21 Questions

2.1K 384 53
                                    

The 21 Questions Game is basically a way of getting to know someone better. At its core the game is just asking and answering questions.

"Helena! Bangun!"

Aku membuka mataku. Menyadari bahwa semua yang terjadi hanyalah mimpi.

Or is it?

"Apa.. kau.. oke?" Tanya Five tergagap-gagap.

Tapi aku hanya diam.

Kejadian itu terulang lagi di dalam mimpiku. Malam dimana Ibu meninggalkanku di panti asuhan.

Janji itu.. belum kau tepati, Bu.

Kapan kau akan kembali?

Sampai kapan aku harus menunggu?

Aku berjalan keluar kamar, meninggalkan Five dalam kebingungan.

Sesampainya di dapur, aku segera mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih.

Five bertelportasi ke sampingku.

"Dengar. Sebenarnya aku tidak peduli denganmu. Tapi kalau kau terus mengalami mimpi buruk dan berteriak seperti tadi, aku mungkin akan terganggu. Jadi-"

"Sejak kapan kau jadi banyak omong seperti ini?" Tanyaku, dengan wajah kesal.

"Aku mencoba untuk hidup tenang disini, Nona. Jadi jika kau-"

"I don't give a damn about you!" Teriakku.

"Aku minta maaf, tapi aku benar-benar tidak peduli jika kau berpikir kalau aku adalah gadis tidak tau diri karena tidak mau membalas budi. Tapi kau benar-benar menyebalkan!"

"Sepertimu, aku juga ingin hidup tenang disini. And if you kept acting like a dick, i don't think any of us can achieve that!"

"Jadi tolong.. Bisakah kau jadi sedikit lebih baik kepadaku?"

Five menatapku tidak percaya.

Aku membanting gelas plastik milikku, kemudian meninggalkannya.

Woosh!

Aku membalik badanku dan mendapati Five tengah menarik tanganku.

"Fine." Ujarnya penuh beban. "Lagipula aku hanya punya empat hari untuk hidup."

Kini aku yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

"Ini tentang kiamat itu lagi?"

Five terkekeh. "Kau masih menganggap itu omong kosong, bukan?"

"Aku tidak pernah mempercayai apapun yang dikatakan oleh orang yang tidak kukenal."

"Apa maksudmu? Kau sudah berkenalan, bahkan menginap bersama anggota keluargaku."

"Yah, sejauh ini aku belum tau apapun tentang kalian. Aku bahkan tidak tau nama belakang kalian."

"Lalu apa yang mau kau lakukan? Bermain 21 pertanyaan?" Tanyanya tidak serius, sembari melepas pegangannya.

"That sounds good actually." Jawabku.

Lagi-lagi, Five menatapku tidak percaya.

...

Kami baru saja menyelesaikan permainan 21 pertanyaan. Five benar-benar bercerita tentang segalanya ; Hari dimana dia di adopsi, Kekuatannya, Ayahnya yang tidak puya hati, Saudara-saudarinya, Kiamat, dan Bagaimana dia terjebak di masa depan.

Mulutku masih menganga. "Aku.. tidak tau harus bilang apa."

"Yeah, there's a lot to unpack." Ujar Five.

Duaaar!

Mata Five berpindah cepat ke arah suara. "Apa itu?"

"Tenang, itu bukan nuklir." Candaku. "Ada festival tahunan di dekat sini."

Woosh!

Five berteleportasi ke dekat jendela dan menatap cahaya gemerlap yang berasal dari festival.

"Setelah mendengar ceritamu, kurasa kau hampir tidak pernah bersenang-senang." Ujarku pada Five.

"Kita bisa pergi ke festival itu jika kau mau." Kataku lagi.

Five menatapku dengan penuh pertimbangan.

"Ayolah. Its not like you have something to do."

⚠️ PLEASE READ ⚠️

Di sini, Five udah bener-bener giving up sama kiamat. Dia udah nerima kenyataannya aja begitu.

Dan karena dia udah nggak kenal siapa-siapa lagi, dia milih buat tinggal sama Helena. (Mom, Dad, sama Pogo udah meninggal di season 1. Hazel belum meninggal, tapi Five gak tau harus nemuin Hazel dimana.)

Anyway, disini aku bikin Five agak berbeda sama yang di film. Disini personality dia mulai melunak, dan dia nyerah.

Kalo di film, aku yakin Five bukan tipikal orang yang bakalan nyerah gitu aja. Dan dia lebih emosian dari ini.

Dan lagi, disini Five udah "agak" bertumbuh. Usia dia sekitar 17 tahun, begitu juga Helena.

Tadinya aku mau bikin timeline-nya sesudah season 1, sebelum season 2. Tapi kayaknya gabisa deh kalo disamain kaya di film juga. Jadi.. ikutin aja ya ceritanya!

Maaf kalo kalian bingung :(

Don't Come Back (Five Hargreeves Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang