ring the alarm

479 67 5
                                    


NOTE :

SEKALI LAGI,INI PROYEK TERJEMAHAN. CERITA ASLI ADA DI PLATFORM AO3,KARYA @wincechesters!

---

Hanya keberuntungan MoRan yang amat sangat payah yang membuat alarm kebakaran yang berdering pada jam tiga dini hari menyentaknya dari tidurnya,sementara hujan turun dengan deras diluar apartemennya.

Keberuntungan payahnya pulalah yang membuatnya pergi tidur hanya mengenakan celana dalamnya,dan tidak terbersit sedikitpun di benaknya untuk mengambil hoodie semantara ia tersandung-sandung saat berjalan keluar pintu,lolongan alarm berdering di telinganya dan menguncang tengkoraknya saat dia terhuyung-huyung menuruni dua anak tangga ke lantai dasar.

Dengan orang-orang yang berkerumun diluar,jelas bahwa ada jeda waktu berselang yang cukup lama sejak alarm pertama kali berbunyi,dan MoRan bertanya-tanya sudah berapa lama sebenarnya alarm itu berdering. Suara cekikikan dan gelak tawa menyambutnya saat dia berlari dengan bertelanjang kaki dan bertelanjang dada menuruni tangga gedung. Ia melemparkan seringaian mengantuk pada sekelompok gadis yang berdiri bersama di halaman,memberi hormat dengan muram pada Nyonya Ye disisi lain. Senyuman itu menghilang dengan cepat,bersamaan dengan aliran air hujan dingin yang membekukan dan membuat rambutnya basah serta menempel ke dahinya.

"Brengsek," gerutunya,menyeka air hujan dari matanya dan memeluk dirinya sendiri,memutuskan untuk menunggu. Ia melirik orang yang berdiri paling dekat dengannya,orang itu tersembunyi dengan aman dibawah payung yang digunakannya. Hujan deras membasahi payung,bergulir menetes ke rumput basah di sekitar sandal rumah yang digunakan tetangganya--sandal itu sendiri sudah basah kuyup sejak tadi.

"Aku tidak melihat ada api. Apa kau pikir ada anak-anak yang bermain-main dengan alarmnya? Kapan pemadam kebakaran akan sampai disini dan mematikan benda sialan itu?"

Orang yang berdiri disebelahnya mencemooh dengan nada rendah, "Bagaimana mungkin aku mengetahuinya?

MoRan mengernyitkan hidungnya, "Cuma mencari pembicaraan," Kulitnya mulai merinding dan tubuhnya menggigil. Ia menyadarinya dengan tawa tanpa humor bahwa dadanya yang kedinginan barangkali sanggup memotong kaca saat ini,dan segera menyembunyikan tangan dibawah ketiaknya untuk mencari kehangatan. "Kuharap mereka cepat," ujarnya, "Sangat dingin disini."

Payung disebelahnya sedikit miring, memperlihatkan potongan rahang tajam pemiliknya. Tenggorokan orang itu bergulir saat ia menelan ludah, kemudian payungnya kembali ke posisi semula, menghalangi pandangan MoRan dari wajahnya. "Harusnya kau mengenakan lebih banyak pakaian,"

MoRan memprotes cepat, "Dengar,aku tidak punya waktu untuk memilih pakaian sebelum aku keluar dari apartemen. Bagaimana mungkin aku tahu kalau diluar hujan?"

Ia melirik orang disisinya,memperhatikan deretan kancing yang terjalin rapi,kemejanya sedikit berkerut di bagian bahu,sementara lengannya digulung ke siku,dan celana ramping yang membalut kaki jenjang dan pinggang yang ramping. Pinggang itu--nah,itu baru sesuatu.

Tunggu sebentar. Sekarang jam tiga pagi,dan dilihat dari pakaiannya,orang ini seolah-olah baru saja pulang dari hari panjang yang melelahkan di kantor. "Hei,kau baru selesai shift malam atau apa?"

Payung itu kembali miring,kali ini cukup jauh untuk memperlihatkan tulang pipi yang tinggi serta kilatan mata pheonix dibawah alis selurus pedang. Pria itu mengerutkan alisnya, "Tidak." Pandangannya bertemu dengan tatapan MoRan kali ini,dan ia terlihat sedikit merona dibawah cahaya redup lampu jalan yang menembus hujan didekatnya. "Kenapa kau menanyakannya?"

MoRan terkekeh pada dirinya sendiri,mengayunkan tumitnya maju dan mundur. "Lalu,apa kau tidur mengenakan seragam kantormu?"

Pria itu melirik dirinya sendiri,seolah-olah memperhatikan penampilannya untuk pertama kalinya,lalu kembali menatap MoRan. "Aku tidak tidur."

ring the alarm (ONESHOT-TRANSLATE-END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang