Dari Dekat sudah terlihat plang toko buku tujuan Syila.
"Itu berhenti disana." Tangan Syila mengarahkan Arlan.
Tak selang berapa lama, Arlan menghentikan motornya di area parkir toko buku tersebut. Syila melepas kaitan helm lalu turun dari motor.
"Makasi." Ucap Syila lantas berbalik melangkah.
"Nanti mau dijemput?" Tanya Arlan setelah melepas helmnya.
Syila sontak memutar badannya, ini serius Arlan menawarkan jemputan. "Lo serius nawarin jemput?" Tanya Syila memastikan.
Arlan menatap Syila lurus. "Mau atau nggak?" Ujarnya tegas.
Syila berfikir sebentar lalu dengan cepat mengangguk. "Mau." Jawabnya. Kebaikan lainnya yang juga tidak boleh ditolak.
"Nanti gue wa ya kalo udah mau pulang." Tambah Syila dengan senyuman. Kakinya kembali berjalan menuju toko, namun sebelum ia memasuki pintu badannya berbalik sekali lagi lalu melambaikan tangannya pada Arlan. "Hati-hati."
Arlan hanya tersenyum tipis. Tangannya terangkat menyisir rambut ke belakang sebelum kembali mengenakan helm.
Syila masih memikirkan Arlan di dalam otaknya. "Kesambet apa ya tuh setan, jadi baik banget." Syila tertawa sendiri hingga membuat salah satu pegawai toko buku menatapnya aneh. Buru-buru Syila berjalan menuju rak-rak buku.
Tak butuh waktu lama bagi mata Syila untuk menemukan novel yang ia ingin. Tangannya terulur mengambil novel tersebut dari rak. Mumpung ia sedang berada di toko buku, Syila memanfaatkan waktunya untuk melihat novel-novel lain. Jika bagi orang lain berada di toko buku membosankan bagi Syila berada di toko buku seperti surga dunia.
Waktu berjalan, Syila tengah memilih kuas-kuas di rak peralatan melukis. Selain membaca buku, Syila juga memiliki hobi melukis yang juga sebagai salah satu bakatnya. Mungkin saat ini sudah lebih dari satu jam ia berada dalam toko buku, apalagi di toko buku ini menyiapkan tempat duduk untuk membaca sekilas.
Syila mengambil handphone di dalam tasnya, ia mencari nama Arlan di pencarian whatsapp.
"Hei." Sebuah tangan menepuk kecil pundak Syila, membuatnya memutar badan.
"Erga, ngagetin aja."
Erga mengintip barang-barang di tangan Syila. "Udah daritadi ya?"
Syila mengangguk. "Iya, lo kesini cari buku juga?"
Erga menggeleng. "Enggak, gue abis dari toko alat musik sebelah, perbaikin gitar."
"Lo bisa main gitar dong berarti?" Tanya Syila excited.
Erga menarik tangan Syila mengajaknya duduk. Syila tak menolak dan hanya membiarkannya.
"Kalo ngobrol enakan duduk. Oh ya soal pertanyaan tadi, ya bisa dong, mau diajarin?" Tawar Erga dengan senang hati.
Syila meletakkan barang-barang yang ia genggam di atas pahanya. "Beneran?"
Erga mengacak rambut Syila pelan. "Bolehlah." Tukasnya diiringi bibir yang melengkung ke atas.
Syila terdiam sesaat karena tindakan Erga. Well, hatinya cukup tergerak.
Erga menatap sekitar. "Gue mau pulang, lo mau gue anter?"
Syila menggigit bibir bawahnya, ia teringat akan tawaran Arlan untuk menjemputnya. "Gue pulang naik ojek online aja." Tolak Syila baik-baik beralasan ojek online, jelas tidak mungkin ia mengatakan akan dijemput Arlan.
"Udah bareng aja, gue ga nerima penolakan lagi." Tolak Erga balik. Tangannya kembali menarik tangan Syila lalu mengajaknya keluar.
Syila menghentikan langkah Erga. "Tunggu-tunggu, gue belum bayar." Syila menunjukkan buku dan barang lainnya yang ia genggam.
Erga terkekeh. "Maaf-maaf, kalo gitu gue tunggu di luar." Ia lantas berjalan terlebih dahulu.
Syila berhenti di kasir dan membayar barang-barang yang ia beli. Tangannya merogoh tas untuk mengambil handphone. Ada baiknya ia memberi tahu Arlan terlebih dahulu untuk tidak menjemputnya dan tentu saja dengan alasan yang bohong. Berkat dua laki-laki ini Syila jadi banyak berbohong hari ini.
Arlan
Arlan, gue pulang naik ojek online aja.
Nggak usah jemput ya.
Setelah mengirimkannya, Syila menyodorkan beberapa lembar uang kepada kasir. Seusai membayar, Syila berjalan keluar menghampiri Erga.
"Udah selesai?" Tanya Erga di samping pintu toko.
Syila mengangguk. "Udah, yuk buruan udah malam." Ajak Syila. Erga melangkah terlebih dahulu, menuntun Syila ke mobilnya.
Mereka berdua sudah memasuki mobil dengan Erga di kursi pengemudi dan Syila di kursi penumpang.
"Oh ya lo tadi kok bisa masuk ke toko buku?" Tanya Syila.
Erga mulai menjalankan mobilnya. "Nggak sengaja liat lo, jadi gue mampir bentar."
Syila manggut-manggut. Selama perjalanan cukup banyak hal yang mereka bincangkan satu sama lain, mulai dari Syila yang meminta Erga menjelaskan sekolah mereka hingga cerita perjalanan Erga menjadi ketua osis di SMA.
Rumah Syila sudah dekat, kurang dari satu km. Syila melihat ke arah luar jendela. Saat ini yang ada di pikirannya adalah apakah Arlan sudah di rumah, sebenarnya ia merasa tidak enak dengan laki-laki itu.
Tunggu, kalo Arlan udah di rumah berarti dia nggak boleh lihat Syila pulang bareng Erga dong.
"Erga!" Teriak Syila dengan kencang.
Erga cukup dibuat terkejut oleh teriakan Syila yang tiba-tiba. Untung tangannya yang bertengger di setir mobil tak sampai ikut terpengaruh.
"Maaf-maaf, turunin gue di belokan itu dong." Pinta Syila dengan tulujuk yang menunjuk belokan beberapa meter lagi.
Erga memandang Syila aneh. "Kenapa nggak langsung depan rumah aja? "
Syila menggelengkan kepalanya cepat. "Ehm itu gue lagi pingin jalan-jalan aja gitu nikmatin udara malam." Ucap Syila diiringi kekehan kecil.
Erga terkekeh dengan satu tangan yang memegang setir. "Oke-oke." Paling tidak ia sudah mengantar gadis di sampingnya.
Syila menghela nafas lega, untung Erga tidak bertanya lebih jauh. Mobil Erga lantas tepat berhenti di belokan. Tangan Syila melepas seat belt lalu beralih membuka pintu.
Syila melambaikan tangannya setelah ia berada di luar. Erga membalasnya balik lalu perlahan menjalankan mobilnya.
Syila mulai melangkahkan kakinya. Untung dari belokan tadi ia tidak perlu berjalan jauh. Ia menatap sekelilingnya yang cukup sepi. Tiba-tiba sebuah suara mencuri perhatiannya.
"Ma, ayolah mumpung lagi diskon." Suara tersebut berasal dari rumah yang tengah Syila lewati. Terlihat di teras rumah, seorang gadis merangkul pundak mamanya.
"Kamu mau belanja aja tapi ga pernah bantuin mama di rumah ya." Omel mamanya.
Gadis itu terlihat masih berusaha membujuk mamanya sembari bergelayut manja. Mata Syila mematap pemandangan tersebut dari jauh. Hatinya tiba-tiba terasa perih dan matanya mulai berair. Pemandangan itu membuatnya teringat akan sosok ibunya. Berada di daerah pelosok membuat Syila kesulitan berkomunikasi dengan sang ibu. Setelah ia sampai di Jakarta, Syila hanya berhasil menghubungi ibunya kurang dari lima kali dan itupun dalam waktu yang singkat.
Kaki Syila lanjut melangkah dengan air mata yang kian mengalir, tangannya tergerak menghapus tapi air matanya terus berjatuhan.
...
Arlan tengah mengemudikan motornya di jalanan. Posisinya sudah dekat dengan rumah, namun di depannya terlihat punggung seseorang yang familiar. Punggung itu terlihat bergetar, Arlan memutuskan untuk memarkirkan motornya di pingir.
"Hei." Arlan menarik pundak itu untuk membuatnya berbalik.
Betapa terkejutnya Arlan mendapati wajah Syila penuh dengan air mata yang bercucuran. Arlan memegang kedua pipi Syila, membuat gadis itu menatapnya. "Lo kenapa?" Tanya Arlan khawatir.
Bukannya menjawab, Syila menjatuhkan kepalanya di dada Arlan, menjadikan dada bidang laki-laki itu sebagai sandaran. Tangisan kembali terdengar ke permukaan. Tangan Arlan terangkat menepuk pundak Syila kecil, menenangkannya. Sejujurnya iabtak berpengalaman mengatasi perempuan yang tengah menangis.
Beberapa orang yang lewat menatap mereka berdua aneh. Arlan segera menutupi Syila dengan kedua sisi jaketnya lalu membawa Syila ke belakang salah satu pohon. Mereka berdua bertahan di posisi ini untuk beberapa menit, hingga Arlan memutuskan untuk mengangkat wajah Syila.
"Kenapa nangis?" Tanya Arlan.
Wajah Syila terlihat merah dan ia masih sesenggukan. "Gue tiba-tiba kangen ibu gue." Begitu mengucapkan kata ibu, air mata Syila kembali mengalir turun. "Hiks...."
Arlan menarik gadis itu kembali mendekat, membawa tubuh Syila ke dekapannya. Kalo tadi tangannya hanya diam di sisi tubuhnya kali ini Arlan memeluk Syila hangat. Bajunya mulai terasa basah oleh air mata yang menembus. Tangannya tergerak menepuk punggung Syila kecil dan lembut. Perlahan dapat Arlan rasakan sepasang tangan memeluknya balik dengan erat.
"Berhenti nangis ntar lo keliatan tambah jelek."
Update 🎉🎉
Semoga kalian suka :)
Jangan lupa di vote ya ⭐, sangat membantu
Oh ya, jangan lupa follow juga 😊
Nggak boleh lupa nih, semangat ya sekolahnya, padahal mah masih pingin libur ya wkwk 😂😂
Oh ya mau nanya dong, kedepannya kalo aku update cerita bagusnya sekitar jam berapa? Dijawab ya
See u guys in the next chapter
Byee 🖐🖐