15

47.2K 6.3K 1.6K
                                    

Mark meringis kecil saat menyuap nasi dari sumpitnya, dengan kesal ia letakan sumpit itu lalu meraih ponselnya yang tergeletak diatas meja kantin. Pemuda tampan itu kembali meringis melihat memar disudut bibirnya dari pantulan layar ponsel.

"Sungchan brengsek" Umpatnya kala mengingat kejadian kemarin, karena bocah bongsor itu bukannya mengajari cara berkelahi tapi justru memukulinya. Dia kan minta diajari berkelahi bukan minta dipukuli! Dasar bocah brengsek!

Dan dengan santainya bocah tengik itu berkilah kalau ini adalah dasar dari pembelajarannya. Hell! Dasar dari mananya coba!!

"Ishh ak-" Mark menghentikan ringisannya kala melihat Yeri duduk di hadapannya. Pemuda itu berdehem kecil sembari meletakkan ponselnya diam-diam lalu menutup wajahnya dengan tudung jaketnya, berusaha menutup sedikit memar diwajahnya walau terlambat karena Yeri sudah lebih dulu menyadari.

"Kenapa dengan wajahmu?"

Mark menghentikan pergerakan tangannya dan melirik wajah datar Yeri, tak lama pemuda tampan itu tertawa kecil dengan nada menyebalkan.

"Bukan urusanmu"

Yeri hanya memutar bola matanya malas mendengar jawaban Mark. "Sudah kuduga, kau selemah itu ternyata" Dengus si gadis membuat Mark mendelik tak terima.

"Yak! Aku tidak lemah!" Sungut Mark kesal. Enak saja! Dia tidak lemah hanya kurang ahli saja!

"Katakan itu pada memar diwajahmu" Ledek Yeri dengan dengusan remeh diwajah cantiknya yang mana terlihat sangat menyebalkan dimata Mark. Jika saja didepannya ini bukan wanita, sudah dia lempari kimchi wajah sengak itu.

"Tapi serius, dari mana kau dapatkan semua luka itu?" Tanya gadis itu penasaran, karena seingatnya kemarin wajah Mark baik-baik saja. Kenapa pemuda ini hobi sekali terluka?

Mark hanya berdehem kecil lalu kembali memakan nasinya, berusaha mengabaikan Yeri.

"Kau dikroyok?" Tanya Yeri lagi tapi respon Mark tetap diam, dan itu membuat Yeri semakin penasaran.

"Dibully? Dipukulin preman? Bukan itu juga?" Yeri memperhatikan raut wajah Mark dan kembali berpikir kemungkinan lain. "Hm... Apa mungkin, kau mencuri terus dipukuli massa?"

"Mana ada aku mencuri!" Sungut Mark sembari membanting sumpitnya. Wahh.. Gadis didepannya ini benar-benar! Memang dia apa! Wajah tampan begini mana mungkin mencuri!!

"Lalu apa!"

"Ck, memar ini kudapat dari proses pembuktian ku" Tunjuk Mark pada memar di sudut bibirnya, membuat Yeri merengut tak mengerti.

"Pembuktian?"

"Iya! Pembuktian yang kau minta. Aku sedang melakukannya sekarang"

"Dengan dipukuli?" Dengus Yeri geli lalu tertawa keras, menertawakan kebodohan pemuda didepannya ini.

"Sialan apa yang kau tertawakan!"

Yeri menahan tawanya melihat wajah kesal Mark, gadis cantik itu membuang napas pelan lalu menatap kedua mata Mark. "Apa kau mengerti dengan yang ku maksud waktu itu?"

Mark gelagapan, sebenarnya dia tidak mengerti tapi ayolah! Ini masalah harga diri! "Ya-ya aku mengerti! Memang aku bodoh!"

"Tidak, kau sama sekali tidak mengerti" Dengus Yeri melihat wajah absurd Mark.
"Apa harus ku beritahu?" Lanjutnya membuat Mark terdiam, di satu sisi dia ingin tahu tapi disisi lain harga dirinya tinggi.

Pemuda tampan itu bingung. Dia ingin tahu pembuktian apa yang dimaksud Yeri, namun jika dia mengatakan 'iya' itu berarti dia mengakui jika dirinya bodoh. Mengakui bodoh didepan gadis menyebalkan ini, astagaa hilang harga dirinya sebagai pria sejati!

Sour Candy | MarkHyuck☑Where stories live. Discover now