Mark tertegun, merasakan betapa besarnya kebencian yang menguar dari Haechan. Gila, Haechan benar-benar terlihat seperti orang gila. Apalagi saat Mark lihat sebuah senyum lebar tercetak dalam wajah dinginnya.

"Berhenti.. " Ucap Mark tanpa sadar, namun Haechan justru makin menggila.

"Mati! Mati! Mati! " Gumam Haechan dan terus menusuk seperti orang kesetanan seakan tengah mempertaruhkan hidupnya.

Jantung Mark kembali berdetak kencang menyaksikan betapa gilanya Haechan. Pemuda tampan itu menggeleng pelan. Tidak.. Dia tak ingin melihat Haechan seperti ini, dia tak ingin melihat Haechan yang gila seperti ini!

"Berhenti!" Dengan cepat Mark coba raih tangan Haechan namun langsung ditepis dengan kuat dan sekarang justru dialah yang terdiam kaku kala dengan gesitnya Haechan menodongkan paku padanya.

Mark hanya bisa menahan napas saat ujung tajam paku itu menekan kulit bawah dagunya.

"Jangan menyentuhku..." Desis Haechan penuh bahaya dan ia turunkan ujung pakunya hingga tepat berada di depan leher Mark. Kembali Ia tekan ujung tajam itu ke kulit leher Mark hingga kulit putih itu sedikit tergores, membuat Mark makin menahan napasnya.

"... Jangan pernah berani atau ku lubangi lehermu" Lanjut Haechan dengan penuh ancaman. Mark mengangguk pelan kala ia lihat kilatan tajam mata Haechan yang berbahaya, pemuda manis itu benar-benar berniat menusuknya.

Haechan lepas todongan nya, membuat Mark langsung mengambil langkah mundur dengan napas berat. Ia sentuh lehernya perlahan dan meringis, merasakan perih dari kulitnya yang sedikit tergores walau tak sampai menguarkan darah.

Mark diam memperhatikan Haechan yang kembali tidur bergelung di ranjangnya seakan tak ada apapun yang terjadi. Mark lirik meja belajar Haechan yang kacau dan kembali menatap tubuh Haechan yang terbungkus rapat oleh selimut.

Pemuda tampan itu terdiam, ada satu hal yang menganggu pikirannya. Bukan, bukan tentang lehernya ataupun tingkah gila Haechan. Tapi.. Rasa takut dikedua mata Haechan saat ia coba meraih tangannya. Mark bisa merasakannya, itu bukanlah rasa takut biasa. Itu adalah sebuah trauma...

"Apa yang terjadi padamu?" Lirih Mark dalam keheningan.




'Sour Candy♡∞:。.。  





Mark membawa nampan makan siangnya dan duduk dipojok kantin. Pemuda tampan itu menghela napas lelah saat dia orang yang selalu mengganggu ketenangan waktu istirahat datang dan duduk di depannya.

Ini adalah hari kelimanya sekolah dan selama itu pula Jaemin dan Yeri selalu mengusiknya. Terutama Jaemin, karena pemuda itu kalah taruhan dari Yeri, tapi ingat Yeri juga belum sepenuhnya menang.

"Serius, kenapa kalian selalu menganggu ku?" Yeri dan Jaemin saling melirik dan kembali sibuk dengan ponsel masing-masing, sama sekali tak peduli dengan Mark.

Mark mendengus, lihat! Kedua orang ini sangat menyebalkan!

Jaemin melirik Mark sekilas dan menaikan alisnya melihat sebuah goresan kemerahan di leher Mark. "Ada apa dengan lehermu?"

Yeri mendongak, mencoba melihat apa yang dimaksud Jaemin. Membuat Mark langsung menutup lehernya dan berdehem kecil. "Bukan apa-apa" Jawabnya cepat dan langsung memakan makan siangnya.

Mark tak tahu jika mata Jaemin sangat teliti, padahal lukanya tak terlalu besar tapi pemuda itu berhasil melihatnya.

"Haechan yang melakukanya padamu?" Tanya Jaemin tiba-tiba membuat Mark terbatuk kecil.

Sour Candy | MarkHyuck☑Where stories live. Discover now