Chapter 51

4.1K 664 59
                                    

Perjalanan itu memakan waktu tiga bulan, tetapi Putri Larissa sama sekali tidak lelah.

Setelah sekian lama, ia akhirnya bisa melihat Duke Cernoir lagi.

'Aku ingin tahu apa yang dia lakukan sekarang...'

Putri Larissa tidak bisa melupakan ekspresi sang duke di medan perang.

Ketika ia menatap mata sang duke, itu seperti tidak ada kehidupan. Tidak ada apa pun selain matanya yang gelap, penuh kesedihan, dan rasa sakit yang tak ada habisnya. Ia percaya bahwa duke tidak mengenal kehangatan dan tidak pernah berbagi cinta. Itulah mengapa ia memberi tahu kaisar bahwa ia harus pergi ke Kadipaten Cernoir.

Ketika Putri Larissa melihat Duke Cernoir untuk pertama kalinya, ia mengira pertemuan mereka adalah takdir.

Ini adalah pertama kalinya ia merasa seperti itu. Ia tidak dapat menyangkal fakta bahwa ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama.

Karenanya, Larissa ingin lebih dekat dengan Duke Cernoir.

Memang benar bahwa pada awalnya, Larissa membutuhkan bantuan duke untuk alasan politik juga, tetapi sekarang itu karena ia ingin memperbaiki patah hati pria itu.

Namun sayangnya, duke lebih dingin dari rumornya.

'Kali ini...'

Ketika mereka bertemu lagi, ia berharap mereka bisa menjadi lebih dekat dari sebelumnya.

Karena itu, Putri Larissa berpegang teguh pada harapannya, menyerahkan segalanya di tangan takdir dan nasib.

Ia merasa lebih hidup dari sebelumnya.

* * *

Banyak hal telah terjadi di kadipaten sebelum Putri Larissa tiba di mansion.

Pertama-tama, para pengikut yang tidak berpartisipasi dalam perang pergi ke Hutan Kematian.

Mereka merasa tidak adil, tetapi tidak ada jalan keluar lain.

Karena itu, mereka memutuskan untuk mengertakkan gigi dan merencanakan masa depan yang lebih baik.

Di sisi lain, Baron Vendos dan Baron Bernard menyerahkan pekerjaan rumah mereka kepada Caville.

Selama sebulan terakhir, kedua baron itu tinggal di rumah sang duke untuk menulis laporan mereka. Caville mengizinkan mereka untuk tinggal dengan syarat bahwa mereka tidak akan datang di hadapan sang duchess.

Karena itu, kedua baron harus bersembunyi setiap kali mereka melihat Elody.

"Menurut kalian, apakah dia tidak memenuhi syarat untuk menjadi duchess?"

"Tidak. Yang Mulia."

"Tidak mungkin, Yang Mulia!"

Kedua baron berkata saat mereka menatap duke dengan ekspresi putus asa di wajah mereka.

Caville melihat laporan itu dengan ekspresi puas. Laporan itu penuh rasa terima kasih kepada sang duchess.

"Yang Mulia, jika anda bisa menunda keberangkatan kami..."

"Betul sekali. Saya baru saja kembali...Saya ingin bersama keluarga saya lebih lama."

"Silahkan..."

Caville menatap kedua baron yang berlutut.

Caville teringat kata-kata istrinya, yang mengatakan bahwa ia harus menunjukkan belas kasihan dan memberikan kesempatan lagi kepada mereka yang dengan tulus menyadari kesalahannya.

Ketika para baron mengatakan bahwa mereka ingin bersama keluarga mereka, Caville sedikit tersentuh.

Caville tahu betapa menyakitkan berpisah dari orang yang dicintainya.

I'm Ready for Divorce!Where stories live. Discover now