Maret 2019
Aku mendengar beritanya dari Kavin, kalau katanya Haidan masuk departemen kominfo divisi media informasi.
Departemen dan divisi yang sama seperti aku dulu ketika masih menjabat.
Tapi, dilihat dari segi manapun Haidan memang cocok menjadi pengurus departemen tersebut. Dia sigap, tanggap, dan aktif dalam urusan mencari informasi. Tidak heran Kavin, adik tingkatku yang kebetulan menjadi kadep pada periode tahun ini menerima Haidan sebagai anggotanya.
Dalam hitungan bulan saja, Haidan sudah menguasai jagat jurusan kami. Namanya semakin sering disebut-sebut karena pribadinya yang memang menyenangkan.
Tahu kan, istilah kalau cowok ganteng bakal kalah dengan cowok humoris? Mungkin yang dimaksud itu, ya cowok macam Haidan.
Bisa-bisanya anak semester 2 bau kencur yang baru kemarin SMA, menarik perhatian orang-orang semudah itu. Entah karisma apa yang dia miliki sampai membuat orang semudah itu menyukainya.
Teman-teman seangkatanku saja seringkali membicarakan Haidan, dan mengutarakan keinginan mereka untuk memacari cowok sok akrab itu.
"Haidan kok nggak pacaran, ya?" Tasya bertanya-tanya sambil wajahnya mengawang agak kecewa, "Padahal banyak yang suka dia, tapi kok bisa-bisanya dia cuek begitu. Kayaknya semua orang di mata dia derajatnya sama aja."
"Sumpah!" Raina berseru setuju, "Paling tuh ya, dia berduaan mulu sama si Michelle. Ke mana-mana pasti aja barengan. Diejekin pacaran, katanya nggak. Denger-denger sih, mereka saling suka tapi denial gitu soalnya beda."
"Beda apa?"
"Beda rumah ibadah!"
Satu rumor ke rumor lainnya terus beredar tentang Haidan. Aku tidak tahu harus percaya yang mana, tapi apa yang aku lihat dari luar tentang Haidan selama ini, memang seperti apa yang dibicarakan orang-orang.
Dia memperlakukan semua orang dengan cara yang sama. Cara dia mengajak ngobrolku tempo hari ketika mumas pun, ternyata tidak istimewa sama sekali. Teman-temanku yang lain rupanya juga sering tiba-tiba diajak ngobrol random oleh Haidan, dan itu adalah hal biasa.
Haidan memang seperti itu.
Kecuali pada Michelle. Teman sekelasnya yang selalu menghabiskan waktu bersama.
Bahkan, ketika aku waktu itu tidak sengaja melewati ruang siaran, Michelle kelihatan tengah menunggu Haidan di luar sambil memainkan ponselnya.
Hari demi hari terlewati, dan rumor lain tentang Haidan kembali masuk ke telingaku.
"Katanya, Haidan nggak pacaran karena dia males pacaran sama cewek yang suka sama dia."
"Lah?"
"Iya! Dia cuman mau pacaran sama cewek yang dia suka, bukan cewek yang suka sama dia."
"Gimana sih, aneh."
Iya, aneh.
Kalau begitu, nasib cewek-cewek yang naksir dia sudah pasti tidak beruntung. Karena cewek-cewek itu pasti tidak akan disukai balik oleh Haidan.
Termasuk aku, si cewek bernasib tidak beruntung itu.
.
.
.
2020 © a short story by. neomuhane
Satu Hari di Bulan Juni
***
Haidan Janardana
Ilmu Komunikasi 2018
Gistara Mayeesha Rengganis
Ilmu Komunikasi 2016
***
Satu hari, satu chapter. Sampai ketemu lagi besok :)
Bandung, 16 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Hari di Bulan Juni
Short Story(COMPLETED) "Kemarin ngapain nebeng Bang Eja bukannya bareng aku?" Ada satu hari di mana aku tidak ingin bertemu lagi dengan bulan Juni. Namun, ada hari lainnya di mana bulan Juni rupanya tidak lagi seburuk tahun lalu. - 2020 © a short story by. ne...
Januari-Maret, 2019
Mulai dari awal