affogato

321 24 1
                                    

Lee (Huang) Renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee (Huang) Renjun

&

Lee Jeno

Lee Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Ft. Lee(Zhong)  Chenle

 Lee(Zhong)  Chenle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Short.. 500+ words










2020
.
.
.
Lonceng itu berbunyi saat pintu didorong dari luar. Aroma ruangan itu sangat khas dan membuat tenang, aroma kopi yang di giling dalam mesin menjadi pewangi alami di dalam kedai itu. Dengan langkah yang santai dan ringan, ia berjalan untuk memesan affogato dan berjalan mencari tempat duduk yang menurutnya nyaman.

Tempat di sudut ruang dengan beberapa tanaman sebagai hiasan, membuat dirinya semakin nyaman dan damai berada di tempat itu. Membuka mantel hitamnya dan disimpan disebelah kursi yang kosong.

Menikmati alunan musik jazz di tengah dinginnya musim dingin yang membuat nya untuk masuk kedalam kedai itu. Seorang pelayan memberikan memberikan pesanan milik pemuda itu sambil berkerut bingung. Ini musim dingin, dan dia memesan affogato untuk menemaninya di tengah badai salju.

Renjun menyesap sedikit affogato milik nya. Rasa ice krim vanilla yang lembut di satu padukan dengan kopi espresso membuat rasa yang membingungkan tetapi selalu berbekas di ingatan.

Renjun selalu suka meminum affogato saat musim dingin tiba. Gelato itu seperti dirinya, lembut tetapi begitu dingin. Sementara espresso itu seperti seseorang yang sedang ia tunggu. Selalu hangat dan dapat meluluhkan si gelato.

Pipinya bersemu merah, senyum nya mengembang dibibir manisnya itu. Tangannya mengetuk-ngetuk pinggiran gelas affogato. Pengunjung kedai itu pun menatap dirinya yang sedang tersenyum sangat manis sambil menatap kedalam affogato.

Merasakan dirinya sedang ditatap oleh pengunjung kedai Renjun langsung menunduk malu lalu berpura-pura memainkan ponselnya. Mungkin tadi dia disangka orang gila karena tersenyum tanpa alasan.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, hujan salju pun sudah berhenti. Tetapi orang di tunggunya belum menunjukkan batang hidungnya sedikit pun.

Es krim nya sudah meleleh dan bercampur dengan espresso. Menghela napasnya berat, lalu melirik kearah jam tangan yang ia pakai. Sudah setengah jam dia menunggu, semoga tidak terjadi apa-apa pada orang yang akan menemuinya itu.

Lonceng pintu itu berbunyi, dan menampilkan sosok yang dia tunggu sedang mengandeng tangan seseorang. Berjalan menghampiri seungmin yang masih terduduk sambil tersenyum.

"Maaf membuat mu menunggu lama" ujar Jeno sambil duduk di kursi di depan Renjun, sementara orang tadi duduk di sebelah Jeno

"Ga masalah, terjebak salju lagi? "Tanya Renjun, senyum nya pun tidak pernah luntur dari bibir manisnya.

"Iya, kayak biasa",Jeno melirik kearah gelas milik Renjun

"Affogato lagi? "Tanya Jeno, Renjun melirik lalu mengangguk

"Nanti kamu demam loh"

"Ga bakal, dari dulu kan udah biasa ga demam tuh"

Keduanya tertawa, yang satu tertawa karena kehebatan dirinya yang tidak pernah demam walau meminum affogato saat musim dingin, satunya lagi tertawa gemas karena melihat malaikat yang tertawa dengan Indah di depan nya.

"Paaaa"

Keduanya mengehentikan acara tawa mereka lalu memfokuskan pada seorang anak kecil berusia 5 tahun di sebelah Jeno

"Kenapa? Lele mau apa? "Tanya seungmin pada anak pertama nya itu.

Ya, tadi chan datang terlambat karena harus menjemput Chenle di sekolah nya belum lagi terjebak oleh salju di jalan dan harus menunggu lama untuk di bersihkan.

" eth kim" ujar Chenle yang belum jelas melafalkan huruf S dan R

"No lele, nanti kamu demam makan sup aja ya? "Tawar Renjun

Chenle menatap kearah ayahnya meminta agar keinginan nya dituruti.

"Papa kamu bener le, beli sup aja ya. Sup jagung kesukaan Chenle, oke!? ",Chenle mengangguk semangat, dan Jeno berdiri dari duduknya untuk memesan makanan.

Dengan langkah kecilnya Chenle turun dari kursi dan berpindah pada kursi di sebelah Renjun, memeluk papa nya itu untuk mencari kehangatan disana.

"Lele tadi belajar apa aja di sekolah? "Tanya Renjun sambil memeluk Chenle dan mengusap kepala nya.

"Lele belajal bahasa mandalin, tapi lele maleth thoalnya tellalu mudah. Tadi ada mulid balu di thekolah, dia nempelin lele teruth mukanya kayak tikuth lagi"

Renjun mengerut bingung. Muka seperti tikus? Apa teman baru Chenle seorang hybrid yang sering ia baca di dalam novel?

Sementara Jeno, sedang berdiri tidak jauh dari Renjun dan Chenle memerhatikan tingkah keduanya yang sangat menggemaskan. Jeno merasa menjadi orang yang sangat beruntung mempunyai suami seperti Renjun dan anak seperti Chenle. Mungkin setelah ini Jeno akan memberikan Chenle hadiah seorang adik nanti.

Hanya beberapa orang yang tau tentang cerita mereka. Si lembut, manis tetapi dingin Renjun yang selalu menolak dan mengabaikan keberadaan Jeno. Dan Jeno juga yang akhirnya dapat meluluhkan pertahanan si manis. Dan cerita mereka juga di awali dengan secangkir affogato di musim dingin pada tahun 2010.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sequel?

Stupid Love: NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang