Dia Daisy 3

9 2 2
                                    

Gravitasi tidak berguna untuk orang-orang yang jatuh cinta.

_________________

Daisy membuka perlahan pintu kelas XI IPS II

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Daisy membuka perlahan pintu kelas XI IPS II. Kelasnya sendiri. Tapi sebelum itu, ia berterima kasih pada Aster yang dengan baik mengantarnya sampai kelas.

Sepertinya, Daisy sudah jatuh hati pada pria itu. Sebab sudah dua minggu ini tubuhnya selalu bereaksi saat mendapat perlakuan manis dari kekasihnya.

"Selamat pagi." Daisy menyapa kelas seperti biasa, tapi kini tak ada yang menyahut. Semuanya sibuk menonton drama apalagi yang akan dipertontonkan Banu dan Geo.

Daisy duduk di bangkunya, lalu ikut menyimak kelakuan dua raja drama yang sekarang sedang berdiri di atas meja guru.

Geo men-cosplay jas hujan milik Haura---teman sebangku Daisy---menjadi jas yang sering dipakai papanya ke kantor. Sedang Banu, menyampirkan taplak meja ke atas kepalanya sebagai kerudung.

"Mas Somad, tolong jelaskan, ke mana kamu dengan bencong tadi." Banu mulai menirukan video tiktok 'istri yang tersakiti' di ponselnya tadi sore bersama Geo.

"Dia rekan kerja aku," balas Geo dengan muka acuh, sambil melirik tali rafia yang ia jadikan sebagai jam barunya.

"Kerja? Ngapain ke semak-semak? Nyari kodok?" Banu mulai nyolot.

"Jaga mulut kamu Supinah! nyari kodok ...," seru Geo dengan mata melotot tak terima. "nyari jangkrik dong!"

"Kamu tega selingkuh di belakang aku, Mas." Banu mulai terisak.

"Diam kamu Supinah! Mau kurebonding bibirmu?!" Tangan Geo terangkat untuk menampol bibir Banu, namun Banu dengan gesit mengelak.

"Eh ... nggak kena, wleee." Banu menetralkan mimik wajahnya kembali sedih. "Tega kamu Mas, sama aku, kamu perlakukan aku seperti ini." Banu mulai nangis kejer di sana.

Sedang, seisi kelas tertawa ngakak sampai ada yang dibarengi ledakan maha dahsyat dengan bau menyengat, entah ulah siapa. Beruntung tawa sekelas yang keras dan pewangi yang menggantung di dua kipas di kelas ini mampu meredam.

Yura yang sedang mengecat rambutnya di kelas hanya mengernyit bingung. Baginya tak ada yang lucu, humor mereka saja yang terlalu rendah.

"Geo! Banu!" sentakan itu membuat tawa seisi kelas tenggelam, juga menghentikan kegiatan Yura. Dengan cepat Yura merapikan alat untuk kegiatannya tadi, dan menyembunyikannya di kolong meja.

Guru perawakan kurus dengan kepala kinclong, sekinclong muka Yura yang rutin diolesi skincare, tengah membawa penggaris anak TK. Tak cocok sekali.

"Bapak ngapain? Mau nyawer kita? Sini Pak, monggo," ucap Banu yang masih berdiri bersama saudaranya, Geo, di atas meja guru.

Pak Hina melotot. "Kamu–"

Dia DaisyWhere stories live. Discover now