Love Story Of Sharga & Ahra ✅...

Door FatimahIdris3

1.9K 1.8K 312

Hujan mengguyur bumi pagi itu. Jalanan digenangi air yang terus berjatuhan dari subuh tadi. Tampak gadis bert... Meer

BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 9
BAGIAN 10
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 16
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21
BAGIAN 22
BAGIAN 23
BAGIAN 24
BAGIAN 25
BAGIAN 26
BAGIAN 27
BAGIAN 28
BAGIAN 29
BAGIAN 30
BAGIAN 31
BAGIAN 32
BAGIAN 33
BAGIAN 34
BAGIAN 35
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2

BAGIAN 17

50 50 12
Door FatimahIdris3

El dan Fai sibuk berdiskusi masakan apa yang akan dihidangkan dipesta perusahaan milik tuan Pradipta. Sementara Aro sibuk didapur menyiapkan pesanan pelanggan yang datang.

"Siapkan saja menu yang sederhana, tidak perlu mewah" Kata El memberi masukan.

"Heh, masalahnya CEO itu suka tidak dengan makanan yang sederhana, dia kan orang kaya" Kata Fai yang dari tadi sibuk menulis menu apa saja yang menurutnya cocok dipesta ulang tahun perusahaan keluarga Pradipta.

"Lalu kenapa jika dia orang kaya? Dia juga manusia" Kata El sambil meminum jus alpukatnya.

"Tuan Pradipta suka semua makanan, dia tidak pernah pilih-pilih makanan, tulis saja makanan yang biasa kau buat" Aro muncul tiba-tiba dari dapur.

"Kau ini, apa begitu mengidolakan orang itu sampai setiap membicarakannya, kau pasti sangat bersemangat" Kata El menatap Aro dengan muka penasarannya.

"Tentu saja aku mengidolakannya, semua orang juga mengidolakannya, dia sosok yang sangat sempurna, sudah tampan, kaya raya, baik hati juga, Ahra sangat beruntung" Kata Aro memuji Sharga.

Fai dan El memutar kedua matanya malas.

"Aku curiga, apa kau suka sesama jenis?" Tanya El sedikit berbisik sambil memicingkan matanya pada Aro.

"Enak saja, aku masih normal" Jawab Aro dengan nada sedikit tinggi.

"Kalaupun kau penyuka sesama jenis juga tidak masalah" Kata El menahan tawanya.

Fai yang dari tadi diam langsung memukul kepala El dengan bulpoin yang dipegangnya.

"Aaaaawww..... Kenapa kau memukulku?" Protes El sambil mengelus kepalanya.

"Jangan bicara sembarangan, perkataanmu bisa membuat orang lain salah paham" Kata Fai.

Mendengar Fai membelanya, Aro menjulurkan lidahnya kearah El. Melihat itu, El kesal dan hampir melayangkan pukulan kearah Aro. Tapi dengan cepat Aro menghindar. Hal itu membuat El kesal sendiri.

"Awas kau Aro, aku akan membalasmu" Teriak El yang membuatnya jadi perhatian para pengunjung direstoran.

Menyadari hal itu membuat El malu sendiri. Lalu diapun membungkukkan badannya, meminta ma'af. Kemudian El duduk kembali sambil menundukkan kepalanya malu.

"Hahahaha, makanya jangan suka berteriak sesuka hatimu, wajahmu lucu sekali" Kata Fai sambil tertawa melihat kelakuan El. El memasang wajah cemberut.

🌸🌸🌸

Ahra menyuapkan sesendok bubur pada Sharga. Pria itu benar-benar sakit seperti dugaan Ahra. Setelah mendapat telepon dari Sharga, beberapa menit kemudian anak buahnya datang.

Ahra terpaksa mengurungkan niatnya untuk pergi mengajar. Dia datang ketempat Sharga dengan pakaian yang biasa dipakainya jika mengajar. Plaid blazer dengan dalaman polos juga rok sepanjang lutut. Tidak lupa snekers yang membuat Ahra terlihat lebih dewasa.

"Apa kau selalu berpakaian seperti ini setiap mengajar?" Tanya Sharga setelah menghabiskan buburnya.

"Heum" Jawab Ahra singkat.

Tangannya sibuk merapikan mangkok bekas Sharga makan.

"Ayo minum obatnya dulu" Kata Ahra sambil mengulurkan tangannya yang terdapat obat milik Sharga. Tanpa banyak protes, Sharga menurut.

Setelah selesai, Ahra mengambil peralatan makan Sharga, lalu berdiri ingin membawanya kedapur.

"Kau mau kemana, Ahra?" Tanya Sharga mencegah Ahra yang sudah bersiap membuka pintu.

"Mengembalikan ini kedapur" Jawab Ahra sambil tersenyum.

"Tidak perlu, simpan saja dimeja, nanti biar pelayan yang membersihkan" Kata Sharga.

"Tidak tidak, aku akan mengembalikannya sendiri, pekerjaan mereka sudah terlalu banyak, hanya mengembalikan ini saja tidak akan membuatku kehilangan harga diriku kan" Kata Ahra keras kepala. Diapun keluar dari kamar Sharga.

"Benar-benar tidak berubah, masih baik seperti dulu" Gumam Sharga sambil tersenyum.

Ahra menuruni tangga sambil membawa bekas makan Sharga menuju dapur. Ada 2 orang pelayan yang tengah mengerjakan sesuatu. Mereka tampak terkejut saat tau Ahra membawa bekas makan Sharga sendiri.

"Ya ampun nyonya, kenapa tidak memanggil kami saja" Kata Pelayan bertubuh kurus itu panik. Lalu segera menghampiri Ahra dan mengambil nampan yang dibawa Ahra. Pelayan yang tubuhnya sedikit lebih berisipun menghampiri Ahra. Ada tepung di bajunya yang berwarna dongker.

"Apa nyonya membutuhkan sesuatu lagi?" Tanyanya ramah.

"Tidak, lanjutkan saja pekerjaan kalian" Jawab Ahra sedikit canggung. Ahra membalikkan badannya saat Diaz datang.
"Lila, aku minta air putih...." Kata Diaz. Pria itu baru saja datang.

"Baik tuan Diaz, akan saya ambilkan" Kata Pelayan yang bertubuh berisi itu, lalu melangkah mengambil air putih yang diminta Diaz.

Diaz menatap Ahra beberapa saat.

"Hai...." Sapa Ahra lebih dulu.

Dia sedikit canggung melihat pria yang dia tau orang kepercayaan Sharga itu.

"Selamat siang nyonya" Balas Diaz sambil menundukkan badannya.

"Iya... Selamat siang" Kata Ahra menatap Diaz agak lama. Dia jadi ingat seseorang yang dia temui dipesawat saat dia pulang ketempat ibu dan adiknya.

"Aaaah aku baru ingat sekarang, kau orang yang dipesawat itu kan? Aku tau itu kau" Kata Ahra bersemangat.

Diaz menghela nafas. Sepertinya dia memang harus mengakui bahwa orang yang disebut Ahra itu dirinya.

"Ya anda benar, memang sayalah orang itu" Kata Diaz pasrah.

"Benarkan dugaanku, kenapa sebelumnya kau tidak mengaku?" Tanya Ahra penasaran.

"Saya hanya menjalankan tugas saya untuk memastikan anda selamat nyonya" Jawab Diaz sopan.

"Menjalankan tugas? Berarti kak Giu yang memintamu mengikutiku?" Ahra kembali bertanya. Diaz menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Ahra...!!!" Suara Sharga terdengar dari arah tangga. Pria itu turun dan mencari keberadaan Ahra. Diaz dan Ahra yang mendengar suara Sharga sama-sama menoleh.

"Kau ada disini ternyata" Kata Sharga setelah ada didepan Ahra dan Diaz.

"Saya permisi nyonya, tuan" Kata Diaz yang akan pergi meninggalkan Sharga dan Ahra. Tapi langkahnya terhenti saat Sharga memanggilnya.

"Heh, sejak kapan kau memanggilku tuan saat dirumah?" Tanya Sharga bingung.

Diaz melirik kearah Ahra memberi isyarat pada Sharga.
Mengerti dengan isyarat yang diberikan Diaz, Shargapun tersenyum. Lalu mendekati Diaz dan merangkul pundak sahabatnya itu.

"Ahra, perkenalkan pria kaku dan sok cool ini adalah Diaz, orang kepercayaan sekaligus sahabat baikku, dia juga satu-satunya keluarga yang aku punya" Sharga memperkenalkan Diaz dengan bangga.

"Benarkah?" Tanya Ahra tidak percaya.

"Iya benar, dia orang terbaik yang kukenal" Jawab Sharga dengan mata berbinar. Ahra yang melihat itu ikut tersenyum.

"Berhentilah menatapku begitu, apa kau tidak malu bersikap seperti anak kecil didepan seorang wanita?" Kata Diaz salah tingkah. Tangannya berusaha melepaskan rangkulan Sharga pada pundaknya.

"Memangnya kenapa? Dia sebentar lagi akan menjadi istriku, jadi tidak masalah" Kata Sharga, masih mempertahankan rangkulannya dipundak Diaz.

"Hmm.... Apa sekarang aku boleh pulang?" Tanya Ahra yang tidak enak sendiri menyaksikan perdebatan Sharga dan Diaz.

Kedua pria itu berhenti berdebat dan langsung menoleh kearah Ahra.

"Kenapa harus pulang?" Tanya Sharga sambil melepas rangkulannya pada pundak Diaz.

"Ma'af nyonya jika membuat anda tidak nyaman" Sambung Diaz masih dengan bahasa formalnya.

"Bu... Bukan, bukannya aku tidak nyaman, hanya saja...."

"Aku tidak mengijinkan kau pulang, aku masih sakit dan kau harus merawatku sampai sembuh" Perkataan Ahra langsung dipotong Sharga. Pria itu sekarang kembali ke sifat pemaksanya.

"Dasar manja" Kata Diaz sambil memukul kepala Sharga, membuat Sharga meringis kesakitan.

"Kau liat, aku tidak akan sembuh jika yang merawatku orang jahat seperti dia" Rengek Sharga, kembali memperlihatkan sikap kekanakkannya. Ahra yang melihat itupun bingung. Dia tidak mengerti kenapa Sharga bisa dengan tiba-tiba berubah sikap dengan cepat. Ahra mulai berpikir jika Sharga memiliki kepribadian ganda.

"Ma'af nyonya, sepertinya sakit membuat sikap tuan Sharga berubah-ubah seperti bunglon" Kata Diaz yang menyadari sikap bingung Ahra. Mendengar perkataan Diaz, Sharga melotot kearahnya. Sementara Ahra hanya senyum-senyum tidak jelas.

"Jangan dengarkan dia Ahra, ayo pergi" Kata Sharga sambil meraih tangan Ahra dan mengajaknya pergi dari hadapan Diaz.

"Aku tidak tau kalau cinta bisa membuat seseorang bersikap aneh" Gumam Diaz sambil menggelengkan kepalanya tidak habis pikir melihat tingkah Sharga tadi.

"Anda juga akan bersikap begitu jika sedang jatuh cinta", Kata Lila, pelayan bertubuh berisi itu yang berdiri disamping Diaz sambil menyodorkan segelas air yang diminta Diaz tadi.

Diaz mengambil gelas itu dari tangan Lila, lalu meneguk airnya sampai habis.

"Aku harap aku tidak pernah jatuh cinta", Kata Diaz sambil menyerahkan gelas yang isinya sudah diminumnya pada  Lila.

Diaz meninggalkan dapur, menuju kamarnya.
"Suatu saat anda pasti merasakan jatuh cinta" Gumam Lila, lalu melanjutkan kembali pekerjaannya.

🌸🌸🌸

Sharga membawa Ahra kembali kekamarnya. Pria itu mendudukkan Ahra ditempat tidur king size miliknya.

"Tetaplah disini Ahra, aku ingin menghabiskan waktu denganmu hari ini" Kata Sharga dengan kedua tangan yang memegang pundak Ahra.

"Huft.... Apa yang harus aku lakukan? Kau sepertinya tidak membutuhkanku" Ahra mengembungkan pipinya. Hal itu membuat Sharga gemas sendiri. Sharga mencubit pipi tembam Ahra.

"Kau cukup diam menemaniku disini, tidak perlu melakukan apa-apa" Kata Sharga sambil berjalan kearah rak berisi beberapa buku. Dia mengambil sebuah album yang tersimpan disela-sela buku. Dia membawa album itu dan duduk disamping Ahra.

"Itu album apa?" Tanya Ahra penasaran.

"Ini album kenangan masa kecil kita, aku akan menunjukkannya padamu, siapa tau perlahan kau akan mengingatku".Jawab Sharga, lalu perlahan membuka album bertuliskan "I and My Princess" disampul bagian depan.
Difoto pertama, Ahra melihat anak perempuan dengan rambut kuncir dua tertawa lebar.

Ahra tersenyum melihat dirinya di masa lalu. Disebelah anak perempuan itu, ada seorang anak laki-laki yang Ahra tidak ingat siapa itu. Wajahnya mirip Sharga.

"Ini aku", Kata Sharga seolah dapat membaca apa yang dipikirkan Ahra.

"Kau tau, foto ini diambil saat perayaan ulang tahunmu" Kata Sharga.

"Benarkah? Aku tidak ingat pernah merayakan ulang tahun saat masih kecil" Ahra menunduk, dia menyesal sama sekali tidak bisa mengingat apapun dimasa kecilnya. Bahkan ulang tahunnya sendiri.

"Saat itu, aku bersikeras membuat kejutan untukmu, aku membuat kue dari roti tawar yang kutumpuk hingga menyerupai gunung, lalu diatasnya kuberi lilin, kau senang saat aku tiba-tiba datang menemuimu, ayahmu menyambutku senang, ayahmulah yang membantuku mengambil foto ini, awalnya aku malu tapi kau dengan cerianya malah memaksa untuk berfoto bersama" Cerita Sharga mengenang masa itu. Ahra merutuki dirinya yang benar-benar tidak bisa mengingat hal itu.

"Ma'afkan aku, aku sama sekali tidak ingat itu" Ahra menundukkan kepalanya. Dia merasa kecewa pada dirinya sendiri. Mendengar itu, Sharga menatap Ahra. Tangan kanannya mengelus rambut Ahra lembut.

"Tidak apa kau tidak mengingatnya sekarang, mungkin suatu hari nanti kau bisa mengingat masa kecil kita dulu" Kata Sharga sambil tersenyum.

"Aku takut kak, aku takut tidak bisa mengingat masa kecil itu lagi, aku juga takut jika aku kembali ingat tentang kak Giu, ingatan tentang kepergian ayah juga akan kembali, aku takut rasa sedih itu kembali membuatku terpuruk" Kata Ahra dengan nada yang terdengar begitu pedih. Sharga menyingkirkan album itu dan meraih Ahra kedalam pelukannya.

"Kalau begitu tidak perlu mengingatnya lagi, jalani saja seperti biasanya, ma'afkan aku yang terlalu memaksamu untuk mengingat masa kecil kita" Sharga mengecup puncak kepala Ahra sayang.

"Sekarang kau hanya perlu menerimaku sebagai Sharga bukan Giu, tidak peduli seperti apa perasaanmu dulu pada Giu, sekarang akan kubuat kau jatuh cinta padaku, pada Sharga" Lanjut Sharga masih terus mengelus lembut rambut panjang Ahra.

🌸🌸🌸

Sudah jam 9.15 menit malam ketika Sharga mengantar Ahra kembali ke tempat kost. Awalnya, Ahra ingin naik taksi saja, tapi Sharga bersikeras mengantarnya pulang. Padahal Sharga masih sakit.

"Masuklah, sepertinya temanmu itu sudah menunggumu" Kata Sharga sambil melirik kearah jendela. Ada Fai yang mengintip disana.
"Baiklah, aku masuk dulu", Ahra membalikkan badannya akan masuk kedalam rumah.

"Ahra.." Panggil Sharga menghentikan Ahra.

"Iya?" Ahra menolehkan kepalanya menghadap Sharga.

"Hmm.... Tidak apa-apa", Sharga jadi salah tingkah sendiri.

"Kalau begitu, aku masuk ya" Kata Ahra sambil melambaikan tangannya.
Kemudian masuk kedalam rumah. Sharga berbalik akan pulang. Tapi dia dikejutkan dengan kemunculan Aro. Pria itu cengengesan seperti orang bodoh didepan Sharga.

"Ma'af apa yang anda lakukan?" Tanya Sharga bingung.

"Tuan tidak mengenali saya? Apa anda benar-benar lupa dengan saya?", Bukannya menjawab pertanyaan Sharga, Aro malah balik bertanya. Sharga mengernyitkan kening, mencoba mengingat-ingat pria yang ada didepannya ini. Karna tidak kunjung mendapat jawaban dari Sharga, akhirnya Aro menghela napas lelah.

"Aldevaro, mantan chef di Shara resto, yang anda tolong dijalanan" Aro mencoba memberi petunjuk agar Sharga bisa mengingat dirinya.

"Aaaa kau si anak hilang itu bukan? Waaaah aku tidak menyangka akan bertemu denganmu disini" Sharga merangkul pundak Aro setelah dia ingat pria itu.

"Tuan, jangan memanggil saya dengan sebutan itu" Kata Aro cemberut.

"Itu nama kesayangan untukmu dariku, oh iya, apa yang kau lakukan disini?" Tanya Sharga.

"Saya tinggal disebelah tuan dan saya mengenal calon istri anda juga teman-temannya" Jawab Aro.

"Owh, jadi kau yang dimaksud Ahra beberapa hari yang lalu" Sharga mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti siapa yang dimaksud Ahra beberapa waktu lalu.

"Jadi bagaimana kabar keluargamu sekarang? Mereka masih memperlakukanmu seperti dulu?" Tanya Sharga penasaran.

"Ya begitulah tuan, ma'af tuan bisakah anda merahasiakan hal ini pada calon istri anda"

"Kenapa? Kau menyembunyikan identitasmu pada Ahra dan teman-temannya? Kau sengaja tidak memberitau mereka siapa dirimu?"

"Benar, jika saya memberitau mereka bukan tidak mungkin mereka akan menolak saya, anda tau seperti apa orang-orang menilai keluarga saya"
Aro menundukkan kepalanya sedih.

"Aku tau, aku tidak akan mengatakan apapun tentangmu pada Ahra, kau tenang saja" Sharga menepuk-nepuk bahu Aro, memberi semangat pada mantan karyawannya itu.

"Tuan bolehkah saya meminta bantuan anda, seperti yang pernah anda lakukan beberapa tahun lalu?" Tanya Aro penuh harap.

"Apapun itu, jika aku bisa membantu, akan kubantu"

"Tolong lindungi aku, calon istri anda juga kedua sahabatnya dari mereka"

"Itu pasti, percaya padaku" Ucap Sharga meyakinkan.

🌸🌸🌸

(Jangan lupa vote dan komentnya ya guys.... Makasi)

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

934K 18.6K 42
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
314K 71 7
FOLLOW AKUN INI DULU, UNTUK BISA MEMBACA PART DEWASA YANG DIPRIVAT Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21...
295K 3K 20
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
17.1M 819K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...