Stuck

By Stephn_

148K 10.9K 1.9K

[Series 1] Genre: Young Adult SEBAGIAN PART DAPAT DIBACA DI APLIKASI FIZZO (Akun Stephanie Budiarta) *** ... More

Prologue
āœØ Cast āœØ
Chapter 1-Perubahan
Chapter 3-Rapat Meja Panjang 1.1
Chapter 3-Rapat Meja Panjang 1.2
Chapter 4 - Perdebatan
Chapter 5 - Mala Petaka
Chapter 6 -Pendaftaran
Chapter 7-That's Girl
Chat Grup
Chapter 21- Usda 1.1
Ekstra Chapter 1.1
Ekstra Chapter 1.2

Chapter 2 - Kating

4.4K 821 101
By Stephn_


"Istilah hukum perdata di Negara Indonesia mulanya dari Bahasa Belanda Burgerlik Recht yang sumbernya pada Burgerlik Wetboek atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata biasa disingkat KUH Perdata," jelas Pak Untung.

Pak Untung adalah dosen Hukum Perdata yang terkenal di kalangan mahasiswa Universitas Pemuda Indonesia. Pak Untung dikenal dengan sebutan dosen kesayangan mahasiswa caper alias cari perhatian. Dosen dengan wajah tegas dan kacamata bulat itu sangat hobi memberi nilai baik kepada mahasiswa yang ia hapal saja. Hapal dalam artian mahasiswa yang aktif di kelas dan selalu memperhatikannya.

Tak heran banyak mahasiswa berlomba-lomba aktif di kelasnya. Sebenarnya mahasiswa aktif memang bagus, tetapi jika aktifnya tidak masuk akal lama-kelamaan jadi mengganggu. Seperti yang terjadi saat ini, beberapa mahasiswa yang duduk di bangku depan tampak sibuk mencatat apa saja yang Pak Untung ucapkan. Padahal, semua yang disampaikan sudah ada di buku cetak.

Seperti halnya kelas pada umumnya, mahasiswa yang duduk di depan adalah mahasiswa teladan dengan niat belajar yang tinggi. Sementara bangku belakang lebih banyak dihuni oleh mereka yang berprinsip; Paham ya syukur, enggak ya nasib.

Tetapi, teori itu tidak berlaku pada semua mahasiswa yang duduk di bangku belakang. Beberapa ada yang masih sibuk mencatat meski tidak paham, dan beberapa lainnya tampak khusyuk mengheningkan cipta dengan kepala menunduk fokus melihat buku—dengan ponsel di atasnya.

Nabilla Xaverina adalah salah satu mahasiswa yang sejak tadi khusyuk mengheningkan cipta. Gadis berambut hitam panjang itu tampak sibuk men-scrolling layar ponselnya dengan jari telunjuk. Membaca satu-persatu nama di tabel yang baru saja diposting oleh salah satu organisasi di kampusnya. Nabilla sudah dua kali mengecek tabel itu, takut namanya terlewat. Namun, tetap saja tidak ada namanya tertulis di sana.

"What the—"

Nabilla segera mengatupkan bibirnya saat tatapan Pak Untung tertuju padanya. Gadis itu cepat-cepat berlagak mencatat.

Fani yang duduk di samping Nabilla ikut panik. "Udah sinting, yah?"

Nabilla melirik sekilas teman sebangkunya itu. Namanya Fani Aurellia, satu-satunya sahabat yang dia miliki di kampus ini. Usia pertemanan mereka memang baru terjalin dua bulan, tetapi rasanya seperti sudah bertahun-tahun. Mungkin karena mereka tinggal di kos-kosan yang sama.

Nabilla dan Fani sama-sama mahasiswa perantau, Nabilla dari Bali sedangkan Fani dari Magelang. Sebagai anak perantau, bisa langsung mendapatkan teman yang satu frekuensi adalah hal paling membahagiakan. Mungkin hal itu yang membuat Nabilla dan Fani seperti saling terikat satu sama lain. Keduanya saling melengkapi.

Jika Nabilla adalah mahasiswa yang ikut mengheningkan cipta, Fani adalah mahasiswa yang rajin mendengarkan dan mencatat meski tidak paham. Setidaknya catatan Fani selalu lengkap untuk disalin oleh Nabilla. Dan Fani tidak akan pernah jadi mahasiswa yang ketinggalan berita di kampus karena selalu mendapat gossip up to date dari Nabilla.

"Gue ditolak PERMABA!" bisik Nabilla geram.

"Hah, lo daftar PERMABA?" Fani membelalakkan mata kaget. "Jelas ditolak, lah, bego. Dari namanya aja udah kelihatan. PERMABA, Persatuan Mahasiswa Batak. Lo orang Bali, pe'a!"

Nabilla mengerutkan kening kesal. "Lah, apa gunanya toleransi di negeri ini?"

"Dih, segala bawa toleransi. Bilang aja lo pingin masuk PERMABA karena ada Kak Bagas," sindir Fani langsung membuat Nabilla tersipu malu.

"Kasep pisan euy."

"Masih kasepan Kak Jaeffry kali," bantah Fani.

Bukannya balas membantah, Nabilla justru mengangguk setuju. "Kak Jae juga cakep pisan. Kak Theo sama Kak Juan juga mantep. Pokoknya angkatan mereka bibit unggul semua, dah. Termasuk Kak Bagas."

"Maruk juga lo," Fani menggelengkan kepala. "Gue, mah, setia sama Kak Jaeffry aja. Kalau Kak Theo jujur aja gue agak takut. Mukanya galak banget, terus auranya macem vampir."

"Kalau vampirnya Kak Theo, gue rela sumbang darah cuma-cuma!" Nabilla tertawa. "Lagian lo ngapain setia? Prinsip gue, nih, kalau bisa semuanya kenapa harus satu?"

"Lahiya bener," Fani mengedikkan bahu. "Masalahnya, semuanya enggak minat sama lo. Jangankan memiliki, tahu lo hidup di dunia ini aja udah syukur!"

Nabilla mengumpat tanpa suara. "Heh, gue bukannya enggak bisa memiliki, tapi memang gue segan buat kenalan langsung sama cowok yang kasepnya udah enggak manusiawi lagi. Lebih nikmat mengagumi dalam diam."

"Loh, memangnya kalau udah kenal langsung lo bisa jamin mereka mau sama lo?"

Mengenali suara tengil itu, Nabilla dan Fani kompak menoleh ke belakang, menatap malas cowok yang duduk tepat di belakang mereka.

Chandra Bashra. Cowok tengil itu mendapat julukan mood maker karena karakternya yang ceria meski lebih condong ke menyebalkan menurut Nabilla. Chandra memiliki warna kulit eksotis dan senyuman yang manis. Tidak heran baru dua bulan resmi menjadi mahasiswa, Chandra sudah memiliki cukup banyak pengagum dan juga teman baik dari kalangan kakak tingkat maupun satu angkatan.

Tetapi, bagi Nabilla dan Fani— yang kebetulan hampir setiap hari bertemu cowok itu di kelas yang sama— sosok Chandra sama sekali tidak menarik. Karena pesona Chandra di mata mereka berdua sudah tertutup oleh sikap tengil cowok itu.

"Lo diem, ya. Jangan sampe ini mendarat di mata lo." Nabilla mengangkat tinggi pulpen di tangannya.

Chandra tersenyum jahil. "Sebelum mendarat gue udah teriak duluan biar Pak Untung langsung luncurin bom ke IPK lo."

"Idih, merasa anak teladan lo?" Nabilla mencebikkan bibir. "Paling lo kena bom juga. Bahaya Chan, belum di bom aja IPK lo mungkin udah sekarat."

Fani terkekeh geli melihat ekspresi tidak terima Chandra. "Inget Chan, yang direndahin itu hati bukan IPK."

"Wah, lo ngeremehin gue?" Chandra tertawa sumbang, "Kalian belum tahu aja kecerdasan gue yang sesungguhnya. Belum keluar soalnya otak gue masih ketinggalan di laci—"

"Kelas sampai di sini dulu. Jangan lupa baca buku cetak halaman seratus dua puluh sampai seratus dua puluh lima sebelum kelas saya minggu depan," kata Pak Untung mengakhiri kelasnya.

Nabilla dan Fani langsung fokus memasukkan buku ke dalam tas, mengabaikan Chandra.

"Bye Chan, gue dengan baik hati enggak dengerin haluan lo. Biar nanti-nanti kalau IPK lo beneran serendah hati gue, lo enggak terlalu malu." Nabilla menaik turunkan kedua alis dengan senyuman mengejek.

Chandra sudah siap membalas ucapan Nabilla, namun kalah cepat dengan Fani yang lebih dulu menarik gadis itu keluar kelas.

Lorong kampus tampak padat dipenuhi oleh mahasiswa. Gedung Universitas Pemuda Indonesia memang terbilang cukup luas dengan empat tingkat lantai untuk satu jurusan. Namun terlihat padat lantaran gedung S2 gabung dengan S1.

"Mau makan di mana?" tanya Fani.

Nabilla melirik jam tangannya. "Jam dua belas, burjo rame banget pasti. Males gue kalau banyak cowoknya."

"Iya, jam makan siang soalnya. Gue bukan masalahin ramenya, tapi asep rokoknya. Berasa lagi di atas panggung gue ada asep-asepnya," celetuk Fani membuat Nabilla tertawa.

"Chick Chicken aja mau?" Usul Nabilla.

"Boleh," Fani mengangguk setuju.

Chick Chicken adalah restoran fast food yang letaknya hanya berjarang empat bangunan dari kampus. Selain tempatnya yang strategis, pelayanannya juga cepat. Chick Chicken dapat diandalkan pada saat jam terjepit sebelum pergantian kelas. Hanya sisa waktu setengah jam saja masih sempat menikmati satu ayam goreng tepung dengan nasi dan es teh refill sepuasnya.

"Gue mau pesen ayam geprek cabai tiga, ah~" Nabilla tersenyum senang. Rasanya setiap kali membicarakan makanan moodnya jadi bagus.

Fani mengangguk. "Kalau gitu gue juga ayam geprek, cabainya bekas koretan lo aja."

"Dih, cupu bener."

Fani dan Nabilla kompak saling bertukar pandang dengan tatapan malas. Terlebih saat melihat sosok Chandra kembali muncul di antara mereka. Chandra dengan lancang merentangkan tangannya, merangkul pundak kedua gadis itu.

Nabilla menghela napas sabar. "Lo enggak ada temen main ya, Chan?"

"Punya." Chandra tersenyum.

"Terus ngapain lo nguntit kita?" Fani berusaha menyingkirkan tangan Chandra dari pundaknya.

"Buset siapa yang nguntit?" Chandra tertawa. "Kalian mau ke Chick Chicken, kan? Yaudah gue ikut sekalian. Temen main gue lagi di sana."

Nabilla sudah siap membalas ucapan Chandra, namun rasa lapar membuatnya tidak bertenaga untuk adu debat dengan cowok itu. Alhasil Nabilla dan Fani memilih diam pasrah berjalan menuju restoran dengan Chandra.

"E-yo! Holla my brother!"

Teriakan Chandra membuat Nabilla dan Fani kompak berjengit kaget. Jelas saja mereka terkejut melihat Chandra tiba-tiba berteriak heboh seperti itu padahal mereka baru saja menginjakkan kaki di restoran. Sialnya lagi, restoran sedang dalam keadaan cukup ramai pengunjung. Semua tatapan otomatis langsung tertuju pada mereka.

"Sok kenal banget lo najis!" Nabilla segera menepis tangan Chandra yang masih merangkulnya.

Chandra tidak mempedulikan ucapan Nabilla. Cowok itu dengan santai menghampiri meja nomor sepuluh.

Fani membulatkan matanya kaget melihat Chandra tampak akrab dengan sekumpulan cowok yang sedang duduk di meja itu. Jelas saja kaget, Chandra baru saja sengaja memamerkan teman-temannya. Parahnya lagi, teman-teman Chandra terdiri dari kakak tingkat hitz dan tampan di kampus.

Kelompok itu terdiri dari Jaeffry cowok bertubuh atletis dengan lesung di kedua pipinya yang sangat populer di kalangan mahasiswi. Theodor cowok berwajah anime dan berkharisma. Johnatan blasteran Indonesia-Chicago. Tama kakak tingkat yang sangat friendly. Markus cowok berwajah baby face yang mudah sekali tertawa. Juga Dominic, cowok yang dijuluki pangeran es karena karakternya sangat cuek dan jarang sekali tersenyum.

Tidak sampai di situ saja, masih ada Yudha cowok blasteran Indonesia-Jepang sangat hobi menguncir rambutnya yang sedikit gondong. Juga Juan cowok yang dirumorkan hampir menjadi model brand terkenal karena proposional tubuhnya yang sempurna.

Mereka adalah sekelompok kakak tingkat hitz di kampusnya. Nabilla sendiri tidak tahu apa yang membuat mereka sangat eksis di kampus. Entah karena prestasi atau hanya karena good looking saja.

"Chandra sejak kapan deket sama Kak Jaeffry?" Fani masih tidak percaya melihat Chandra dengan santai mencomot kentang goreng di piring Jaeffry.

"Itu ngapain tuyul-tuyul ada di sana juga?" Nabilla menaikkan kedua alis saat melihat wajah tak asing ikut bergabung di sana.

Tuyul yang Nabilla maksud adalah Najendra, Jeno, Rendi, Leo, dan Jisabian. Mereka adalah teman seangkatannya yang sempat membuat kakak tingkat gempar karena memiliki adik tingkat super tampan. Tapi menyebalkan.

Serius, kelima cowok itu adalah wujud kloningan Chandra. Tidak heran Nabilla dan Fani sama sekali tidak mengidolakan mereka karena sudah cukup trauma dengan satu Chandra di kehidupan mereka.

"Mau pindah aja?" Tanya Fani.

"Makan di kos aja pesan antar," usul Nabilla dijawab anggukan setuju oleh Fani.

Baru saja Nabilla dan Fani hendak melangkah pergi, sebuah suara cempreng menghentikan langkahnya.

"BILLA, FANI, MAU KE MANA?"

Chandra sialan.

"Pada lihat ke sini anjir.." Fani melirik sekilas ke belakang.

Nabilla mengumpat dalam hati. "Mendingan noleh atau pura-pura enggak denger aja?"

"Kalau enggak denger harusnya kita enggak berhenti oncom," Fani meremas gemas lengan Nabilla. "Ada Kak Jaefrry pula, mana gue lagi lusuh gini. Apa pura-pura pingsan aja?"

"Tambah malu-maluin egok!" Nabilla mendengus sinis. "Pasti Chandra sengaja karena denger ucapan kita tadi pas gibahin Kak Jaeffry di kelas."

"WOI, KE SINI BENTAR DONG CEWEK!" Ucap Chandra dengan suara nyaring.

Nabilla menggeram pelan. Dia bertekad akan menghabisi Chandra di kelas besok.

Fani menolehkan kepala dengan senyuman kaku. "Gue sama Billa balik dulu Chan, lupa ada urusan."

Fani segera menarik tangan Nabilla keluar restoran, tapi Nabilla justru menahannya. Fani hanya bisa menahan napas saat Nabilla perlahan menoleh, menatap lurus ke arah Chandra.

Nabilla tidak mempedulikan tatapan orang-orang di sekitarnya. Fokusnya bahkan tidak terpecah meski sekelompok lelaki tampan yang duduk di meja nomor sepuluh memperhatikannya.

Fokus Nabilla hanya satu, Chandra Bashra.

Nabilla menatap datar Chandra. Perlahan bibirnya menyunggingkan senyuman dengan tatapan tak terbaca.

"Sampai ketemu besok, Chan."

⚖️⚖️⚖️

Update setiap Senin-Sabtu pukul 19.00

Ekspresi Chandra setelah berhasil buat Nabilla Fani salting:

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.3M 74.5K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.6M 297K 41
[Completed] (sebagian chapters diprivat untuk followers, follow untuk membaca) Untukmu, yang berani singgah namun tak pernah sungguh. T...
Lost By Nur Azizah

Teen Fiction

339 231 40
Jika Arini bisa menghilangkan apa saja yang ada di bumi, maka hal pertama akan jatuh kepada hari Rabu. Bagi Arini, hari Rabu hanya datang untuk memba...
141K 10.5K 25
[FINISH] Judul awal : Duren Tapi bukan duda Duda keren tapi bukan duda ? gimana ceritanya Duren bukan duda?