Nubar Tahun Baru

By Komunitas_CPBS

708 213 14

Cerpen karya keluarga besar komunitas CPBS mengenai Tahun Baru. Plan your future and reach your dream. May t... More

Perfume by Yuwanti Anlikie
00:00 by Deviani Dwi Wulandari
The Last by Fia Ayu Febrianti
Tunggu Aku di Bulan Januari by Afnita Arianti
Promise by Novita Sariati
Memegang Tanpa Tangan by Aisyah Dea
Awan Senja by Adina Hariyati
Peri Tahun Baru by Idoh Munawaroh
666 by Fachrin Maulidina
Gemuruh Kembang Api by Nurul Fauzia
Terjebak di Ruangan Keramat by Neli Julia
Kita Sudah Bersenang-senang by Sisi
Aku dan Bintang by Putri RH
Meeting in New Year's Eve by Celia Vi

Akhir Permulaan by Kusmina

20 12 0
By Komunitas_CPBS

Story by SifabellaZhaphyra

"Ma, Pa, aku mau jujur, nih," batin seorang gadis berpakaian santai di sofa ruang tamu rumah mewah.

Sejurus kemudian dia menggeleng, tidak menyetujui ucapan sebelumnya. "Mama, Papa, aku itu sebenarnya ...."

"Ah, enggak!" Gadis remaja itu sedikit berteriak. Sehingga sosok pembantu muncul dari dapur menanyakan keadaannya.

"Udahlah, Bik. Enggak manggil juga, 'kan?!"

Setelahnya, pembantu itu pamit. Meski lumayan tersindir oleh ucapan anak majikannya. Sudah biasa juga.

"Hallo, Sayang!" sapa mamanya menuruni tangga sambil tersenyum. "Enggak joging, nih? Minggu, loh!"

Gadis yang diajak bicara semakin gelisah. Jari-jemarinya mengeluarkan keringat dingin. Dia tanpa sadar menunjukkan sikap aneh membuat mamanya langsung duduk dan mendekapnya erat.

"Kamu kenapa, Sayang?" tanyanya lembut sambil terus mengelus rambut pendek putrinya. Anaknya ini kecil, rambutnya pendek, suka ngomel, mirip Prilly Latuconsina. Kalau sakit pun sangat kentara, misal flu dan batuk hidungnya langsung memerah. Saking putihnya.

Kalau saat ini, gemetarannya berlebihan. Keluhnya meluncur deras dari dahi. "Sayang, cerita aja sama mama."

"Aku udah—" Dia menggantungkan ucapannya. Tekadnya masih kotak, belum bulat.

"Please, 'udah pacaran!' Gitu doang susah amat sih?!" batinnya berontak.

"Assalamu'alaikum!" Suara ketukan pintu terdengar. Gadis SMA yang masih didekap mamanya sontak kaget. Pasalnya, dia ingin berbicara, tapi dihentikan begitu saja. Namun, apalah daya tamu? Masa disalahin, 'kan dia pasti tidak tahu.

Dia langsung merileks-kan badannya, beringsut dari dekapan mamanya. Malu juga, 'kan kalau dilihat orang?! Anak gede masih manja!

"Assalamu'alaikum!" Salam kedua. Tampaknya dia baru menyadari dan sekarang berdiri tegak.

"Kalau Al ke sini, itu tandanya? Jangan, jangan sekarang!"

"Silakan ke sini, Al. Sama Alya, nih." Wanita paruh baya itu mempersilakan tamu sekaligus tetangganya.

Terlihat, cowok yang dipanggil Al itu menyatukan alis sambil mengangkat bahu ke arah Alya. Sebuah isyarat. Di tempatnya, Alya mengedikkan bahu. Mereka duduk bersebelahan, mamanya Alya pergi ke dapur untuk membuat teh. Seperti kebiasaan Al kalau ke sini dan kesukaan Alya setiap menjelang siang.

"Udah bilang belum?" bisik Al tanpa menoleh.

Alya keget, baru sadar dari lamunannya. "Belum."

"Aku yang bilang ya?" Alya duga sepertinya itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan. Tepat setelah Al mengucapapkan itu, mama datang dengan semringah. "Es teh hangat datang!"

Mama mengernyitkan dahi lantaran tidak ada yang menyahut atau hanya tertawa. Biasanya mereka berdua bergairah sekali, sekarang diam. "Loh, kalian kenapa?"

"Enggak apa-apa kok, Tante," balas Al mendongak, lantas menunduk lagi. "Kita cuma mau jujur, kalau sebenarnya ..."

"Kita pacaran, Ma!" sambung Alya cepat menatap takut-takut mamanya.

"Kalian tahu resiko pacaran? Kalian tahu berapa banyak dan apa aja dampak negatifnya? Dan kalian tahu hubungan sebaik apa pun bisa rusak karena pacaran?! Apa yang bakal kalian dapet? Sakit hati!"

Mama memijit pelipisnya pusing, tidak menyangka anak dan tetangganya ini menjalin zina. "Gini cara kalian bales orang tua yang udah besarin pake segala cara?!"

Kedua sejoli itu menunduk semakin dalam, malu. Mama sudah berteriak marah. Emosinya sulit diredam. "Sekarang kamu ke luar, Al!"

Alya menengak, memandang Al yang sama sekali tidak memadangnya balik. Cowok itu begitu saja melewatinya, Alya mau menahannya, tapi masih ada mama. Alhasil, Alya membiarkannya pergi. Sekarang ia sendirian menghadapi mamanya yang berwajah merah padam.

"Mama kecewa sama kamu! Kayak gini yang bakal bikin kamu males belajar!"

"Tapi nilai aku baik-baik aja, kok, Ma!" sanggah Alya tak terima.

"Nilai itu bukan penentu kamu rajin belajar!"

Alya menunduk. Akhir-akhir ini, Alya suka mencontek. Ia sudah berani meminta jawaban pada temannya.

Besoknya, saat Alya ingin berangkat sekolah. Mamanya menginterupsi, otomatis Alya berhenti berjalan. "Kamu berangkat sama papa, pulang juga. Jangan ngelawan!"

Alya hanya menggangguk, lalu langsung menaiki mobil bersama papanya. Meski canggung, papa sih lumayan galak. Sedikit gerak saja alisnya akan menajam mengintai. Pekerjaannya sebagai polisi, jadi jarang di rumah.

Terpaksa karena kejadian kemarin Minggu, Alya tidak menaiki motor Al. Mungkin hari ini, besok, sampai seterusnya. Alya tidak tahu sampai kapan hubungan ini berlanjut dengan ketidakpastian. Tidak jelas. Hancur.

Saat biasa bersama pun, Al menghindar. Di tempat mereka sering mengobrol atau sekadar bertemu pun, Al tidak ada atau pura-pura tidak ada.

Sepi sekali rasanya. Hambar!

Mengingat dulu ... di mana kebersamaan itu terasa begitu hangat. Rasanya, Alya menyesal mengikuti saran Al. Seharusnya, ia mencegah hal itu. Seharusnya mama tidak perlu tahu dan melarangnya bersama Al.

"Al!" panggil Cleo, cewek berambut pendek keriting di kelas.

"Cieee nengok semua!" lanjutnya menggoda. Sontak hal itu menarik perhatian yang lain. Sebagian siswa-siswi pun heboh dan meminta pajak jadian.

"Entar pulang makan bakso di depan!" teriak Al menyeruak di antara suara-suara ribut. Alya menertawai itu. Padahal belum juga jadian, sudah ada acara traktir saja.

Suasana sangat ricuh di tukang bakso depan sekolah. Tiba-tiba, Al menatapnya intens. "Alya, kita resmi pacaran."

"Loh?"

"Enggak mau? Oke."

"Bukan! Bukan gitu," sahut Alya cepat. Tidak mau salah paham, ia enggak-enakan.

"Jadi kesimpulannya 'bukan enggak mau' ya?" Al bergumam. Menyanggah dagunya di meja.

"ALDRIAN!" panggil seorang cewek genit. Alya tidak mengenalnya. "Kok Ayang Beb duduk bareng cewek lain, sih? Udah berani selingkuh, nih?"

Al menjauhkan tangan cewek itu yang mengalung di lehernya. Lumayan terganggu. "Apaan, sih? Gak kenal juga!"

Cewek itu menghentakan kakinya. "Alll! Kamu enggak anggep aku ya selama ini?!"

"Gila!"

Alya hanya bisa menganggapnya joki. Hanya bercandaan. Ia tertawa sepuasnya dengan Al merasa risih dan cewek itu yang semakin gencar mendekati Al, pacarnya.

***

Tahun baru. Semester baru dan status baru. Januari ini, Alya baru menyandang status jomblo. Al sudah memutuskan hubungan mereka setelah dua bulan gantung.

Hubungan kedua keluarga itu baik-baik saja. Ya, mama Al tidak tahu. Hanya mamanya Alya saja. Beliau tidak mau memperpanjang masalah. Tidak juga mau kalau anaknya masih pacaran!

"Alya, inget ya. Sama siapa pun itu kamu harus hati-hati! Terutama cowok!"

"Iya, Maaa," balas Alya lemah sambil memutar bola matanya. Hari ini, papanya ada kerja luar kota, Alya tidak tahu ngapain saja papa di sana. Alya menjalani kehidupan yang datar, sekarang ia dipesankan taksi oleh mamanya. Ah, mama ini terlalu berlebihan, tapi Alya sayang!

Alya melambaikan tangan dibalas juga oleh mamanya. "Aku berangkat, Bye-byeee!"

Hari ini Alya tersenyum cerah. Walaupun pacaran itu seru, ada yang memerhatikan, menyayangi. Namun, pacar tidak akan melebihi peran mama, sampai kapan pun itu!

"Hai, adik kelas! Aldrian udah mau balikan, nih! Lo jangan cemburu, yaaa!" ejek si cewek gatel itu. Saat traktir-an di tukang bakso.

Alya tiga detik diam, sampai matanya bertemu dengan Al. Keduanya hanya bertatapan sebentar. Mencari arti kehidupan yang dijalani tanpa masing-masingnya.

"Ah, enggak apa-apa kali. Lo juga bakal nyesel, Kak!" balas Alya menahan rindu dalam hatinya.

Cewek itu tak juga putus asa mengobrak-abrik hati adik kelasnya. "Ah, udahlah. Kalau emosi suka ditahan-tahan ihhh!"

"Orang gila! Mancing mulu kerjaannya!" runtuk Alya dalam hati. Kuku-kukunya memutih saking geramnya.

"Udahlah, Sya! Enggak usah peduliin dia! Pacaran kok takut!" sambung Al dengan nada dingin berjalan melewatinya diikuti 'pacarnya'.

Aldrian. Orang itu ...!

"Al, kalau ngomong yang jelas! Mainnya sindir-sindiran!" bentak Alya.

"Tiga tahun, Al. Bahkan aku inget tanggal jadian kita, satu Januari. Tepat hari ini. Dan kita putus kemarin. Indah banget ya!" batinnya. Alya ingin sekali mengucapkannya langsung. Namun, ada pacar barunya.

Alya tersenyum getir. Al tidak mengacuhkan racau-annya.

Malamnya, Alya menangis di kamar. Jam 21.30 seharusnya ia sudah tidur. Namun, selalu saja terbayang bagaimana dinginnya sikap Al pagi tadi.

"Sayang, kenapa belum tidur?" Mamanya membuka pintu pelan dan mendapati anaknya menatap kosong lantai di dekat ranjang. "Cerita ya," pintanya lembut. Seperti biasa, tangannya selalu mengelusi rambut putrinya.

"Al udah punya pacar baru, Ma! Dan aku, gak ada siapa-siapa lagi di sekolah!" Alya terisak. Rasanya sesak melihat perubahan sikap Al. Kalau diputuskan, Alya masih menerima. Kalau diperlakukan beda 100% dari awal, itu sakit!

"Kamu masih punya temen-temen, 'kan? Ada Felisya, Hesy, sama Oppy. Mereka dulunya sering ke sini, kenapa baru-baru ini jarang main?"

"Aku ... aku lebih sering nolak dan milih jalan bareng Al, Ma," aku Alya merasa bersalah.

Mama menghela napas panjang. "Makanya, mulai sekarang giliran kamu yang ajak mereka ya! Inget, kamu itu cewek berharga! Enggak sembarang orang yang bisa dapetin kamu!"

Alya tersenyum meng-iya-kan. Lalu, keduanya berpelukan. Cewek itu tidak lagi perlu menyesal, Al sudah kebongkar tidak setia. Pacaran itu waktu yang sangat singkat. Tidak perlu diikuti, hanya membuang waktu dan membuat dosa. Tidak berguna, meski sebagian menganggapnya sebagai penyemangat. Itu kalau dapatnya yang baik, kalau yang baik dalamnya buruk? Kita bisa apa?

"Sayang, kamu taaruf-an aja ya sama anak temen mama besok. Dia setingkat kok sama kamu, cuma kenalan dulu aja. Nanti setahun lagi habis kalian lulus, kalian bakal nikah."

"Al juga setingkat, ya walaupun beda kelas. Ah apaan sih?!" batin Alya masih tersangkut ingatan Al. Tidak mau mengingat, malah diingatkan. Pikiran emang gak sesuai hati!

Lalu, Alya sejenak berpikir. "Ma! Aku kan mau kuliah!?"

"Iya, Sayang. Kecilin volume-nya! Kamu kuliah bareng sama dia di Kairo. Biar saling menjaga!"

"Ahhh, enggak mau, Mama!"

Tiba-tiba suara ponsel berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Alya segera mengambil dan menolaknya. Tak sengaja, ia menemukan pesan dari nomor yang tidak dikenal.

Alya, aku minta maaf. Aku harap, kita bisa balikan lagi.

Singkat. Jelas. Namun, entah kenapa Alya merasa khawatir. Alya membacanya berkali-kali, mancari maksud dengan kepalanya yang sudah ke mana-mana. Menit berikutnya, pesan muncul lagi dari Cleo.

Alyaaa, Al lagi di rumah sakit, nih! Barusan siuman. Dia manggil nama lo mulu, nih.

"Kamu mau, 'kan? Sama anak pondok pesantren itu?"

"Na'am."

***

Tentang Penulis

Aku adalah remaja biasa. Tidak nomal, tapi bukan tidak normal. Namaku Kusmina. Sebutlah nama lengkap. Dari lahir dan sampai saat ini, aku tinggal di Kabupaten Cirebon.

Continue Reading

You'll Also Like

30.3M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
107K 9.6K 43
No Deskripsi. Langsung baca aja Taekook Vkook Bxb 🔞🔞 *** Start : 15 Januari 2024 End : -
6.2M 483K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...