"Ya emang kenapa, kan ini tempat favorit lo." Aku hanya mampu mendengus malas mendengar alasan Rano.
"Gue tau konsekuensi yang mungkin gue dapetin karena nekat confress ke lo. Tapi gue boleh jugakan minta kesempatan?" Aku memandangi Rano tepat dimatanya.
Rano ini termasuk ke kategori cowok teramat ganteng. Rano se-royal Azka, tingkat kemampuan keduanya untuk memberikan aku apapun ada di level yang sama. Padahal status keduanya beda saat itu. Azka pacarku dan Rano Partnerku selain Lil diluar lingkungan kampus. Aku selalu bertanya-tanya kenapa Rano bisa sebaik ini denganku, dan Lil serta Tiwi menjawab bahwa Rano suka aku. Tapi aku selalu menampik, karena Rano memang ngga pernah mengatakan apapun perihal perasaannya padaku. Rano juga memiliki beberapa mantan pacar, jadi aku pikir Lil dan Tiwi hanya keliru.
"Gue paham banget lo orangnya gimana, walaupun lo nolak gue. Kita bakal tetep kaya dulu Wa, lo itu cueknya kebangetan. Sama mantan pacar aja akur banget, itu juga jadi salah satu alasan kenapa gue berani minta kesempatan ke lo." Aku hanya mampu mengangguk-angguk mengerti.
"Jadi, kasih gue kesempatan ya?" Aku memperhatikan gerakan Rano yang bangkit dari duduk bersila, mau kemana dia?
"Lo kebiasaan! Demen banget kemana-mana pake ketekan!" Aku merasakan kehangatan melingkupiku.
Ini juga salah satu yang membuatku berpikir kalo Tiwi dan Lil keliru. Karena Rano selalu memberikan jaketnya setiap melihatku mulai kedinginan atau ngga nyaman dan itu Rano lakukan sejak dulu. Menurutku dia melakukannya karena peduli denganku sebagai teman terdekatnya. Saat melakukannya pun raut Rano biasa aja, tak menunjukkan gejala jatuh cinta atau salah tingkah. Jadi ngga salahkan kalau aku berpikir Rano hanya menganggapku partner atau teman karibnya?
"Baguskan tapi, kita kaya couple goals!" Lihat, saat aku mengatakan itu wajah Rano biasa-biasa aja, ngga menunjukkan dia salah tingkah dengan perkataanku.
"Jadi kasih gue kesempatan ya Wa?" Aku menegakkan posisi dudukku, kembali menatap Rano dengan intens.
"Gue baru putus, hmmm 4 hari. Setelah pacaran kurang lebih 4 tahun dan kenal dari 7 tahun lalu. Kami dekat dari SMP No, dan itu ngga mudah. Sebanyak apapun gue deket dengan cowok lain, saat putus atau break dulu, Azka terlalu sulit buat dilupain gitu aja. Lo tau kisah kamikan No?" Aku masih menatapnya. "Ngga mudah No, bahkan sampai detik ini gue belum bilang Mama kalo gue dan Azka udah ngga bareng lagi. Gue takut ngecewain Mama karena lo taukan seberapa berharapnya Mama gue bahagia sama Azka?" Aku melihat Rano yang mengangguk samar, karena dia jelas tau dan paham apa yang baru aja aku sampaikan.
"Kalo lo minta kesempatan, itu bakal ada. Tapi gue ngga tau kapan gue bakal siap No." Berusaha menahan sesak yang kembali datang, aku menarik kuat nafasku. "Sebrengsek apapun dia, nyatanya rasa buat Azka memang yang paling dalam."
"Dan biadabnya, ngasih luka yang amat dalam juga." Lanjutku lebih pelan.
"Allah adil ya No, ngasih suka dan duka dengan imbang. Gue selalu kembali diingatkan jangan sampai menyayangi atau mencintai sesuatu dengan amat sangat." Aku memberikan senyumku pada Rano.
"Gue jadi kepikiran mau nutup aurat." Cetusku tiba-tiba, dan Rano melongo kaget ditempatnya.
"Serem ya No? Habis gue seneng deh liat baju-baju muslim jaman sekarang. Bagus-bagus banget." Rano sukses melengos didepanku.
"Gue ngga mau matahin semangat dan niat baik Lo. Tapi kesel juga denger alesan lo." Suara tawaku terdengar lebih kencang dari ucapan Rano.
"Lo mau taichan ngga?" Tentu aja aku mengangguk setuju. Ngga mungkin aku melewatkan taichan dan ayam goreng kering saat ke angkringan.
"Minumnya mau lagi?" Lagi-lagi aku mengangguk. "Aqua aja tapi, gue dari dikampus tadi minum es mulu."
Hari ini memang kelasku pagi, sampai pada jam 1 siang. Dan mengisi hari sebelum Rano menjemputku, aku mengungsi di kosan Jaja. Cowok itu memiliki jadwal kuliah siang. Tapi dia selalu mengizinkanku beristirahat di kosannya jika memang aku terlalu malas untuk pulang.
Saat tanpa sengaja melihat ponsel yang memang ku letakkan dimeja, aku kembali mengingat apa yang tadi disampaikan Rano. Azka berpesta, 4 hari berturut-turut. Lihatkan sebahagia apa hidupnya lepas dariku? Dia pasti bersyukur ngga ada lagi aku yang melarangnya ini-itu. Dia bebas membawa siapapun kerumahnya.
Dering di ponselku menunjukan nama Lil diatasnya. Meraihnya cepat, aku menggeser icon hijau pada layar.
"Kenapa?" Tanyaku langsung, tak lama suaranya terdengar beradu dengan keramaian diseberang sana.
"Gue ngga denger! Minggir dikit coba, atau chat aja deh. Rame banget si." Tanpa sadar aku mengerutkan alis karena berusaha mendengarkan apa yang Lil ucapkan. Kalimatnya terdengar hilang-timbul-hilang-timbul.
"Si gila malah dimatiin, gue udah serius dengerinnya." Aku menurunkan ponselku dari telinga. Lalu notifikasi pesan whatsapp masuk di ponselku.
Lil
Lo jalan sama Rano?
Udah? Dia telfon aku cuma ingin menanyakan ini? Tapi kenapa tadi omongannya terasa lebih panjang?
Aku mengetik ya dengan cepat, dan centang biru langsung terlihat.
Lil
Mantan lo ngamuk anjir! Gue
kaget dong disamperin ke
kampus. Dia marah-marah ngga
jelas. Nanya lo dimana, gue
jawab ngga tau karena lo ngga
bilang ke gue mau kemana eh
dia malah tambah ngamuk.
Lo dimana emang? Apdetan
Rano lo nangkring di motor,
ngga di tag juga tempatnya.
Kepo nih si Ibu. Udah balik
kan dia? Diemin aja
Aku membalik ponselku saat melihat Rano kembali dengan piring dan air mineral botol ditangannya.
"Thank you abang Rano.."
"Jijik gue!" Ayo menepis tangannya yang mengacak-acak rambutku. "Tangan lo kotor Rano!"
"Lagi ngga sadar diri ya, lo kan emang tua." Aku memeletkan lidahku padanya.
"Allahuakbar!" Aku berteriak dan berdiri kaget saat melihat Rano yang terjengkang dari posisi silanya.
"Brengsek!"
"Azka!"
* * * * *
1/12/20 - 21.25
YOU ARE READING
end | Point of View
RomancePunya pacar kaya Azka itu harus nyetok kesabaran banyak-banyak. Ada aja tingkahnya yang bikin aku marah-marah dan senewen! - Awa, pacar Azka dari zaman SMP. Warning! Bahasa non-baku
