June butuh uang, dan ia butuh segera. Orangtuanya tidak bisa mengirimkan uang bulanan, sedangkan iuran kostnya sudah menunggak selama 3 bulan. Ibu kost sudah mengancam akan mengusirnya apabila ia tidak segera membayar.
Putus asa, secara kebetulan i...
Siang itu rasanya dunia berubah wujud menjadi oven raksasa yang sudah dipanaskan dan siap untuk memanggang siapa saja yang berani keluar ruangan. Saking panasnya, June sampai merasa sedih kuliah harus berakhir. Padahal mata kuliah yang berlangsung siang itu adalah mata kuliah yang paling June benci, berikut juga dosen yang mengajar. Tapi baginya, lebih baik bersusah-payah menahan lapar dan kantuk mendengarkan dosen mengajar di dalam ruang sejuk ber-AC, daripada nekat seliweran di bawah terik matahari dengan resiko kulit gosong dan berkeringat, atau bahkan pingsan.
Cuaca panas begini, June menyangka semua orang berpikiran sama: lebih baik berteduh di kantin atau di dalam gedung daripada berpanas-panasan di halaman atau tempat parkir. Sayangnya tidak begitu dengan Donghyuk. Temannya itu terburu-buru mau pergi karena ada janji dengan orang.
"Dong, gila lo, mau jadi sate apa, keluar pas panas-panasnya gini?" keluh June yang mau tidak mau mengikuti Donghyuk berjalan ke arah tempat parkir.
Sebagai penumpang gelap, alias orang yang membonceng motor Donghyuk secara gratis demi mengirit anggaran transportasi, June sebenarnya tidak bisa banyak protes. Kemana Donghyuk pergi, ia hanya bisa mengikuti.
"Nanti di jalan kan kena angin, lumayan," kata Donghyuk. "Ayo, buruan! Gue udah telat!"
June terpaksa mempercepat jalannya untuk mengimbangi Donghyuk, mulutnya tertutup rapat meskipun ia mati-matian ingin mengomel. Keringat mengalir membasahi tubuhnya. Bahkan rambutnya terasa lengket, menempel ke kulit kepalanya seperti lap basah yang menjijikkan.
Fix, sampe kost gue mau berendam di bak mandi. Bodo amat, yang mandi habis gue dapet air campur keringet.
Mereka tiba di halaman luas di sisi gedung kampus June, hendak menuju tempat Donghyuk memarkir motornya. June sangka ia akan mendapati lapangan yang sepi, karena ia duga semua orang (kecuali Donghyuk) lebih memilih untuk berteduh dan berlindung di dalam gedung atau di kantin. Namun, ia justru melihat sejumlah orang berkerumun di sana, di dekat jalan masuk menuju tempat parkir.
"Ada apaan tuh?" gumam June, melongok penasaran.
"Nggak tau," Donghyuk merespon. "Jangan-jangan ada kecelakaan."
Dugaan Donghyuk terbantahkan seketika, saat ada salah satu dari mahasiswi yang ikut berkerumun tiba-tiba berceloteh, "Anjir, ganteng banget! Blasteran Korea - surga kali, ya."
Menyusul, seorang mahasiswa berkomentar, "Liat mobilnya, dong! Ngebayangin bayar pajaknya aja gue pusing!"
June semakin penasaran. Bersama Donghyuk, ia berusaha menembus kerumunan demi melihat sumber yang menyebabkan kehebohan di sekitarnya. Sesampainya di barisan depan, ia terkesiap dan nyaris kena serangan jantung gara-gara kaget.
"Bob-Bobby...??!" pekiknya lirih.
"Siapa? Lo kenal itu orang?" tanya Donghyuk.
June cepat-cepat menggeleng, meskipun dalam hati mengiyakan dengan mantap. Tidak salah lagi, manusia yang bersandar pada mobil Ford Mustang GT warna oranye itu adalah Bobby. Tidak mungkin June melupakan sosoknya, meskipun kepalanya menunduk sehingga wajahnya hanya kelihatan separuh. Orang itu mengenakan pakaian yang bisa dibilang nyeleneh, dengan jaket hijau berumbai-rumbai dan celana jins belel yang hampir tak berbentuk, yang kalau dilihat dosen June pasti sudah disuruh pulang karena tidak memenuhi tata tertib busana kampus. Juga tampak tidak familiar adalah kacamata baca yang bertengger di hidungnya. Lalu, rambutnya...
Rambutnya kok ungu??!?!?
Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.