"Woi."
Suara familiar itu masuk ke pendengaran Syila.
"Naik."
Syila terdiam sesaat, tak terpikirkan seseorang yang tadi memintanya turun sebelum sekolah malah menjemputnya tanpa diminta. Ia lantas bangkit berjalan memasuki mobil. Kebaikan tidak boleh ditolak.
"Makasi." Ucap Syila.
"Hmm." Arlan kembali menjalankan mobil yang sebelumnya disampingkan.
Terdengar notifikasi dari handphone yang ada dalam genggaman Syila. Pemberitahuan tersebut berasal dari aplikasi instagram. Bunyi tersebut juga berhasil menarik perhatian Arlan.
"Erga?" Syila tampak berfikir. "Dapet ig gue darimana ya?" Bincang Syila sendiri.
Jari Syila hendak menekan tanda follow back sebelum terdengar suara mengintrupsi.
"Syila."
Ini kedua kalinya Arlan memanggil namanya hingga membuat Syila refleks mematikan handphonenya.
"Iya?"
Arlan kembali menatap jalan yang tadinya sempat mengarahkan pandangannya ke Syila. "Gajadi."
Syila menatap Arlan bingung. "Yaudah." Tangannya kembali terangkat menghidupkan handphone.
"Syila."
Sial, apa sebenarnya mau laki-laki di sampingnya ini. Syila menghadap Arlan malas. "Lo mau ngomong apa sih? Sekali lagi bilang gajadi gue nggak bakal nyahut lagi." Tegas Syila.
"Lo kenal Erga?" Tanya Arlan akhirnya.
Syila mengangguk. "Kenal, tadi dia bantuin gue nyari ruang TU soalnya ada murid yang gue mintain tolong awalnya tapi gamau bantuin." Ini momen yang tepat untuk Syila menyindir tingkah Arlan tadi pagi.
Arlan berdehem di tempatnya. "Jauh-jauh, dia ga baik."
Syila melipat tangannya. "Engga kok, sejauh ini dia baik banget malah dia nawarin buat anterin gue pulang." Jelas Syila mengingat kejadian beberapa saat lalu.
"Astaga." Ucap Syila terkejut ketika Arlan tiba-tiba mengegas mobil kencang.
"Arlan lo pingin banget ke Surga ya? Gue juga pingin tapi nggak sekarang." Syila dibuat mengelus dada, tatapannya yang kesal di arahkan ke Arlan.
"Kapan?" Tanya Arlan tanpa menoleh atau minta maaf atas kelakuannya tadi, untungnya sekarang ia kembali menjalankan mobil dengan normal.
Syila masih kesal nyawanya hampir saja melayang karena Arlan, dikira kucing kali ya. "Apanya?"
"Kapan Erga nawarin lo tebengan?" tanya Arlan lebih jelas dengan nada yang datar.
"Tadi waktu gue nunggu pulang sebelum lo dateng." Ujar Syila.
Arlan menghela nafas. "Jangan asal nerima tawaran pulang......gue nggak mau orang-orang tahu lo sama gue serumah."
Syila dengan cepat memutar bola matanya. "Iya-iya." Ia juga tak berminat menguar fakta ia yang tinggal serumah dengan setan bernama Arlan ini.
"Turun."
"Hmm." Syila melepas seatbeltnya lalu membuka pintu mobil dan berjalan keluar.
Tangan Syila terulur membuka pintu rumah. Begitu ia melangkah masuk, seseorang berwajah asing menyambutnya.
"Nak Syila ya?" Tanya orang tersebut mendekat.
"Iya."
Orang tersebut tersenyum hangat. "Kenalin bibi yang kerja disini, panggil aja bi Indah. Tadi bu Rita udah jelasin soal kamu ke bibi." Jelas wanita paruh baya tersebut.
Syila menggangguk. "Iya bi, kalo gitu saya ke kamar dulu ya." Pamit Syila seraya mengulas senyum.
"Nanti turun ya makan dulu abis dari sekolah." Ajak bi Indah.
"Oke bi." Syila mengangkat tangannya membentuk tanda oke.
Bi Indah kembali ke dapur, ia tengah memasukkan bahan-bahan makanan yang baru saja ia beli ke tempatnya masing-masing.
"Bibi kapan balik?" Sebuah suara menghentikan kegiatannya, suara yang begitu familiar.
"Eh Arlan, tadi pagi."
Arlan menunjuk barang-barang yang terjejer di atas meja dengan dagunya. "Bibi ngapain?"
Bi Indah nampak tengah mengeluarkan sebungkus es kristal dari dalam tas belanja. "Bibi baru abis belanja, ni mau dirapiin."
Sesuatu langsung terlintas di otak Arlan begitu matanya menangkap es. "Bi tolong taruh beberapa es di mangkok ya sama kain bersih." Ucap Arlan meminta tolong.
Tak butuh waktu lama, tangan bi Indah menyerahkan barang yang Arlan minta. "Ini."
"Makasi bi." Ucap Arlan sebelum berjalan menaiki tangga.
Syila mendaratkan bokongnya di kasur. Harinya cukup melelahkan namun ada juga yang berkesan. Memilik teman yang begitu baik di hari pertamanya sekolah merupakan suatu hal yang sangat Syila syukuri.
Bunyi ketukan pintu menghentikan pikiran Syila.
Kakinya melangkah menuju pintu. "Kenapa bi?"
Pintu terbuka dan... "Arlan?" Syila pikir yang mengetuk pintu kamarnya adalah bi Indah karena sepertinya tidak ada alasan seorang Arlan menghampirinya terlebih dahulu.
Laki-laki itu berjalan masuk ke kamar Syila, tangannya meletakkan sesuatu di atas meja.
"Mama nyuruh obatin benjol lo."
Syila mengintip mangkok yang berisi es dan kain tersebut.
"Jadi deja vu."
Syila mengangguk. "Oke." Ia beralih duduk di kasur lalu mengambil mangkok tersebut dan dipindahkan ke pangkuannya.
Tiba-tiba Arlan sudah berdiri di depannya. Tanpa meminta izin, ia menyibak rambut Syila sedikit, mempermudahnya melihat benjol tersebut. Arlan menelitinya sesaat lalu pandangan matanya beralih menatap Syila. Syila mendongak dan tiba-tiba suasana terasa canggung baginya.
Syila salah tingkah karena tatapan Arlan yang entah kenapa terasa lembut, apakah sebuah benjol akhirnya memunculkan empati Arlan ke permukaan.
"Udah gak segede tadi." Tukas Arlan sembari melangkah mundur.
Syila meraih tangan Arlan
"Obatin sendiri, tangan lo gapapa kan." Mata Arlan terarah ke tangan Syila.
Kata-kata Arlan membuat Syila melepas tangannya. "Makasi."
Arlan tak bicara lagi setelah itu, ia berjalan keluar dari kamar Syila.
"Siapa juga yang minta bantuan, gue kan cuman mau bilang makasih. Salah juga sih ngapain coba tangan gue tiba-tiba megang tangan dia." Syila menepuk kesal tangannya.
"Udah nggak usah dipikirin."
"Eh tapi tunggu tadi ada yang aneh. Arlan bilang tante Rita yang nyuruh..."
"Mama nyuruh obatin benjol lo."
"....tapi kan tante Rita nggak tahu gue benjol." Syila menunjuk dirinya, apa jangan-jangan Arlan mengatas namakan tante Rita untuk menutupi kecemasannya sendiri. Memikirkan kemungkinan tersebut membuat sesuatu yang aneh terasa dalam diri Syila.
"Enggak Syila, lo nggak boleh baper."
...
Jari-jari Syila terlihat mengetik sesuatu di handphonenya. Ia tengah mencari toko buku terdekat, ada novel yang ingin ia beli.
"Oke yang ini aja." Setelah menentukan tempat tujuannya, Syila bangkit berjalan ke lemari memilih pakaian yang akan ia kenakan. Ia memilih atasan lengan panjang dan celana jeans.
Tak butuh waktu lama untuk Syila bersiap diri. Tangannya terulur mengambil tas sebelum menarik gagang pintu.
"Astaga." Seru Syila begitu ia keluar langsung disambut oleh kehadiran Arlan yang sama rapi berdiri di depan pintu kamarnya.
Mereka berdua saling memperhatikan penampilan satu sama lain.
"Mau kemana?" Tanya Arlan tumben lebih dulu.
"Mau ke toko buku, ada novel yang gue cari." Jawab Syila seadanya.
Arlan berjalan mendekat. "Dimana?"
"Deket sih, cuman 3 km dari sini." Jawab Syila lalu tanpa menunggu balasan Arlan ia berjalan mendahului. Syila tidak ingin repot minta tolong Arlan mengantarnya. Di jakarta tentunya tak sulit mencari ojek atau driver online.
"Biar gue anter." Suara seseorang dari belakang sontak membuat Syila membalikkan badannya. Apa ia tak salah dengar.
"Serius?" Tanya Syila memastikan.
Arlan melangkahkan kakinya melewati Syila.
"Cepet."
Updateee 🎉🎉
Happy new year ya sekali lagi biarpun telat
Semoga kalian suka part ini ❤
Kalo suka jangan lupa di vote :)
Semoga tahun 2021 lebih baik dari sebelumnya
Have a nice day y'all
🥰🥰🥰