Love Story Of Sharga & Ahra ✅...

By FatimahIdris3

1.9K 1.8K 312

Hujan mengguyur bumi pagi itu. Jalanan digenangi air yang terus berjatuhan dari subuh tadi. Tampak gadis bert... More

BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 9
BAGIAN 10
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21
BAGIAN 22
BAGIAN 23
BAGIAN 24
BAGIAN 25
BAGIAN 26
BAGIAN 27
BAGIAN 28
BAGIAN 29
BAGIAN 30
BAGIAN 31
BAGIAN 32
BAGIAN 33
BAGIAN 34
BAGIAN 35
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2

BAGIAN 15

48 53 10
By FatimahIdris3

Diaz menatap Sharga kesal. Pria itu sudah mengingatkan Sharga untuk tidak mengancam Ahra lagi, tapi nyatanya Sharga malah membuat Ahra terluka. Ruangan itu sepi dan kedua pria itu tidak ada yang mengalah untuk memulai pembicaraan.

Sebelumnya, Diaz sudah melampiaskan kekesalannya. Dia marah-marah seperti seorang ibu memarahi anaknya. Sementara Sharga, dia terlalu keras kepala untuk mengakui kesalahannya.
Bahkan suara dering telepon dimeja Sharga sengaja dibiarkan. Hingga suara ketukan pintu mengalihkan perhatian keduanya. Sikha mengintip dari pintu.

"Ma'af pak, ada nona El ingin bertemu" Kata Sikha sedikit takut, melihat kedua atasannya bersitegang.

"El???" Sharga menatap kearah Diaz meminta penjelasan.

"Aku tidak ada janji dengannya, bukan aku juga yang mintanya kesini" Kata Diaz yang tau arti dari tatapan Sharga.

"Katakan padanya aku sibuk" Kata Sharga seenaknya.

"Heh, temui dia, jangan jadi pengecut, mungkin saja dia datang bukan karna Ahra, bisa jadi karna hal lain" Kata Diaz menasehati. 

Sharga masih terdiam, hingga El masuk begitu saja tanpa permisi.

"Aku tidak tau apa yang terjadi antara kau dan Ahra, aku kesini hanya ingin bertanya dimana Ahra?" Tanya El sambil menatap Sharga dan Diaz bergantian.

Dia tidak lagi menggunakan bahasa yang formal.

"Apa? Kenapa kau menanyakan keberadaan Ahra pada kami? Dia sudah pergi sejam yang lalu" Jawab Diaz sedikit melirik kearah Sharga.

Dia tau, meski terlihat tenang tapi sebenarnya pria itu sangat mencemaskan Ahra.

"Dia tidak datang ke rumah sakit, dia juga tidak ada ditempat kost, di restoran milik Faipun tidak ada, aku sudah coba menghubunginya tapi ponselnya tidak aktif, aku pikir dia disini, aku terlalu khawatir makanya aku memutuskan datang kesini" Kata El yang terlihat jelas ada raut khawatir diwajahnya.

Sharga yang dari tadi tampak tidak peduli langsung berdiri dari duduknya, lalu keluar dari ruangan itu. El dan Diaz saling melempar pandangan, bingung dengan sikap Sharga. Diaz menyusul Sharga diikuti El dibelakangnya. Saat sampai di lobby depan, ternyata Sharga sudah pergi.

"Dasar anak itu" Gumam Diaz sambil memperhatikan mobil Sharga yang melaju meninggalkan area perusahaan.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya El yang berdiri disamping Diaz.

"Aku juga tidak tau, tapi sepertinya ada sedikit masalah dengan mereka" Jawab Diaz, lalu melangkah masuk kedalam. El buru-buru menyusulnya.

"Kau tidak akan membantu mencari Ahra? Kau akan diam saja disini?" Tanya El menghentikan langkah Diaz.

"Kau yang temannya saja tidak tau dimana dia, lalu apa yang kau harapkan dariku?" Diaz kembali melangkah, membiarkan El yang berdiri didekat pintu masuk perusahaan.

Saat sudah menjauh, Diaz mengambil ponsel disakunya, menghubungi bawahannya.

"Tolong cari calon istri Sharga, dalam 15 menit aku harus mendapatkan kabar" Diaz memasukkan kembali ponselnya.

🌸🌸🌸

Ahra menundukkan kepalanya, menangis sesenggukan. Entah sudah berapa lama dia dengan posisi seperti itu. Setelah menelepon adiknya, Ahra berjalan menyusuri jalan tanpa menghiraukan hujan membasahi tubuhnya.

Ahra berjalan tanpa tujuan. Hingga akhirnya dia berhenti disebuah taman. Ahra duduk tersungkur ditanah. Menjerit sekeras yang dia bisa, berharap ada yang mendengar suaranya. Tapi hanya air hujan yang terdengar semakin deras turun kebumi.

Bajunya kotor karna lumpur. Rambutnya yang tadi tertata rapi, kini berantakan.
Memang terlalu berlebihan sikap Ahra menghadapi masalah yang tidak terlalu besar ini. Tapi bagi Ahra, ini terlalu rumit. Dia seolah ditimpa masalah tanpa henti.

Dia ingin bahagia, dia ingin menikmati hidup tanpa harus memikirkan banyak hal. Terlalu sering dia diberi pilihan. Belum cukupkah dia dulu diminta untuk memilih bersama sang ibu atau sang ayah. Padahal dia butuh keduanya. Belum cukupkah dia diminta memilih melanjutkan sekolah atau bekerja. Padahal begitu besar keinginannya untuk memiliki pendidikan tinggi. Lalu sekarangpun dia diminta memilih menolak persyaraatan pria yang katanya orang dimasa kecilnya atau menerima persyaratan itu. Yang artinya dia akan menikah dengan pria itu.

Jika menolak, dia akan membuat orang-orang disekitarnya menderita tapi dia tidak ingin menerimanya. Ahra belum yakin dengan perasaannya. Haruskah kali ini dia juga mengorbankan perasaannya demi orang lain. Dia menyesal memilih membuang semua memori di masa kecilnya. Setidaknya jika ingatan itu tidak hilang, dia masih memiliki keyakinan bahwa dia akan bahagia bersama pria itu.

Tapi semua sudah terjadi, tidak akan pernah kembali.
Ahra mulai merasakan sekujur tubuhnya dingin. Kepalanya mulai pusing dan penglihatannya memburam. Ahra mencoba bertahan untuk tidak tumbang. Berkali-kali dia menggelengkan kepalanya. Berharap dia tetap tersadar. Tapi tubuhnya terlalu lemah, membuatnya tidak bisa lagi menahan kesadarannya. Ahra tumbang, tubuhnya diguyur hujan deras. Sebelum Ahra kehilangan kesadaran sepenuhnya, dia melihat seorang pria berlari kearahnya, memanggil namanya, lalu semua gelap.

Pria itu Sharga, pria yang membuatnya lagi-lagi terluka. Tadi setelah mendengar perkataan El, Sharga langsung pergi mencari Ahra. Hatinya khawatir, panik, cemas bercampur menjadi satu.

Sharga benar-benar merasa bersalah. Dia yang membuat Ahra begini. Dia yang sudah membuat Ahra memikirkan banyak hal. Sharga jugalah yang membuat hati Ahra terluka. Saat mendapat telepon dari Diaz mengenai keberadaan Ahra, Sharga langsung melajukan mobilnya membabi buta.

Ternyata benar, Sharga melihat Ahra yang menangis dibawah guyuran air hujan. Saat dia menghampiri Ahra, wanita itu sudah tumbang, tidak sadarkan diri. Dipeluknya Ahra erat, sambil terus meneriakkan namanya. Airmatanya menyatu dengan derasnya air hujan.

"Ahra.... Ma'afkan aku, ma'afkan aku Ahra" Kalimat itu terus keluar dari bibir Sharga. Lalu dibawanya Ahra menuju mobilnya.

Sharga segera membawa Ahra kerumah sakit. Sepanjang perjalanan, tangan Sharga terus menggenggam tangan mungil Ahra yang terasa dingin. Wajah Ahra semakin pucat dengan mata yang tertutup rapat. Tubuhnya menggigil membuat Sharga menyelimuti Ahra dengan jas yang ada dimobilnya.

"Ayah....." Ahra mengigau dengan suaranya yang nyaris seperti bisikan. Suaranya lirih, membuat Sharga tidak tega.

"Aku disini Ahra, aku tidak akan membuatmu terluka lagi, ma'afkan aku" Kata Sharga sambil mencium telapak tangan Ahra.

🌸🌸🌸

El kembali kerumah sakit tempat Aro dirawat. Wajahnya lesu dan sedikit lelah. Fai sudah menunggunya diruang rawat Aro. Berharap El datang bersama Ahra. Tapi Fai kecewa saat El datang hanya seorang diri.

"Dimana Ahra? Kau tidak datang bersamanya? Dia masih bersama pria itu?" Tanya Fai memberondong El dengan pertanyaan yang dari tadi sudah berkecamuk dalam pikirannya.

"Dia tidak bersama tuan Pradipta, dia juga tidak ada dimana-mana" Jawab El sambil menundukkan kepala.

"Apa maksudmu dia tidak ada dimana-mana?" Fai meninggikan suaranya.

Dia mulai mengkhawatirkan keadaan sahabatnya itu.

"Fai, tenanglah dulu, biarkan El menjelaskan apa yang terjadi" Aro berusaha menenangkan Fai.

"Aku sudah mencari Ahra ditempat kost, direstoran juga bahkan aku datang kekantor tuan Pradipta, tapi Ahra tidak ada disana, orang kepercayaan tuan Pradipta bilang, Ahra sudah pergi sejam yang lalu" Kata El menjelaskan.

"Ya ampun, dimana anak itu? Dia pasti tertekan, pasti pria itu mengatakan sesuatu pada Ahra" Kata Fai frustasi.

Fai tau kalau Ahra akan menghindari semua orang jika dia merasa tertekan.

"Lalu aku harus mencarinya kemana?" Tanya El, dia tidak kalah khawatirnya dengan Fai.

"Aku tidak tau" Jawab Fai pasrah.

Suasana hening, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lalu terdengar bunyi ponsel milik Fai. Sebelum mengangkatnya, Fai melihat nomernya. Fai sedikit mengernyitkan keningnya, ragu untuk mengangkat telepon itu.

"Siapa?" Suara Aro menyadarkan Fai.

"Hirham, adik Ahra, tidak biasanya dia menghubungiku, jika tidak penting" Fai masih mengabaikan panggilan dari Hirham.

"Angkat saja, siapa tau ada hal penting" Kata Aro memberi saran.

"Tapi jangan katakan apapun soal Ahra" Sambung El.

Fai mengangguk, menyetujui perkataan El. Diangkatnya telepon dari Hirham.

"Halo kak Fai. Apa kakak bersama kak Ahra? Aku sudah menghubunginya berkali-kali, tapi tidak aktif" Cerocos Hirham diseberang sana.

"Halo Hirham, hmm.... Aku tidak bersama Ahra sekarang, mungkin dia sedang mengoreksi tugas murid-muridnya dan sengaja mematikan ponselnya" Fai memukul keningnya pelan. Dia terlalu susah untuk berbohong.

"Benarkah?" Tanya Hirham seolah tidak percaya dengan yang dikatakan Fai.

"Ya itu biasa dia lakukan jika mengerjakan tugasnya, oya memangnya ada apa?" Tanya Fai penasaran.

"Owh aku hanya ingin memberitaukannya bahwa aku ada disini sekarang, aku baru saja keluar dari bandara, aku akan ketempat kalian" Jawab Hirham membuat Fai langsung terkejut.

"Apaaaaa!!?? Kau.... Kau ada disini?" El dan Aro yang mendengar itu juga ikut panik.

"Iya, ada yang harus kulakukan untuk kak Ahra, aku akan menghubungi kakak lagi nanti, jika bertemu kak Ahra tolong sampaikan" Tanpa menunggu jawaban dari Fai, Hirham mematikan teleponnya.

"Hirham ada disini, apa yang harus kita lakukan?".Tanya Fai menatap Aro dan El bergantian.

"Aku akan ketempat kost, akan kukatakan yang sebenarnya, kau disini saja menjaga Aro" Jawab El memutuskan.

"Tidak tidak, kalian boleh pergi, aku tidak apa sendiri, tidak ada yang akan menyakiti aku, pergilah" Kata Aro mencoba meyakinkan 2 sahabat itu.

"Apa kau yakin?" Tanya Fai ragu.

"Tentu, aku minta ma'af tidak bisa membantu" Jawab Aro menyesal.

"Tidak masalah" Kata Fai.

"Jika kau perlu sesuatu, hubungi suster, oke" Kata El mengingatkan.

"Iya, aku tau" Aro memamerkan senyum manis miliknya.

El dan Fai meninggalkan Aro sendiri. Mereka memilih untuk pulang ketempat kost menemui Hirham. Belum sempat El masuk kemobil Fai, ponselnya berdering.

"Halo??" El mengangkat telepon dari Diaz.

"Ahra ada dirumah sakit Giugliano General Hospital" Diaz langsung mematikan sambungan teleponnya.

"Halo, apa..." El menatap ponselnya merasa kesal pada Diaz.

"Ada apa? Siapa yang menelepon?" Tanya Fai.

"Orang kepercayaan tuan Pradipta, dia bilang Ahra ada dirumah sakit Giugliano General Hospital" Jawab El masih kesal.

"Rumah sakit? Apa yang terjadi dengannya?" Tanya Fai mulai cemas.

"Entahlah, dia tidak mengatakan apapun" Jawab El.

"Ayo kita kerumah sakit itu" Fai mulai melangkah ingin masuk kedalam mobil. Tapi El mencegahnya.

"Ada apa lagi?" Tanya Fai saat El mencegahnya.

"Bagaimana dengan Hirham?"
Fai menepuk keningnya, lupa bahwa Hirham ada disini.

"Kita temui Hirham dan membawanya kerumah sakit, nanti dijalan kita jelaskan apa yang terjadi pada Ahra, setau kita" Putus Fai lalu melanjutkan langkahnya masuk kedalam mobil.

"Ayo masuk El" Teriak Fai dari dalam mobil saat melihat El hanya diam mematung. Tidak lama El pun menyusul Fai masuk kedalam mobil.

🌸🌸🌸

Diaz menghela nafasnya dan meletakkan kembali ponselnya kesaku setelah memberitau keberadaan Ahra pada El. Dia langsung menyusul Sharga kerumah sakit miliknya saat salah satu dokter memberitaunya bahwa Sharga membawa seorang wanita ke rumah sakit ini.

Sejak dia sampai, Sharga terus berada disamping tempat Ahra dirawat. Pria itu terus menggenggam tangan Ahra. Melihat ini membuat Diaz teringat akan dirinya. Bagaimana Sharga selalu ada disampingnya saat dia dirawat di rumah sakit.

"Makanlah, bukankah dari tadi siang kau belum makan? Aku akan menjaga Ahra disini" Kata Diaz sambil menepuk bahu Sharga.

"Aku ingin disini, aku tidak akan meninggalkannya" Kata Sharga sendu.

"Aku akan keluar membeli makanan, saat aku kembali, kau harus makan, tidak ada penolakan" Diaz melangkah keluar dari ruangan itu.

Sementara El dan Fai baru sampai dirumah sakit itu bersama Hirham juga. Adik Ahra itu sempat bingung saat Fai memberitaunya kalau Ahra ada di rumah sakit. Dia jadi emosi setelah El dan Fai menceritakan apa yang mereka tau.

Ketiganya segera menuju resepsionis rumah sakit dan menanyakan dimana Ahra dirawat. Hirham segera melangkah terburu-buru setelah mengetahui ruang rawat Ahra. El dan Fai sampai harus berlari mengejar langkah Hirham.

Sesampainya diruangan yang dimaksud, Hirham langsung masuk dan tanpa pikir panjang, dia menghampiri Sharga yang duduk disamping tempat tidur Ahra. Hirham melayangkan pukulan diwajah tampan Sharga. Hirham kembali melayangkan pukulannya hingga Sharga tersungkur kelantai.

El dan Fai yang baru sampai langsung berlari menghampiri keduanya. El dan Fai menahan tangan Hirham yang kembali akan melayangkan pukulannya.

"Berhenti Hirham, ini rumah sakit, kau tidak boleh membuat keributan disini" Kata Fai mengingatkan.

"Aku tidak peduli kak, dia sudah membuat kak Ahra seperti ini" Hirham berusaha melepas tangan Fai dan El yang menahannya. Meski El dan Fai menahan sekuat tenaga, nyatanya mereka hanya wanita yang kekuatannya tidak sebesar kekuatan seorang laki-laki.

Hirham dengan mudah melepaskan tangan Fai dan El. Hirham hampir menerjang Sharga lagi, tapi Diaz datang diwaktu yang tepat.

"Apa yang kau lakukan hah?" Teriak Diaz mendorong tubuh tegap Hirham hingga terhuyung kebelakang.

Diaz menghampiri Sharga dan membantunya berdiri.

"Kau..... Beraninya kau menghalangiku" Lagi-lagi Hirham tidak bisa menahan emosinya.

"Berhenti Hirham!!!" Teriak Fai pada akhirnya.

"Jika kalian membuat keributan disini, aku akan meminta satpam untuk mengusir kalian" Ancam Fai sambil menatap Sharga, Diaz dan Hirham bergantian.

Mereka semua terdiam, tidak ada yang berani membuat keributan lagi. Hirham masih diselimuti amarah. Tangannya masih mengepal dan tatapannya mengarah pada Sharga tidak suka.

"Ayah...." Suara lemah Ahra mengalihkan perhatian mereka semua.

Fai dan El menghampiri Ahra. Begitu juga Hirham, Sharga dan Diaz.

"Apa kakak butuh sesuatu?" Tanya Hirham khawatir.
Ahra memperhatikan satu persatu wajah orang yang mengelilinginya.

Sampai wajah Sharga yang terluka, dia menatap cukup lama. Sharga juga menatap wajah Ahra penuh penyesalan.

"Kak Giu....."

🌸🌸🌸

(Jangan lupa vote dan koment ya.... Makasi....)

Continue Reading

You'll Also Like

823K 30.7K 34
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
SCH2 By xwayyyy

General Fiction

129K 17.9K 47
hanya fiksi! baca aja kalo mau
6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
5.8M 280K 61
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA MANIEZZZ] Kisah 2 pasangan yang dijodohkan oleh orangtua mereka. Arlando jevin demort, cowok berusia 18 tahun harus men...