Love Story Of Sharga & Ahra ✅...

By FatimahIdris3

1.9K 1.8K 312

Hujan mengguyur bumi pagi itu. Jalanan digenangi air yang terus berjatuhan dari subuh tadi. Tampak gadis bert... More

BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 9
BAGIAN 10
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 17
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21
BAGIAN 22
BAGIAN 23
BAGIAN 24
BAGIAN 25
BAGIAN 26
BAGIAN 27
BAGIAN 28
BAGIAN 29
BAGIAN 30
BAGIAN 31
BAGIAN 32
BAGIAN 33
BAGIAN 34
BAGIAN 35
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2

BAGIAN 16

51 53 6
By FatimahIdris3

Ahra memandang kearah jendela. Sudah dua hari dia ditempat ini. Dia merindukan murid-muridnya. Dia merindukan kamarnya bersama Fai. Padahal dia hanya demam, tapi pria yang akan menjadi suaminya itu, malah memintanya untuk tetap dirawat.

Ahra menghembuskan napasnya, dia tidak boleh menyesali keputusannya. Dia tau, dia bukan wanita lemah. Jika dulu dia bisa menghadapi banyak masalah, kali inipun dia akan menghadapinya.

Flashback on:

"Kak Giu..." Semua orang diruangan itu terkejut mendengar Ahra menyebut nama itu.

Sharga, Diaz bahkan Hirham tidak percaya dengan pendengaran mereka.

"Kau memanggil tuan Pradipta kak Giu, apa kau ingat siapa dia?" Tanya El hati-hati.

Ahra menggelengkan kepalanya.

"Tapi nama itu yang sekarang terus terbayang dipikiranku" Ahra mengalihkan pandangannya pada Hirham.

"Kenapa kau memukulnya? Minta ma'af" Ahra memasang wajah super dinginnya.

Tentu saja Hirham tidak langsung menuruti permintaan kakaknya itu.

"Tidak mau, dia sudah membuat kakak seperti ini, dia melukai kakak" Kata Hirham keras kepala.

"Kau.... Bukankah kau bawahan kak Giu? Apa kau akan diam saja melihat kak Giu terluka? Pukul dia sekarang" Kata Ahra menunjuk Diaz dan Hirham bergantian.

"Ahra, ini hanya karna adikmu emosi, aku yang salah, aku yang membuatmu seperti ini, aku.... Minta ma'af" Kata Sharga menyesal.

Ahra menghela napas. Pria itu, terkadang dia terlihat sangat menakutkan tapi terkadang juga terlihat menyedihkan.

"Aku menerima persyaratan yang kak Giu buat dengan Hirham" Kata Ahra membuat Hirham dan Sharga terkejut.

"Kak..."

"Ahra..."

Fai, El dan Hirham berkata bersamaan.

"Ini sudah keputusanku" Ahra menatap ke arah Sharga lagi.

"Aku belum terlambatkan? Kau sudah mendapatkan apa yang kau mau, bisakah kau juga tidak mengancamku lagi?" Tanya Ahra.

"Kau mengancamnya?" Hirham kembali emosi tapi Ahra menahan tangannya.

"Ma'afkan aku Ahra, aku tidak akan menikahimu jika kau menyetujuinya karna terpaksa, aku akan membatalkan semuanya tanpa menyakiti siapapun, lupakan aku pernah mengatakan hal itu" Jawab Sharga penuh penyesalan.

"Tidak, apa yang aku katakan pantang untuk aku tarik lagi, aku akan menikah dan menjadi istrimu" Kata Ahra yakin.

Tangan Ahra perlahan menggenggam tangan Fai. Begitupun sebaliknya, Fai menggenggam erat tangan Ahra. Fai tau, ini keputusan yang berat bagi sahabatnya itu. Fai yakin, Ahra melakukan hal itu hanya setengah hati. Apapun itu, Fai akan selalu mendukung setiap keputusan yang Ahra ambil.

Flashback off.

Ahra tau ini akan menjadi cerita baru dihidupnya. Dia akan memulai semuanya meski hanya setengah hati. Tidak ada hal yang mustahil jika kita percaya Tuhan ada bersama kita.

Suara pintu dibuka menyadarkan Ahra dari lamunannya. Sharga mendekat kearah Ahra. Berjongkok didepan Ahra yang menggunakan kursi roda.

"Hari ini, dokter memperbolehkan kau pulang" Kata Sharga sambil menggenggam tangan Ahra lembut.

"Dari kemarin dokter sudah memperbolehkan aku pulang, kau saja yang berlebihan" Kata Ahra kesal. Sharga tersenyum melihat wajah kesal Ahra.

"Iya iya aku minta ma'af, aku hanya memastikan kau benar-benar sehat" Sharga berdiri lalu mendorong kursi roda Ahra.

Dia mengambil beberapa barang yang akan dibawa pulang.

"Aku akan menelepon Fai, aku ingin dia memasakkan aku makanan yang enak-enak, makanan disini rasanya hambar" Kata Ahra mengeluh.

"Kau akan pulang ketempatku Ahra, mulai sekarang kau akan tinggal bersamaku" Kata Sharga.

"Apa? Kenapa?" Tanya Ahra tidak suka.

"Ya karna sebentar lagi kita akan menikah, jadi tidak ada salahnya kan kalau kau tinggal denganku" Jawab Sharga.

"Jelas itu salah, aku belum resmi menjadi istrimu, aku akan tetap tinggal dikost bersama Fai" Kata Ahra tidak mau kalah.

"Tapi..."

"Tinggal dengan Fai atau kita tidak menikah?" Ancam Ahra sambil menatap Sharga kesal.

"Ya baiklah, kau menang kali ini" Kata Sharga pasrah.

"Anak pintar" Ahra tersenyum senang. Tangannya mengelus tangan Sharga yang mendorong kursi rodanya.

🌸🌸🌸

Mobil Sharga berhenti didepan tempat kost Fai. El dan Fai yang mendengar suara mobil langsung menyambut kedatangan Ahra.

"Ahra...!!" El heboh sendiri, menghampiri Ahra dan memeluknya.

Sementara Fai hanya memperhatikan tingkah kedua sahabatnya itu. Matanya menatap tajam kearah Sharga. Sejak Ahra memutuskan untuk menerima persyaratan itu, Fai tidak menyukai Sharga. Meski sebelumnya dia sangat mendambakan sosok pimpinan perusahaan keluarga Pradipta itu, tapi setelah mendengar dia mengancam Ahra, Fai ilfiil. Dia tidak lagi tertarik pada pria itu.

"Fai, kau tidak merindukan aku ya? Padahal aku sangat merindukanmu" Kata Ahra mengalihkan perhatian Fai.

"Aku juga merindukanmu" Fai melangkah kearah Ahra, memeluk sahabatnya itu.

"Hmm.... Aku harus pergi, aku titip Ahra ya" Kata Sharga yang dari tadi diam.

"Terima kasih sudah mengantarku" Ucap Ahra setelah melepas pelukannya dengan Fai.

"Baiklah aku pergi" Kata Sharga sambil tersenyum. Sharga akan memeluk Ahra, namun terhalang Fai.

"Pergilah" Kata Fai ketus.

Sharga hanya pasrah, lalu melangkah pergi.

"Kau kasar sekali" Kata Ahra saat Sharga mulai pergi.

Fai mendorong kursi roda Ahra memasuki rumah.

"Dia pantas diperlakukan kasar, aku tidak suka dia" Kata Fai yang langsung duduk disofa setelah sampai didalam rumah.

"Heh... Bukankah kau sangat tertarik pada CEO perusahaan keluarga Pradipta sebelumnya?" Tanya El sambil duduk disamping Fai.

"Itu dulu, sebelum aku tau dia tidak sebaik yang aku pikirkan" Kata Fai.

"Dia baik, tapi terkadang dia terlalu memaksakan keinginannya" Kata Ahra.

"Ahra, apa kau sudah benar-benar yakin dengan keputusanmu?" Tanya Fai, menatap Ahra.

"Tentu, aku tidak mungkin menarik ucapanku" Jawab Ahra yakin.

"Dia mengancammu apa? Apa ini ada hubungannya dengan aku dan Fai?" Kali ini El ikut bertanya.

"Iya, tapi aku tidak akan membiarkan siapapun mengganggu kalian, akan kulakukan apapun untuk melindungi orang-orang yang menyayangiku" kata Ahra dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

El berdiri dari duduknya, begitupun Fai. Mereka memeluk Ahra dengan sayang.

"Apapun yang kau lakukan, kita yakin pasti sudah kau pikirkan, kami akan mendukungmu Ahra" Kata Fai memberi semangat.

"Terima kasih, terima kasih untuk semua hal yang kalian berikan padaku" Ahra tidak bisa menahan air matanya. Cairan bening itu mengalir dikedua pipinya. El melepas pelukannya lebih dulu. Lalu dengan ibu jarinya, diusap pipi chuby Ahra.

"Kau jelek jika menangis" Kata El meledek. Padahal dia juga mulai berkaca-kaca.

"Kau sama saja" Kata Fai disertai tawa Ahra.

"Sudah cukup untuk sedihnya, kita akan bersenang-senang hari ini", Kata El sambil melangkah menyimpan barang milik Ahra.

"Oya, bagaimana Aro?" Tanya Ahra penasaran.

"Dia...." Suara Fai yang akan menjawab pertanyaan Ahra terpotong karna orang yang mereka bicarakan sudah muncul.

"Ahra!!! Kau sudah kembali" Aro mengacak rambut Ahra seolah sudah sangat akrab dengan wanita itu.

"Aku tidak tau kalau kita pernah sangat akrab, apa selama dirumah sakit aku mengalami amnesia yang lain?" Sindir Ahra dengan wajah tidak bersahabatnya.

"Ya ampun Ahra, apa salah jika aku ingin mengakrabkan diri denganmu? Kita tetangga sekarang"Kata Aro cemberut.

"Hah? Apa maksudnya?" Tanya Ahra tidak mengerti apa maksud Aro.

"Dia tinggal dikost sebelah Ahra" Jawab El sambil mengambil snacknya dikulkas.

"Berhenti bertingkah seolah kita sangat dekat, terutama pada Ahra" Kata Fai mengingatkan.

"Ah aku tau, Ahra apa benar kalau kau calon istri tuan Pradipta?" Tanya Aro sambil berjongkok disamping kursi roda Ahra.

Wanita itu hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Aku akan mendukungmu, aku tau seperti apa tuan Pradipta itu, dia orang yang baik" Kata Aro sambil tersenyum mengingat kebaikan yang pernah dia dapat dari Sharga.

"Apanya yang baik" Celetuk El dengan muka tidak sukanya.

"Heh kau tidak tau saja seperti apa tuan Pradipta itu, walaupun terlihat menyeramkan, tapi dia orang yang peduli pada pegawainya, apa kalian lupa kalau aku pernah jadi pegawainya" Kata Aro tidak terima.

"Halah.... Kau tidak tau saja bagaimana dia mengancam Ahra agar menikah dengannya" Kata Fai tidak mau kalah.

"Mengancam? Mana mungkin tuan Pradipta melakukan itu" Kata Aro tidak percaya.

"Huft..... Sudahlah, pergi sana, kau mengganggu" Usir El sambil mendorong kursi roda Ahra, memasuki kamar.

"Heh ayolah, aku kesepian" Rengek Aro.

"Pulang sana, besok restoran sudah harus buka kembali, kau harus datang lebih awal".Kata Fai lalu menyusul El dan Ahra masuk kamar.

"Iiiih menyebalkan sekali" Gerutu Aro lalu pergi dari rumah itu.

🌸🌸🌸

Sharga masuk kekamarnya dengan langkah riang. Walau dirinya sempat mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari sahabat Ahra, tapi itu tidak menjadi masalah. Terpenting baginya, Ahra bersedia menjadi istrinya.

Sharga terkejut saat memasuki kamarnya. Diaz sudah berdiri disamping tempat tidurnya sambil bersidekap, menatap tajam kearahnya seperti seorang ayah yang memergoki anaknya pulang terlalu malam.

"Hehehe apa yang kau lakukan dikamarku?" Tanya Sharga cengengesan.

"Berhenti bertingkah seperti anak kecil, sekarang kembalilah menjadi Sharga yang tegas, Sharga yang dikenal sebagai seorang CEO perusahaan keluarga Pradipta, apa yang kau lakukan dua hari yang lalu sungguh tidak mencerminkan seorang CEO, kau mengancam Ahra yang membuatnya tertekan, kau senang sekarang, Ahra sudah menerima menjadi istrimu, apa seperti ini Sharga yang kukenal?"

Diaz meluapkan semua yang sudah ditahannya beberapa hari ini. Dia tidak suka dengan semua yang dilakukan Sharga. Dia seolah tidak mengenal Sharga. Diaz mengenal Sharga sebagai seorang CEO yang tegas namun tidak pernah memaksa sesuatu yang memang tidak bisa dimilikinya apalagi sampai mengancamnya.

"Kau tidak perlu mengingatkan aku dengan semua yang sudah aku lakukan pada Ahra, aku tau aku salah, aku tau sikapku tidak dewasa dan kekanakkan, tapi aku terlalu takut Diaz, aku terlalu takut ditinggalkan oleh orang yang aku sayangi untuk kesekian kalinya, Ahra satu-satunya yang aku sayangi selain dirimu, apa aku salah jika aku mencoba membuatnya tetap disisiku" Kata Sharga yang menatap Diaz tajam.

Mata penuh kesakitan itu, bukan kali pertama dilihat Diaz. Sharga terlalu banyak kehilangan orang-orang tersayangnya. Orang tuanya, neneknya, paman dan bibinya juga terakhir anak angkatnya.

Dulu semasa Sharga dan Diaz tinggal diluar negeri, mereka sering mengunjungi panti asuhan. Di panti itulah Sharga dan Diaz bertemu seorang anak perempuan. Sejak pertama kali melihat anak itu, Sharga sangat tertarik. Anak itu mengingatkan Sharga pada sosok Ahra saat kecil. Shargapun mengangkatnya menjadi anak walaupun tidak tinggal bersamanya.

Tapi sayangnya ternyata anak itu menderita leukimia dan sudah memasuki tingkat akhir. Sharga berusaha membantu membiayai pengobatan anak itu. Namun takdir berkata lain, anak itu meninggal. Sharga kembali ditinggalkan, padahal Sharga sangat menyayangi anak itu.
Sharga kecewa, dia sempat menyalahkan dirinya sendiri. Sempat menyebut dirinya pembawa sial. Karna setiap orang yang dekat dengannya akan berakhir meninggalkannya.

Namun Diaz meyakinkannya bahwa itu adalah takdir. Diaz menghela napas, lalu tanpa berkata apa-apa dia keluar dari kamar Sharga. Bukan Diaz lemah setelah melihat tatapan Sharga yang penuh luka itu, Diaz hanya tidak ingin membuka kembali luka Sharga.

🌸🌸🌸

Hujan kembali membasahi bumi. Ahra menghela nafas kecewa. Padahal dia sudah siap pergi mengajar. Harusnya tadi dia menerima tawaran El dan Fai untuk ikut bersama mereka. Ahra baru saja akan mengirim pesan pada El, saat ada panggilan masuk dari Sharga.

"Halo?" Ahra mengangkat teleponnya.

"Halo Ahra..." Terdengar suara Sharga yang sedikit serak. Ahra mengerutkan keningnya. Menatap ponselnya penuh tanya.

"Apa kau baik-baik saja? Suaramu sedikit serak, apa kau sakit?" Tanya Ahra khawatir.

"Apa kau mengkhawatirkanku?" Bukannya menjawab, Sharga malah balik bertanya pada Ahra.

"Iya" Jawab Ahra singkat.

"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku Ahra, aku senang mendengarnya, uhuk" Sharga batuk dan itu sudah menjawab pertanyaan Ahra kalau pria itu sedang sakit.

"Minumlah obat dan istirahat, kau pasti kelelahan", Kata Ahra menasehati.

"Bisakah kau datang? Saat ini aku hanya butuh dirimu, uhuk...uhuk.." Terdengar lagi batuk Sharga.

"Tapi...."

"Kumohon Ahra..." Suara Sharga terdengar sangat menyedihkan membuat Ahra tidak tega. Ahra benci sifatnya yang mudah tersentuh seperti ini.

"Baiklah... Baiklah, aku akan kerumahmu, berikan alamatnya" Kata Ahra pasrah.

"Terima kasih, akan kukirim sopir untuk menjemputmu" Kata Sharga yang tanpa diketahui Ahra tersenyum senang.

"Heum" Ahra menganggukkan kepalanya seolah Sharga bisa melihatnya.
Sharga menutup teleponnya. Ahra menatap nama kontak Sharga yang masih bertuliskan someone. Lalu Ahra mengganti nama itu dengan kak Giu.

"Kenapa aku hanya ingat nama itu, kenapa tidak ada satupun kenanganku dengannya yang aku ingat?" Gumam Ahra bermonolog sendiri.

Ahra ingin mengingat kembali masa kecilnya. Masa dimana dia tau perasaannya pada Sharga. Alasan itu juga yang membuatnya ragu menerima permintaan Sharga untuk menjadi istrinya. Dia tidak tau seperti apa perasaannya pada Sharga dulu. Apa dia mencintai Sharga seperti pria itu yang terlihat sangat mencintainya.
Itulah yang terus berputar dibenaknya. Tapi dia harus menerima resiko bahwa mengingat masa kecilnya berarti dia juga akan mengingat kebersamaannya dengan sang ayah. Bukan tidak mungkin hatinya akan kembali bersedih. Usahanya selama inipun akan sia-sia. Ahra sudah memikirkan ini.

Ahra akan berusaha menghadapi semua. Dia tau selalu ada jalan disetiap keputusan yang dipilihnya. Dia tau memang tidak mudah, tapi dia yakin bisa menghadapinya.

"Aku bisa menghadapi ini sendiri, aku yakin" Gumam Ahra memberi semangat pada dirinya sendiri.

🌸🌸🌸

(Jangan lupa vote dan koment ya.... Makasi....)

Continue Reading

You'll Also Like

STRANGER By yanjah

General Fiction

290K 33.2K 37
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...
468K 39.8K 60
jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jad...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...