Bayi menangis? Bapukung saja!

Start from the beginning
                                    

Bapukung merupakan sebutan akrab masyarakat setempat ketika melihat bayi atau anak kecil yang sedang tidur dengan cara duduk dan diikat menggunakan kain panjang. Tradisi ini sudah turun-temurun dilestarikan sampai saat ini, yang dibawa oleh orang-orang Banjar yang berasal dari Kalimantan Selatan.Ketika para orangtua dulu berimigrasi ke daerah Riau pada tahun 1980, tepatnya di parit Kalimantan. Sejak saat pertama ada, Bapukung dianggap sebagai suatu tradisi bagi masyarakat Suku Banjar di Desa Penjuru yang mesti dipertahankan dan dilestarikan.

Tradisi Bapukung pada dasarnya sudah tidak banyak lagi dipakai oleh masyarakat Suku Banjar didaerah Kateman.Namun di Desa Penjuru tradisi ini masih tetap dilestarikan, dijaga dan dipertahankan oleh masyarakat setempat.Adapun alasan masyarakat Suku Banjar Desa Penjuru masih mempertahankan tradisi Bapukung ini yaitu sebagai identitas budaya lokal, tanda penghormatan terhadap leluhur atau penghormatan kepada nenek moyang karena sudah menjadi tradisi yang turun-temurun sampai saat ini, serta memiliki berbagai macam fungsi.

Masyarakat Suku Banjar begitu antusias menjaga tradisi ini agar tetap dilestarikan hingga kegenerasi selanjutnya.Oleh karena itu mereka masih mempertahankannya. Mereka menganggap Bapukung adalah warisan nenek moyang yang selalu membawa faedah atau kebaikan dan keselamatan terhadap bayi atau anak kecil yang kelak akan tumbuh dewasa. Apabila tidak melaksanakan tradisi Bapukung, mereka menyadari bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadap bayi atau anak-anak mereka, untuk menghindari musibah tersebut maka mereka melaksanakan tradisi ini meskipun hanya sekali dalam seumur hidup. Selain itu tradisi ini juga menjadi sebuah penghormatan terhadap para leluhur/nenek moyang mereka yang telah menuntun mereka melalui tradisi Bapukung.

tradisi Bapukung memang harus dilaksanakan oleh masyarakat Suku Banjar jika tidak nantinya akan mendapat musibah atau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadap anak atau bayi mereka jadi tradisi ini mesti dilakukan karena didalam tradisi ini terdapat banyak faedah atau manfaat terhadap orangtua atau anak-anak mereka. Dalam perkembangan zaman seperti sekarang ini, masyarakat mengharapkan suatu kebaikan akan tradisi ini sehingga tetap terjaga dan dipertahankan sampai saat ini.

Sebelum melakukan ayun Bapukung, peralatan yang perlu dipersiapkan diantaranya:

1) Tali Kapal

Tali kapal yang dimaksud adalah tali kapal yang berukuran kecil seperti gambar diatas yang sangat kuat dan kokoh untuk digunakan sebagai alat menggantungkan ayunan yang akan digunakan untuk Bapukung. Adapun posisi tali diikat ke tiang atap rumah seperti di gambar dan pada bagian ujung tali dibelit dan diikat berlobang agar dapat mengaitkan ayunan yang akan digunakan.

2) Per Ayunan

Per ayunan seperti gambar diatas merupakan alat pengenjot saat bayi dipukung yang terbuat dari besi berbentuk bulat melingkar. Adapun per yang digunakan banyak macamnya, ada satu hingga enam per. Penggunaannya sendiri sesuai dengan keinginan para pemakainya, namun dalam proses Bapukung biasanya pengguna lebih memilih menggunakan satu per saja karena lebih mudah dan simpel.

3) Besi Gantungan Ayunan

Besi ini digunakan untuk menggantung kain yang akan digunakan untuk ayun Bapukung. Namun besi gantungan ayunan ini boleh digunakan boleh juga tidak sesuai keinginan pemakainya. Gantungan ayunan boleh digunakan dan boleh saja tidak digunakan sesuai dengan keinginan pemakainya yang pada intinya gantungan ayunan merupakan bagian dari alat yang digunakan untuk Bapukung.

4) Kain Sarung

Gambar diatas adalah kain sarung yang digunakan untuk Bapukung. Adapun selain kain sarung boleh saja menggunakan kain yang lain yang penting bantuk dan ukurannya sama seperti contoh kain sarung diatas, namun pada umumnya masyarakat menggunakan kain sarung ketika mamukung anak atau bayi mereka.

5) Kain Panjang

Kain panjang atau biasa disebut tapih bahalay oleh masyarakat Suku Banjar yang bermotif batik ini digunakan untuk mengikat bagian leher anak atau bayi hingga menutupi bagian belakang dan pinggang sang anak yang akan dipukung dengan panjang kain sekitar 1,8 meter.

Cara Mamukung Bayi atau Anak Kecil

Adapun langkah-langkah dalam mamukung bayi atau anak kecil sebagai berikut:

1) Langkah pertama masukkan sang anak kedalam ayunan yang telah disediakan, kemudian letakkan anak dalam posisi berbaring seperti contoh pada gambar dibawah ini.

2) Setelah bayi atau anak sudah berbaring kemudian posisikan ia dalam keadaan duduk tegap dengan cara menahan bagian belakang anak dengan menggunakan tangan dan paha seraya memegang erat kain sarung yang digunakan untuk Bapukung agar posisi anak tetap tegap dan tidak terjatuh, lalu posisikan tangan sang anak menyentuh perut atau dada, sedangkan posisi kaki ditekuk hampir menyentuh dada agar ia tetap rileks dan nyaman. Langkah selanjutnya yaitu mengikat bayi atau anak menggunakan kain panjang dengan cara memilin kain tersebut mulai dari bagian leher hingga kebagian pinggang sang anak dengan ikatan yang tidak terlalu kencang, tidak pula terlalu kendor. Hal ini bertujuan agar anak tidak jatuh saat dipukung.

Setelah selesai semua proses Bapukung, terakhir bayi atau anak tersebut kemudian diayun atau dibuai dengan lembut dan penuh kasih sayang oleh orangtua anak seraya melantunkan nyanyian atau lagu-lagu bernuansa islami.

Selain lagu-lagu bernuansa islami Bapukung juga mempunyai nyanyian atau lagunya sendiri seperti pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Hasnah sebagai pelaku tradisi sebagai berikut:

"Inya Bapukung tu ada nyanyiannya surang, ni lagunya:

Yun ayun... Anakku ayun... Kuayunakan... Dalam pukungan... Laa ilaah...haillallah... Nabi Muhammad...

Tasuruh... Allah... Guring-guring... Anakku guring... Kuguringakan... Dalam ayunan... Anakku pintar...

Anak bauntung... Anak batuah... Anakku guring... Laa ilaah...haillallah... Nabi Muhammad... Tasuruh... Allah... Ngini pang lagunya kaina diulang ulang tarus sampai anak tu guring".

Sumber:

Azmi, Khairul, "TRADISI BAPUKUNG PADA MASYARAKAT SUKU BANJAR DI DESA PENJURU KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, RIAU", Skripsi Sarjana Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Sultan Thaha Saifuddin, Jambi: 2019.

Web:

http://repository.uinjambi.ac.id/2808/1/AS.150493_KHAIRUL%20AZMI_SEJARAH%20PERADABAN%20ISLAM%20-%20win%20aramico.pdf

F.Y.I. (Fakta yang Informatif)Where stories live. Discover now