"Epinefrin 1 mg!" perintahnya. Perawat yang membantunya dengan sigap menuruti instruksi tersebut sementara perawat lain menggantikan posisinya untuk memberikan siklus kedua resusitasi.

"Siapkan alat intubasi!" perintahnya pada perawat lain yang berdiri paling dekat dengan troli medikasi. Perawat itu mengangguk dan menyediakan alat-alat yang dimintanya.

"Siklus kedua selesai!" seru perawat yang tadi menggantikannya melakukan resusitasi. Wulan kembali membaca monitor. Garis lurus masih mengisi layar tersebut.

"Lanjutkan siklus ketiga!" serunya seraya mempersiapkan diri untuk memasang selang bantuan napas pada pasiennya. Dengan ujung matanya ia menatap perawat yang tampak menjelaskan apa yang saat ini tengah terjadi pada keluarga pasien. Begitu keluarga dan sang perawat mengangguk menyatakan bahwa keluarga pasien telah setuju dengan tindakan yang akan dilakukannya, Wulan langsung mengambil posisi untuk melakukan tindakan intubasi.

Wulan memberikan sinyal pada perawat yang melakukan resusitasi. Perawat itu menghentikan tindakannya dan Wulan dengan sigap memasukkan selang yang telah disiapkannya ke dalam saluran napas pria tersebut sebelum menyambungnya dengan kantung bantuan napas yang dihubungkan ke selang oksigen. Ia mengangguk kembali pada perawat yang menolongnya dan resusitasi kembali dilanjutkan.

Wulan menatap jam di dinding. Sepuluh menit pertama telah berlalu. Ia dapat memonitor layar dan memastikan denyut nadi pasiennya kembali. Tidak ada perubahan. Wulan melancarkan kembali instruksi-instruksi lanjutannya, namun pasien tidak mengalami perubahan.

Tiga puluh menit berlalu. Wulan memeriksa mata pasiennya dengan senter. Tidak ada perubahan pada pupil pasiennya di bawah rangsang cahaya. Wulan tahu bahwa pasiennya telah tiada. Ia menginstruksikan perawatnya untuk mengambil rekam jantung terakhir, sebelum berjalan menghampiri keluarga pasiennya. Hasil rekam jantung yang tercetak tetap menampilkan garis-garis datar.

"Kami sudah melakukan tindakan semaksimal kami, tapi Pak Santoso sudah berpulang," ucapnya datar sebelum kembali menatap jam yang terdapat di dinding. "Waktu kematian, pukul dua lewat lima menit."

Tangisan keluarga pasien seketika memenuhi ruangan tersebut. Wulan menundukkan kepala sekilas memberikan penghormatan terakhir pada mendiang pasien dan keluarganya sebelum berjalan keluar dari kamar pasien menuju meja perawat. Mendokumentasi kronologis tindakan yang telah dilakukannya dan membuatkan surat kematian untuk almarhum pasiennya.

Wulan menarik napas panjang. Memberitahukan kepergian seseorang pada keluarganya bukanlah sesuatu yang mudah. Berapa kali pun ia melakukannya.

Ia mengeluarkan ponselnya dari saku dan membuka aplikasi berlambang asterik di layar piranti itu. Ia mengarahkannya pada dinding kosong di sebelahnya. Senyuman lembut pria berkacamata menyambutnya di balik layar tersebut. Somawari. Atma yang menjadi pendampingnya dalam saat-saat kelam seperti saat ini.

Ia dapat merasakan tangan dingin Somawari di atas bahunya. Ia tahu atma tersebut berusaha menghiburnya. Wulan hanya dapat membalas usaha atma tersebut dengan senyuman berat. Ia kemudian mengarahkan kamera ponselnya ke arah kamar mendiang pasiennya. Sesuai dugaannya, atma dari mendiang pasiennya tampak berdiri di dekat pintu kamar tersebut dan membungkuk dalam. Ucapan terima kasih seorang atma.

Wulan melirik sekilas pada Somawari. Atma tersebut mengangguk dan melayang perlahan ke arah atma yang berdiri di depan pintu. Wulan dapat mendengar suara dalam Somawari menggema di kepalanya.

"Tugasmu sudah selesai. Kau bisa pergi mengikuti tuanmu, atau ..." Somawari perlahan mengulurkan tangannya ke arah atma tersebut. "Kau dapat bergabung dengan kami."

Wulan tersenyum. Ia mengarahkan kamera ponselnya ke belakang tubuhnya dan menatap senyuman atma-atma lain yang mengikat kontrak dengannya, menyalurkan kekuatan pada tubuhnya yang terasa letih. Dalam sekejap ia dapat merasakan energi tubuhnya terisi kembali. Saatnya kembali bekerja.

"Berkat Soma tidak terkira. Bahkan jauh setelah kepergiannya, berkatnya tetap menyertai..."

-Fin-

Keterangan:

Resusitasi = tindakan untuk mengembalikan kesadaran/kerja jantung dan paru seseorang.

Intubasi = tindakan memasukkan selang ke dalam saluran napas seseorang.

Brankar = unsungan untuk mengangkat orang sakit/ranjang rumah sakit.

Epinefrin = obat berisi adrenalin untuk merangsang/mempercepat denyut jantung seseorang

Epinefrin = obat berisi adrenalin untuk merangsang/mempercepat denyut jantung seseorang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Somawari

Code Atma - A Fanfiction Compilation by Irene FayeWhere stories live. Discover now