Kevin kecil lari dari kota, rasanya sesak dan ia tidak dapat bernapas disana.  Berlari melewati tatapan kebencian dari orang-orang, Kevin kecil berlari tanpa arah. Tanpa sadar ia berhenti di tengah hutan yang ia tidak pernah kunjungi sebelumnya.

"Seekor kelinci?" tanya Kevin kecil ketika melihat kelinci putih yang tiba-tiba menghampirinya.

"Ah, jadi merah lagi!" keluhnya sembari menutup kedua matanya.

"Aku terpisah dari keluargaku."

"Jadi begitu, kamu terpisah dari keluargamu, kan?" tanya Kevin pada kelinci putih tadi sembari membawanya untuk digendong.

"Aku...mungkin saja sepertimu."

"Apa maksudmu manusia? Kau harus kembali pada keluargamu!"

Tanpa menghiraukan isi pikiran sang kelinci Kevin kecil membawanya berkeliling mencari keluarga kelinci tersebut.

"Mataku juga merah sepertimu," gumam Kevin kecil sembari tersenyum.

 Tak lama ia mendengar suara dari semak-semak dan mendapati gerombolan kelinci menghampirinya.

"Pasti mereka keluargamu, ya?" tanya Kevin pada kelinci putih tadi.

"Iya! Terimakasih manusia."

"Sama-sama, jangan berkeliaran sendiri lagi ya," balas Kevin sembari menurunkan kelinci itu. Lalu gerombolan kelinci itu pamit dan pergi dari hadapan Kevin kecil. 

'Siapapun, kumohon kemari....'

"Barusan, suara siapa?" 

'Aku selalu sendiri.'

'Aku kesepian, rasanya sepi hidup sendiri.'

'Siapapun...'

Kevin melihat ke sekelilingnya dan matanya terkunci pada sebuah menara. Menara yang terlihat mirip dengan yang ada di buku dongeng, menara yang tidak begitu tinggi namun di sekitarnya ditumbuhi oleh tumbuhan rambat seperti sudah berdiri disana sejak lama.

Kevin berlari ke arah menara itu.


★・・・・・・★・・・・・・★・・・・・・★


Seorang bocah laki-laki yang terlihat sebaya dengannya sedang duduk di atas pagar balkon. Rambutnya hitam, kulitnya putih seputih susu, dan ia terlihat seperti pangeran yang berasal dari buku dongeng.

Tanpa sadar Kevin kecil terus menatapnya dari bawah sana. Merasa diperhatikan, anak laki-laki itu berbalik dan mendapati Kevin yang sedang memperhatikannya, ia terlihat terkejut setengah mati. Bahkan tubuhnya sampai terjatuh ke balkon itu.

"Kamu gak apa?!" tanya Kevin dari bawah sana. 

"Me-menjauh sana! Jangan mendekat ke sini!"

"Eh?"

"Kalau kamu lihat mataku, kamu bisa berubah jadi batu!"

"Jadi batu?"

"I-itulah sebabnya aku harus hidup sendiri! Pergi sana!"

"Kamu..."

'Tolong aku...'

"Yang memanggilku, kamu kan?" 

Kevin berlari lagi, kini ia memberanikan diri untuk berlari masuk ke dalam menara itu. Menaiki setiap tangga untuk menghampirinya. Kevin terengah dan ia menatap Kevin yang dengan beraninya menghampiri, mereka saling bertukar pandang.

"Jangan lihat!" pekiknya sembari menutup kedua matanya.

"Tidak apa! Aku juga sama sepertimu. Aku selalu takut pada orang yang belum pernah kutemui," jelas Kevin lembut.

"Makanya, kamu gausah takut! Em, ayo berteman," ajak Kevin canggung. Tak adanya respon dari lawan bicaranya membuat Kevin tambah merasa canggung.

"A-ah! Ini." Kevin menawarkan sesuatu yang ia bawa.

"Itu apa?" tanyanya dengan polos, Kevin tersenyum ketika ia akhirnya mendapat balasan.

"Ini mp3, ayo dengarkan bersama."


★・・・・・・★・・・・・・★・・・・・・★


Kevin yang menyaksikan adegan di depannya tersenyum, sepertinya bertemu dengannya membuat Kevin menjadi lebih berani. Bertemu dengan orang yang sama dengannya membuat Kevin ingin terus melindunginya. Dia yang dimaksud adalah Hyunjoon. Si anak laki-laki yang menghabiskan hidupnya sendiri di menara tersebut.

"Kak Kevin!" panggil Hyunjoon.

"Eung?" Kevin mendapatkan kesadarannya kembali dan bangun dari tidurnya.

"Udah pagi, aku udah buat sarapan. Yang lain udah nungguin tuh! Nanti mereka kelaparan loh."


★・・・・・・★・・・・・・★・・・・・・★


"Sarapan buatan Hyunjoon memang yang terbaik!" puji Juyeon sembari terus melahap makanan yang ada di atas meja. Hyunjae menatap Juyeon dengan penuh intimidasi.

"Benarkah? Dulu sewaktu aku masih tinggal sendiri, aku belajar masak. Aku pikir tidak akan seenak itu, memangnya enak?"

"Iya," jawab Hyunjae singkat dengan sebuah senyuman terbit di wajahnya. Hyunjoon terlihat sangat antusias.

"Semalam kamu kemana?" tanya Kevin yang kini menatap Juyeon.

"Huh? Kak Juyeon semalam pergi?" tanya Hyunjoon polos.

"Kamu bahkan gak bilang apapun padaku," timpal Hyunjae.

"Hehe. Hanya mencari angin saja," jawab Juyeon dengan seringaian.


END ?


Notes.

Sejauh ini bisa tebak kekuatan apa yang dipunya Hyunjae, Kevin, Hyunjoon?

Daze of Rainbow | The BoyzWhere stories live. Discover now