Satu Rahasia Jeff

6.5K 218 13
                                    

BAB 6

“Tidak bisakah kau lebih berisik dari ini Gav?” Mata Alexa mendelik ngeri menatap Gavin yang memandanginya dengan tatapan jenaka namun tetap angkuh. Dengan sadis pria itu terus saja menggedor pintu kamar Alexa diiringi seribu satu ancaman padanya saat tadi akan masuk kamar Alexa, Gavin tidak bisa membuka pintunya karena kenopnya gadis itu sangga, dan aksi brutal Gavin berakhir semenit yang lalu saat Alexa membukakan pintu untuknya. Mengagumkan!

“Makan siang?”

Alexa memutar kedua bola matanya kesal, si ekspresi datar sedang beraksi. “Kau fikir aku peduli?”

“Lalu setelah makan siang, kau harus mengikuti kelas Accounting bersama prof. Lukas.” Cicit Gavin tak terprovokasi. –masih dengan wajah datarnya.

Darah Alexa naik seluruhnya ke pangkal kepalanya. “Kau tidak bosan Gav menyuruhku ini dan itu? Sedangkan aku selalu berontak kepadamu? Heh?” Sembur Alexa penuh amarah.

“Maka dari itu berhenti berontak Alexa.” Balas Gavin santai.

“Aku akan gila.” Gadis itu memijit pelipisnya kasar, mengapa ada manusia sedatar Gavin dimuka bumi ini? atau pria dihadapannya adalah seorang.. aliens?

“Berhentilah berspekulasi tentang diriku princess, dan ahh~ aku punya sesuatu yang menyenangkan untuk kau dengar.” Pria itu menggantung kalimatnya, sengaja untuk membuat gadis dihadapannya penasaran.

“Pertama berhenti memanggilku dengan sebutan menjijikan seperti itu, dan kedua tidak ada yang lebih menyenangkan selain kalian bisa membebaskanku dari istana terkutuk ini.” Alexa melipat kedua tangannya didepan dada. “Jadi apa itu?”

“Kau dibebaskan dari kamarmu. Hanya kamarmu, yang berarti kau bisa berkeliaran dengan bebas di dalam rumah ini, namun semua kegiatanmu dalam pengawasanku.”

“Jadi itu yang kau sebut menyenangkan Gav? Bercanda!” Alexa mengibaskan sebelah tangannya, tapi ia memang tidak berharap banyak mengenai apapun yang Gavin sebut menyenangkan.

“Makan siangmu ingin aku antar ke kamar atau di meja makan?”

“Dimanapun terserah, asal aku bisa makan.” Jawab Alexa cuek.

“Baik ikuti aku, kita akan makan bersama di ruang makan bersama Tuan Besar.”

***

Alexa melirik sesekali Jeff yang sedang mengunyah makanannya santai, disampingnya ada Gavin yang berdiri sigap seolah melindungi tuannya dari segala marabahaya. Alexa mencibir, apakah Jeff begitu tidak percaya diri sehingga ia membutuhkan Gavin untuk menjaganya?

Dari meja makan yang panjangnya hampir lima meter ini Jeff duduk di bagian ujung, seolah menegaskan bahwa dirinyalah yang berkuasa disini, sedangkan Alexa sendiri duduk di kursi samping yang berderet rapi. Gadis itu mengedarkan pandangannya, di depan maupun di belakangnya pelayan rumah ini –yang berstelan hitam dengan penutup kepala berenda putih berjajar rapi menunggu sang majikan menyantap makanannya, bahkan si wanita tua bertubuh tambun yang pernah mengantar makan untuk Alexa ikut dalam barisan itu. Kepala mereka tertunduk patuh dengan telapak tangan yang mereka tumpuk dibagian perut.

Apakah setiap Jeff makan pelayan disini melakukan hal konyol semacam ini? bahkan Alexa malas menghitung pelayan yang sedang berbaris saking banyaknya. Dan mengapa Jeff tidak mengajak pelayannya makan bersama padahal kursi yang berderet bisa menampung sebagian dari mereka disini?

Dan lagi soal makanannya, dari ujung ke ujung meja makan segala sajian tertata rapi dan menggoda, dari yang berbahan mentah daging sampai sayuran yang demi Tuhan Alexa tidak tau satupun namanya, kecuali steak yang sedang Jeff dan dirinya makan. See? Jeff hanya memakan Steak dari beribu hidangan dihadapannya. Apakah orang kaya seperti Jeff memang selalu berlebihan?

Alexa kembali memindahkan pandangannya pada Gavin yang berdiri disamping Jeff yang otomatis berdiri menghadap dirinya, karena meja makan ini memang menyudut. “Kau tidak makan Gav?” Tanya Alexa polos.

Tubuh Gavin menegang, matanya mengerjap lucu menatap Alexa. “Tidak princess.”

Alexa ingin tertawa melihat sikap salah tingkah yang ditunjukan Gavin, karena baru pertama kali ‘si batu’ bersikap selucu ini. “Kenapa? Kau tidak lihat makanan disini sangat banyak? Dan mengapa kau tidak duduk? Apakah tidak pegal berdiri terus seperti itu?”

“Silahkan lanjutkan saja makan mu Nona, dan terima kasih atas perhatiannya.” Shut up. Tambah Gavin bermanuver kearah Alexa.

Alexa mengerutkan Alis tidak mengerti lalu kembali melirik Jeff yang masih tenang dengan steaknya. Gadis itu mengangkat bahunya acuh kemudian kembali melanjutkan makannya, namun entah mengapa matanya selalu berkhianat seolah memandangi Jeff adalah sesuatu yang menarik. Shit!

“Kau juga ingin memakan ku?” tanya Jeff tenang saat matanya bersibrok dengan mata biru Alexa.

“Apa?”

“Karena sedari tadi kau melihatku seolah ingin memakan ku.” Jeff mejelaskan, nada bicaranya terdengar biasa, tidak mengintimidas. Berbeda dengan saat pria itu berbicara pada Alexa untuk pertama kali. “Mungkin kau bisa memakan ku nanti, sekarang kau hanya perlu betemu dengan Luxas dan belajar.” Sambung pria itu.

Sedangkan Alexa hanya memandang Jeff tak percaya, seolah kata-kata yang barusan keluar dari mulut bossy itu adalah sebuah mantra yang bisa membuat Alexa menurut dalam satu perintah. Tanpa sadar kepala Alexa mengangguk –menyanggupi.

“Gavin bawa dia menemui Luxas.” Perintah Jeff kepada Gavin, lalu pria itu bangkit dan berjalan menjauh tanpa menoleh kembali.

Selepas Jeff pergi para pelayan berbicara riuh sambil melirik Alexa dengan tatapan yang berbeda, memuji? Mencela? Alexa tak yakin. Lalu gadis itu kembali menatap Gavin, meminta penjelasan.

“Aku kira akan ada pertumpahan darah disini.” Ujar Gavin lega sembari memerosotkan bahunya rileks.

“Apakah ada yang salah dengan wajah ku? Atau cara makan ku? Mengapa para pelayan disini memandangiku sepeti itu Gav?”

“Aku akan mejelaskannya nanti, lebih baik sekarang kau beranjak menemui Lukas, pria tua itu sudah menunggu.” Gavin menuntun Alexa menuju lantai dua, tepat di ruang kerja Jeff dimana Lukas sudah menunggu dirinya.

“Sekarang jelaskan.” Todong Alexa saat saat keduanya tengah berjalan bersisian menuju lantai dua.

“Tak ada yang pernah mengajak Tuan besar berbicara saat makan.” Gavin mulai menjelaskan saat langkahnya menaiki undakan pertama tangga kayu berukir mahal mengkilap itu.

“Apa? Mengapa?”

“Karena Tuan besar selalu makan sendiri.” Ucap Gavin sedih. “Di rumah sebesar ini, Tuan besar tinggal sendiri jika tanpa aku dan semua pelayannya.”

“Lalu keluarganya?” Alexa semakin penasaran.

Gavin mendesah berat, “Nanti akan ku beri tahu, sekarang lebih baik kau masuk saja ke dalam.” Tunjuk pria itu pada pintu besar yang menjulang. Ruang kerja Jeff.

Alexa mengangguk, lalu menarik nafas panjang sebelum memasuki ruangan itu dengan fikiran yang bercabang.

... or Obsession???Where stories live. Discover now