"Heejin, bisa kita bicara?" tanya Jeno yang segera dianggukki dengan semangat oleh Heejin.

Jeno bergeser memberi ruang untuk Heejin duduk dan gadis itu segera mendudukan pantatnya masih dengan senyum di wajah.

"Ada apa, Jeno?" tanya Heejin penasaran.

"Heejin aku tahu kamu menyukaiku, tapi aku benar-benar minta maaf. Aku hanya menyukai dan mencintai Renjun. Aku tahu kamu pasti kesal mendengar ucapanku sekarang, tapi aku mohon jangan menyakiti Renjun." ucap Jeno tegas.

"Heejin, aku tahu tidak akan mudah buat kamu melupakan aku begitu saja. Tapi percayalah kalau kau pasti bertemu seseorang yang mencintaimu. Dan orang itu bukan aku." lanjut Jeno.

Heejin hanya diam. Ia masih terkejut dengan keterus-terangan Jeno.

"Heejin, aku harus pergi sekarang." ucap Jeno saat tidak ada respon apapun dari Heejin.

Namun belum sempat Jeno beranjak, suara Heejin justru mengintrupsinya.

"Jeno, bagaimana kalau aku tidak mau berhenti." ujar Heejin

"Bagaimana kalau aku tetap berusaha mendapatkan hatimu meski aku tahu kau hanya mencintai Renjun? Bukankah setiap orang bebas menentukan pilihannya sendiri? Dan pilihanku adalah, aku tidak akan berhenti." tegas Heejin

"Aku juga tidak bisa berjanji untuk tidak menyakiti Renjun. Sama seperti kamu yang mencintai Renjun begitu besar dan rela melakukan apapun untuknya, akupun begitu. Aku rela melakukan apapun untuk mendapatkan kamu meskipun harus menyakiti oranglain." tutur Heejin sebelum beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Jeno yang tengah memandang punggungnya.

Menghela napas panjang, Jeno hanya mampu mengusap wajahnya kasar.

Tapi aku juga tidak peduli untuk menyakitimu jika sampai Renjun terluka.

Jeno segera beranjak dari tempat duduknya dan pergi menuju rumah sakit. Ia merindukan Renjun dan ingin segera memeluk pria mungil itu. Senyumnya terbit membayangkan bagaimana wajah pucat itu menyambutnya nanti. Maka dengan sedikit berlari, Jeno menuju motor besarnya dan melesat menuju rumah sakit.

Begitu tiba di ruangan Renjun, Jeno melihat Renjun tengah tidur dan Jaemin yang sedang bermain ponsel disampingnya. Kakinya melangkah mendekati Renjun dan segera mengecup kening pria mungil itu.

"Renjun udah makan?" tanya Jeno pada Jaemin.

"Sudah." jawab Jaemin singkat masih dengan mata fokus pada layar persegi di hadapannya.

"Jaem, Mark Hyung akan melamar Renjun selepas lulus nanti."

Ucapan Jeno berhasil mencuri perhatian Jaemin.

"Kalau begitu aku juga." jawab Jaemin singkat.

"Bukan itu, apa Renjun akan setuju dengan rencana kita? Aku memang ingin kalau Renjun secara sah menjadi milik kita. Namun, ada beberapa hal yang harus kita selesaikan sebelum Renjun benar-benar menjadi milik kita." ucap Jeno serius.

"Ayah. Pertama, kita harus membuat Renjun memaafkan Ayah dan menyelesaikan urusannya dengan Yuta. Kemudian, kita juga harus bisa membuat Renjun sembuh dari traumanya. Dan setelah itu Heejin." jelas Jeno panjang.

"Benar, untuk itu kita harus bicara dengan Mark dan Haechan. Sebentar lagi kita juga harus magang. Akan sulit menyelesaikan ini semua di masa-masa sibuk ini." jawab Jaemin sembari menatap wajah Renjun sambil mengusap kepala Renjun dengan sayang.

Keduanya larut dalam pikiran masing-masing hingga tubuh Renjun menggeliat kecil dan kedua kelopak matanya perlahan terbuka. Ia segera dihadiahi senyuman Jeno dan Jaemin.

"Hai" sapa Jeno dan Renjun segera mengulurkan tangannya yang langsung disambut pelukan oleh Jeno.

"Kau tidak pulang bersama Haechan?" tanya Renjun

"Tidak, dia masih harus mengurus dosen pembimbing magang." jawab Jeno kemudian mengecup bibir Renjun singkat kemudian melepas pelukannya.

"Karena Jeno sudah disini, sesuai janji Jaemin, kau harus bertemu dokter Doyoung dan bertanya apakah aku boleh pulang sekarang atau tidak." ucap Renjun mengabaikan Jaemin yang memutar matanya malas.

Renjun dan segala sikap keras kepalanya tidak berubah meski dalam kondisi sakit sekalipun.





Jujur, kalian bosen gak sih? 😢


LOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang