi itu.

"Anak ayah sudah dewasa, sudah mengerti tentang hidup yang tidak mudah, apapun yang terjadi ayah selalu bersamamu, ayah percaya kau bisa menghadapi setiap masalah yang datang, pria itu akan memberikan kebahagiaan untuk putri kesayangan ayah", Tangannya mengusap lembut rambut Ahra.

"Ayah tau kau masih ragu dengan perasaanmu, ayah tau meski niatmu tidak ingin membuat orang sekitarmu mendapat masalah, kau juga ingin membahagiakan ibu dan adikmu, percayalah perlahan kau akan menerimanya sebagai sosok pengisi hatimu"

Perlahan bayangan ayahnya memudar, lalu menghilang.
Ahra menghela napas dan perlahan menangis. Dia merindukan ayahnya lagi. Selalu seperti ini, padahal sebelumnya dia bisa menahan rasa rindunya pada sang ayah.

Meski setiap hatinya gundah, nama ayahnya yang disebutnya, namun dia bisa lupa setelahnya. Namun tidak kali ini.Apa ini ada hubungannya dengan keinginannya untuk mengingat kembali memori masa kecilnya.

Ahra mencoba menghentikan tangisnya, tapi bukannya berhenti dia semakin terisak, membuat Fai yang tidur disebelahnya terbangun.

"Ahra, kau kenapa? Ada apa??" Tanya Fai dengan suara khas laki-lakinya.

Dia panik saat mendapati Ahra menangis sesenggukan.

"Ahra, ayo katakan ada apa? Kau mimpi buruk?" Kali ini Fai menghadapkan tubuh Ahra kearahnya.

Ahra hanya membalas pertanyaan Fai dengan menggelengkan kepala.

"Sudah-sudah, tidak perlu dipikirkan, anggap saja itu bunga tidur ya" Kata Fai menghibur Ahra. Perlahan Ahra mulai berhenti menangis.

"Aku memimpikan ayah, Fai" Kata Ahra seperti anak kecil yang mengadu pada ibunya.

"Benarkah? Bukankah kau sudah tidak pernah memimpikan ayahmu sejak kau dinyatakan menderita childhood amnesia? Kenapa tiba-tiba kau kembali memimpikannya?" Tanya Fai bingung.

"Entahlah, aku tidak tau" Jawab Ahra.

Keduanya terdiam sebentar, sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Apa ini ada hubungannya dengan keinginanku untuk mengingat kembali masa kecilku?" Tanya Ahra tiba-tiba.

"Maksudmu?"

"Kau tau, sejak kuputuskan menerima persyaratan menikah dengan kak Sharga, aku memutuskan untuk perlahan membuka hatiku, menerimanya meski ada sedikit ragu, aku juga berusaha mengingat kembali masa kecilku, mungkin itulah sebabnya mimpi itu muncul" Jelas Ahra.

"Bisa jadi, tapi apa kau yakin ingin mengembalikan ingatan itu, yang artinya semua usahamu selama ini sia-sia? Kau juga akan kembali merasakan kesedihan seperti saat kau kehilangan ayahmu"

"Aku akan mencobanya Fai, aku yakin ini tidak seburuk itu" Ahra terlihat yakin dengan keputusannya. Fai tidak bisa mengatakan apapun jika Ahra sudah yakin dengan keputusannya.

🌸🌸🌸

"Sudah tanggal 8, bukankah kau harus menyelesaikan pertemuan dengan EO itu, harusnya semua sudah siap sebelum tanggal 20" Kata Diaz yang duduk di sebelah Sharga sambil menikmati sarapannya.

"Aaah, aku hampir lupa soal itu, kapan aku bisa bertemu dengannya?" Tanya Sharga menepuk keningnya pelan.

"Dia memintaku untuk menghubunginya jika kau ingin bertemu, dia bilang kau harus mengajak Ahra" Jawab Diaz masih asik dengan telur mata sapi kesukaannya.

"Untuk apa? Dia sudah bertemu Ahra setiap hari"

"Tentu saja membicarakan mengenai pertunangan kalian, oya apa kau sudah mengatakan hal ini pada Ahra?"

Sharga tidak langsung menjawab membuat Diaz mudah menebak jika pria itu belum memberitaukan hal ini pada Ahra.

"Astaga, kau terlalu sibuk mengancamnya, sampai hal penting seperti ini tidak kau beritau" Diaz mengangkat kepalanya dan menatap Sharga tajam.

"Heh kenapa kau selalu mengingatkan aku tentang itu, aku tau aku salah, tapi tidak perlu terus mengatakannya"

"Kenapa? Memang kenyataannya begitu" Kata Diaz tanpa dosa.

"Ya ya, kau menang sekarang" Sharga pasrah.

"Jadi kapan akan bertemu dengan Eo itu?" Diaz kembali bertanya.

"Bagaimana jika malam ini, kau juga ikut" Kata Sharga tanpa menalihat kearah Diaz.

"Huft.... Apa tidak bisa kau pergi sendiri saja, aku malas bertemu dengan EO itu"

"Kenapa? Apa kau menyukainya? Kau diam-diam menaruh hati padanya? Ayo katakan padaku" Sharga meledek Diaz habis-habisan.

"Iiissssshhtt... Siapa yang suka padanya, enak saja" Kata Diaz mengelak.

"Ayo katakan saja, tidak perlu malu begitu, aku adalah orang pertama yang akan mengucapkan selamat jika benar kau menyukai seorang wanita" Kata Sharga terus mendesak Diaz.

"Diamlah, sudah kukatakan aku tidak menyuakai wanita manapun termasuk EO itu" Diaz beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.

Sharga dengan cepat menyusul Diaz.

"Heh, katakan padaku apa yang tidak kau sukai dari... Siapa namanya?"

Sharga mencoba mengingat-ingat nama EO yang mengurus pesta ulang tahun perusahaannya.

"El, namanya El" Jawab Diaz.

"Nah iya El, dia cantik walau masih cantik Ahra, kelihatan baik meski lebih baik Ahra-ku, dia juga mandiri, lalu apalagi yang membuatmu tidak menyukainya?" Tanya Sharga yang menahan pintu mobil yang akan dibuka Diaz.

"Dia milik orang"

Satu kalimat yang membuat Sharga langsung terdiam. Sharga membiarkan Diaz masuk kedalam mobil.

"Ada hal yang lebih penting daripada mengurus percintaanku" Kata Diaz lalu melajukan mobilnya meninggalkan Sharga yang masih berdiri.

.Padahal Sharga sangat berharap Diaz menemukan seseorang yang bisa melengkapi hidupnya. Seseorang yang membuat sahabatnya itu terlihat seperti manusia normal pada umumnya. Suatu hari nanti, itu pasti.

🌸🌸🌸

Suara berisik anak-anak terdengar diruangan penuh warna-warni. Ada anak yang tidak bisa diam, berlari kesana kemari sesuka hati. Ada yang menangis karna takut pada anak yang lain. Ada yang diam-diam, ternyata menjatuhkan beberapa mainan.

Suasana seperti itulah yang Ahra hadapi setiap mengajar. Ada banyak anak dengan segala macam sifatnya.

"Anak-anak, ayo tenang dulu, kembali ketempat duduk masing-masing" Kata Ahra mulai memberi arahan pada anak-anak didiknya.

Bukan hal mudah membuat anak-anak itu menuruti perkataan Ahra. Mereka masih terus ribut.
Ahra menghela nafas dalam-dalam. Lalu kembali meminta anak-anak itu untuk diam. Butuh beberapa menit sampai akhirnya mereka diam dan duduk dengan tenang.

"Hari ini kita sudah belajar banyak hal, apa ada yang bisa menyebutkan, apa saja yang kita pelajari hari ini?" Tanya Ahra sambil memperhatikan satu persatu muridnya.

Kelas kembali riuh kala anak-anak itu berebut menjawab pertanyaan Ahra.

"Ya ya sudah cukup, kalian sangat pintar, baiklah sudah waktunya pulang, sebelum pulang, kita harus apa?" Tanya Ahra lembut pada anak-anak didiknya.

"Berdo'a!!!!" Jawab anak-anak itu semangat.

"Waaaah pintar sekali, baiklah kita berdo'a bersama-sama ya, berdo'a dimulai"

Ahra menundukkan kepala, berdo'a dengan khusuk. Muridnyapun melakukan hal yang sama dengan serentak.

"Berdo'a selesai" Kata Ahra setelah beberapa menit.

Anak-anak itu kembali riuh, berebut untuk mengambil tas dan sepatu yang disusun dirak yang disediakan sekolah. Beberapa anak yang sudah bisa memakai sepatu sendiri dengan sigap mengambil posisi di lantai. Sementara yang belum bisa, menunggu giliran untuk di bantu oleh Ahra.

Setelah semua selesai, satu persatu anak itu keluar dari kelas. Mereka disambut oleh orang tua masing-masing yang sudah menunggu diluar. Ada satu anak yang seperti biasa selalu terlambat dijemput orang tuanya. Ahra menghampiri anak itu.

"Gamila masih menunggu ayah? Mau memainkan sesuatu dengan kakak?" Tanya Ahra sambil mengelus rambut keriting anak perempuan itu.

Anak itu hanya menggeleng. Wajahnya tampak sedih dan tidak bersemangat.
Ahra tau, anak itu tumbuh tanpa kasih sayang dari ibunya. Gamila ditinggalkan saat dirinya dilahirkan kedunia. Ayahnya satu-satunya yang merawat dan membesarkan dirinya.
Beberapa menit kemudian, ayah Gamila datang.

"Gamila, ayah datang" Kata Ayah Gamila sambil mengedarkan penglihatannya keseluruh kelas.

Mendengar suara ayahnya, Gamila segera berlari dan memeluk ayahnya erat.

"Ayah minta ma'af ya, tadi ada rapat mendadak jadi ayah terlambat menjemputmu" Kata Ayah Gamila sambil mengecupi pipi gembul Gamila.

"Bisa tidak, kau memberi kabar jika terlambat menjemput Gamila, anak itu sedih karna harus menunggumu" Kata Ahra sambil melangkah mendekati ayah dan anak itu.

"Iya iya aku minta ma'af, akan aku usahakan menjemputnya tepat waktu, lagipula apa gunanya ada kau disini, aku bisa mengandalkanmu" Kata Ayah Gamila.

"Terserah kau saja, beruntung aku yang jadi sepupumu, coba kalau orang lain"

"Cerewet sekali kau ini" Ayah Gamila menggendong anaknya dan melangkah keluar kelas.

Ahra mengikuti disampingnya. Mereka berjalan bersisihan dengan Gamila digendongan ayahnya. Ya, ayah Gamila adalah sepupu jauh Ahra. Dulu Ahra sering pergi kesekolah bersamanya sebelum mengenal Sharga.

Hubungan keduanya sama seperti hubungan sepupu pada umumnya. Tapi seiring berjalannya waktu, mereka sempat putus kontak. Mereka kembali terhubung saat ayah Ahra berpulang. Saat itulah keduanya saling kontak lagi. Bahkan Ahra memutuskan untuk merantau kekota ini juga atas usulan sepupunya itu.

Awalnya, Ahra tinggal bersama sepupu dan istrinya. Namun setelah kepergian istri sepupunya itu, Ahra memutuskan untuk mencari tempat kost dan tinggal bersama Fai. Ahra sempat merawat Gamila hingga gadis itu berumur 3 tahun. Karna tidak mau merepotkan Ahra, akhirnya sepupunya itu memperkerjakan seorang baby sitter. Ahra jadi jarang mampir ketempat sepupunya.

Selain sudah ada baby sitter, keluarga dari mendiang istri sepupunya sedikit tidak suka jika Gamila akrab dengannya.

"Agam, apa aku boleh tanya sesuatu padamu?" Tanya Ahra tiba-tiba.

"Tanya apa?"

"Kau kenal Sharga?"

"Sharga?" Sepupu Ahra itu mencoba mengingat-ingat apa dia pernah memiliki kenalan bernama Sharga.

"Iya, apa kau pernah mengenal pria bernama Sharga?"

"Biar aku ingat-ingat, sepertinya nama itu tidak asing"

Beberapa detik kemudian, Agam menghentikan langkahnya.

"Aku ingat sekarang, Sharga itu anak baru saat sekolah dasar, kalau tidak salah, dulu kalian sangat dekat, bahkan kau melupakanku" Kata Agam sambil mencibir kearah Ahra.

"Begitu ya, jadi benar aku pernah mengenalnya saat kecil" Gumam Ahra.

"Tentu saja, kau dan dia sudah seperti lem yang merekat satu dengan yang lain, bahkan ayahmu tidak pernah protes sedikitpun jika dia datang menemuimu, tapi sayangnya dia pindah keluar negeri setelah neneknya meninggal" Kata Agam bercerita.

"Lalu, apa aku dan Sharga pernah menjadi sepasang kekasih? Maksudku seperti apa hubungan kami saat itu?" Tanya Ahra semakin penasaran.

"Hmm... Aku tidak tau disebut apa hubungan kalian waktu itu, tapi teman-teman Sharga menganggap kalian sebagai pasangan kekasih" Jawab Agam sambil membenarkan posisi Gamila yang ada di gendongannya. Anak itu ternyata tertidur.

"Kenapa kau menanyakan hal ini? Bukankah harusnya kau juga tidak ingat nama itu?" Tanya Agam, menatap Ahra yang masih berdiri disampingnya.

"Aku akan menikah dengannya" Jawab Ahra sendu.

"Hah? Benarkah? Bagaimana bisa? Sepertinya banyak hal yang aku lewatkan" Agam terkejut mendengar perkataan Ahra.

Lalu perlahan Ahra menceritakan semuanya pada sepupunya itu. Mulai dari persyaratan yang dilakukan antara adiknya dan Sharga.

"Astaga, aku tidak menyangka Sharga akan melakukan itu untuk memilikimu, tapi apa kau yakin akan menikah dengannya?" Tanya Agam menatap Ahra prihatin.

"Yah, apa mau dikata, aku sudah mengambil keputusan, jadi akan aku jalankan seperti yang seharusnya" Jawab Ahra pasrah.

"Aku harap kau bisa bahagia bersamanya"
Ahra hanya tersenyum dan berharap perkataan Agam adalah do'a untuknya.

"Aku harus pulang, Gamila sudah tertidur, kau mau ikut bersamaku sekalian?" Tanya Agam sambil memeriksa jam ditangannya.

"Tidak perlu, kita kan tidak satu arah, aku akan naik taksi nanti, pulanglah Gamila pasti tidak nyaman tidur seperti itu" Jawab Ahra. Tangannya mengusap sayang rambut Gamila.

"Baiklah, sampaikan salamku pada Sharga ya, aku pergi", Agam melangkah menuju mobilnya. Lalu meninggalkan Ahra yang masih berdiri didekat kelas.

Dari tempat parkir mobil disekolah itu, ada Sharga yang dari tadi menyaksikan kedekatan Ahra dan Agam. Sharga salah paham, dia mengira ada hubungan khusus antara keduanya.

"Sial, siapa laki-laki tadi? Kenapa dia terlihat sangat akrab dengan Ahra?" Sharga terus bermonolog sendiri.

Sesekali rasa kesalnya dia lampiaskan pada kemudi. Tanpa dia sadari, Ahra ternyata mengenali mobil yang dipakai Sharga. Saat akan keluar pagar, dia memperhatikan mobil berwarna hitam itu. Setelah yakin mobil itu milik Sharga, Ahrapun menghampirinya dan mengetuk kaca tepat disamping Sharga.

"Tok tok tok",

Sharga langsung menolehkan kepalanya dan langsung membuka jendela mobilnya saat tau itu Ahra.

"Ternyata benar" Gumam Ahra.

"Kenapa tidak turun? Apa kau baik-baik saja?"

"Hmm.... Ya aku baik, aku baru saja akan turun, tapi kau malah menghampiriku lebih dulu"n Kata Sharga salah tingkah. Ahra mengangguk-anggukkan kepala.
"Masuklah, kau sudah selesai mengajar kan?"

"Baiklah" Kata Ahra bersemangat.

Ahra masuk kedalam mobil dengan wajah ceria. Ini pertama kalinya Ahra menunjukkan wajah cerianya didepan Sharga. Apa mungkin karna Ahra baru saja bertemu dengan pria yang Sharga tidak tau siapa.

"Kak, ada apa? Kenapa hanya diam?" Tanya Ahra bingung. Sharga tidak melajukan mobilnya padahal Ahra sudah masuk ke dalam mobil.

"Iya, ayo pulang" Sharga gelagapan sendiri.

Lalu perlahan melajukan mobilnya keluar dari area sekolah. Sepanjang perjalanan, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Kak Sharga.."

"Ahra..."

Keduanya berkata bersamaan.

"Kau dulu saja yang bicara" Kata Sharga.

"Tidak, kak Sharga saja, aku akan bicara setelah kakak" Ahra memilih untuk bicara setelah Sharga.

"Tidak, kau saja dulu" Tolak Sharga.

"Tidak kak, aku akan bicara setelah kak Sharga selesai bicara" Kata Ahra.

Akhirnya Sharga memilih untuk bicara lebih dulu.

"Baiklah, aku hanya ingin mengajakmu makan malam" Kata Sharga sedikit canggung.

"Owh begitu, hanya makan malam? Bukan pertemuan seperti waktu itu kan?"

"Hmm... Sebenarnya, aku juga ingin membicarakan tentang rencana pertunangan kita"

Tidak ada tanggapan dari Ahra, membuat Sharga semakin canggung.

"Kau tenang saja, Diaz dan dua temanmu itu juga ikut" Tambah Sharga.

"Baiklah, aku setuju" Kata Ahra sambil tersenyum.

"Lalu, apa yang ingin kau katakan tadi?" Tanya Sharga penasaran.

"Itu soal Agam, dia menitip salam untuk kak Sharga"

"Agam? Sepupumu itu? Dia ada dikota ini?"

"Iya, dia ada dikota ini juga dan anaknya sekolah ditempatku mengajar, dia selalu terlambat menjemput Gamila, aku jadi kasian, sejak ditinggal istrinya hidupnya berantakan" Kata Ahra sedih membayangkan Agam dan Gamila.

"Laki-laki yang bersamamu tadi itu Agam?"

"Jadi kak Sharga tau, tadi ada Agam, kenapa kakak tidak turun dari mobil?"

Ahra menatap Sharga curiga.

"Ya mana aku tau kalau itu Agam, aku kira..." Sharga tidak melanjutkan perkataannya.

"Kak Sharga kira apa?" Tanya Ahra menatap Sharga tajam.

"Sudahlah, aku lapar, kita berhenti direstoran Fai ya, kita makan disana" Kata Sharga mencoba mengalihkan pembicaraan.

🌸🌸🌸

(Jangan lupa vote dan koment ya guys.... Makasi)

Continue Reading

You'll Also Like

4M 161K 69
Highest rank: #1 in Teen-Fiction and sci-fi romance, #1 mindreader, #2 humor Aaron's special power might just be the coolest- or scariest- thing ever...
1.9M 46.7K 54
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
44.4M 1.3M 37
"You are mine," He murmured across my skin. He inhaled my scent deeply and kissed the mark he gave me. I shuddered as he lightly nipped it. "Danny, y...
194M 4.6M 100
[COMPLETE][EDITING] Ace Hernandez, the Mafia King, known as the Devil. Sofia Diaz, known as an angel. The two are arranged to be married, forced by...