Hidden

18 3 0
                                    

Bau asap menyengat hidungnya, membuat gadis dengan rambut pendek sebahu tersedak. Matanya berkeliling melihat tenda yang berdiri kokoh, berantakan tapi kokoh. Dan, sampah, juga api unggun yang hampir padam.

"Belum terlalu lama, sekitar 30 sampai 45 menit yang lalu," tatapannya terhenti pada lelaki yang menggenggam pistol revolver di tangannya. Lelaki itu mematikan api dengan cara menginjaknya.

Senyum Dimini mengambang, "Menemukan petunjuk lain, Lily?"

Satu lagi datang, Lily gadis berambut ikal pendek dengan kawat di giginya. Dia menunjuk ke arah selatan, "Jalan terdekat ke perbatasan kurasa."

"Dan, yuckie- keparat itu meninggalkan banyak sampah di sini," dengan geram dia memungut sampah-sampah yang berserakan di tanah, memasukannya ke dalam plastik.

Dimini merangkak kedalam tenda, dia menggeledah beberapa barang dan menemukan sebotol bensin yang isinya tinggal setengah, satu beanie hat berwarna kuning yang dilemparkannya kepada Redy. Lelaki berotot itu tidak banyak bicara dan langsung memakainya.

"You look fine,"

Redy menyeringai, menampilkan lesung pipi yang dalam. Dimini tidak bicara lagi sampai dia menemukan sebuah dompet yang tertutup boks. Dia berteriak kesenangan, membuka dompet tersebut dan mengambil kartu nama.

"Pekerjaan kita kali ini tidak akan sulit bukan?" bisiknya.

Redy dan Lily mendekat, "Aku hampir mengutuk Kolonel karena menugaskanku berpatroli denganmu, tapi aku pikir keberuntungan selalu dipihakmu," Lily mengambil ID tersebut dari tangan Dimini.

"Ini tentu akan memudahkan tugas kita."

Redy menghela nafas tak percaya, lelaki berkulit gelap itu agaknya tidak senang seperti dua yang lain, "Memudahkan katamu? Jelas jelas ini sebuah aib, apa yang akan dikatakan mereka kalau tahu ada penyusup. Kita mestinya malu, pengamanan ini tidak berhasil, orang-orang itu tidak takut hantu atau binatang buas lagi. Akanku pastikan mereka memasang CCTV di perbatasan kali ini,"

Redy tampak sangat emosi dan berambisi, urat urat di lehernya terlihat tegang. Dimini yang bosan dengan ucapannya memutuskan keluar dari tenda dan berjalan ke arah selatan mendahului kedua orang di belakangnya.

Mereka bertiga berjalan menyusuri hutan yang gelap dengan berbekal senter. Hutan tampak hening, tidak ada suara selain derap langkah kaki yang menginjak ranting kering dan hembusan nafas mereka yang tampak tegang, "Potret kartu itu dan kirim kepada Will, bilang padanya apa yang terjadi dan biarkan dia melakukan pekerjaannya."

Redy mengangguk paham dengan perintah Dimini, dia menyentuh jam hitam yang melingkar ditangannya, cahaya keperakan muncul seperti proyektor kecil di udara. Dengan sentuhan tipis mereka terhubung dengan orang yang bernama Will, wajah lelaki itu muncul seperti hantu, "Darurat 2, kirim tim ke daerah K sekitar air terjun, kami sedang mencari ke arah perbatasan selatan," Lelaki berkacamata mengangguk mengerti.

Lily memberikan ID yang mereka temukan kepada Redy, lelaki itu lantas memperlihatkan kepada lelaki silver dihadapannya, "Cari tahu." Will mengangguk mengerti, lalu menghilang dari udara.

"Mereka belum terlalu jauh dengan keadaan gelap seperti ini, ayo."

Langkah mereka semakin cepat, mereka juga memutuskan untuk menyebar. Dimini agak menjauh dari langkah temannya yang menuju perbatasan, dia berpikir kemungkinan orang-orang itu masuk dibanding keluar dari perbatasan lebih besar, dengan semua hal berantakan yang mereka temukan, jelas sekali kalau para pengacau itu tidak pergi dengan persiapan. Ada alasan yang memungkinkan orang-orang itu pergi dengan tergesah-gesah.

𝐓𝐇𝐄 𝐁𝐔𝐙𝐙𝐄𝐑 | krýptosWo Geschichten leben. Entdecke jetzt