Firza gelisah sejak menginjakan kakinya dikampus pun, tambah berkeringan saat ketukan sepatu milik Prof. Adi mendadak terdengar menjadi horror.

Hari ini adalah pengumuman hasil tugas yang sudah Prof. Adi berikan, dan mereka kerjakan minggu lalu. Firza tidak pernah senervous ini sebelumnya, entahlah Firza hanya belum siap mendapat tatapan prihatin dari segala penjuru kelas karena selalu mendapatkan nilai C bahkan 2 bulan lalu ia mendapat nilai D, hh miris sekali.

"Selamat pagi!" Sapa Prof. Adi dengan suara ke bapakannya.

"Pagi Prof!"

"Sudah siap dengan hasil yang akan kalian dapat hari ini?" Suara itu terdengar menyeramkan ditelinga Firza, ia berharap mendapat nilai C tidak apa-apa asal jangan E saja. Mau ditaro dimana muka dia nanti?

"Semoga gue dapet C, gak papa gak muluk muluk gue." Dia berdo'a dalam hatinya.

"Baik sebelum kelas dimulai, saya akan membagikan nilai kalian dulu, untuk tugas yang minggu kemarin."

Lalu Prof. Adi menyebutkan satu persatu nama yang berada dikelas ini, mayoritas mendapat nilai A untuk saat ini, termasuk Saghara juga, jangan di tanyakan lagi kalau manusia berotak encer yang satu itu, bahkan digembor-gemborkan dia menjadi anak kesayangan Pak Ridwan selaku dosen paling killer.

"Mila, B." Ujar Prof. Adi lalu Mila pun berdiri, untuk mengambil hasil karya tugasnya itu.

"Rian, B."

"Nida, B+"

"Maulana, B."

Jantung Firza mendadak berdegup kencang saat namanya tidak kunjung di sebut juga, padahalnya dia paham seperti apa saat Prof. Adi menyebutkan nilai untuk para Mahasiswa/i nya, yaitu dari nilai yang paling bagus, sampai pada nilai yang sangat tidak bisa dibangga kan.

Mendadak jiwa optimis Firza luntur, saat satu persatu nama teman sekelasnya sudah disebut dan mendapat nilai masing-masing namun dia belum.

Firasar buruk.

Firza bergumam dalam hati, "Kayanya bener kata Saghara, gue kudu perbaikin lagi, biar gak beg-"

"Firza, B+"

Jantung Firza serasa merotos kala namanya dipanggil, dan yang lebih mengejutkannya lagi ia mendapat nilai B, B+ malah. Seketika seluruh penjuru kelas menatap terkejut padanya, tak terkecuali Saghara yang langsung merubah rautnya dengan senyum bangga.

"Akhirnya temen gue gak bego lagi, Tuhan." Batin Saghara.

Firza berdiri dari duduknya, dengan jantung yang masih berdetak dengan tempo yang sama, dengan setengah mati dia menahan senyumnya agak tidak terlalu terlihat konyol bahagia karena mendapat nilai diluar ekspektasinya.

Dengan langkah mantap ia menuju Prof. Adi yang kini sedang tersenyum agak mengejek dan bangga(?) Padanya, mungkin ini juga hal yang paling mengejutkan untuk beliau, mahasiswanya yang badung ini menunjukan peningkatannya.

Firza sedikit menunduk sembari mengambil hasil karyanya itu, "Terima kasih Prof." Firza tersenyum malu-malu.

"Ditingkatkan lagi Firza!" Ucap Prof. Adi sembari menepuk pelan puncak kepala Firza.

Firza mengangguk mantap, mulai hari ini ia harus berubah. Demi masa depannya. Gak ada yang mau sama orang bego meskipun ganteng. Ia berjalan menuju bangkunya dengan hati bunga.

Dan tanpa ada sosok yang terus memperhatikannya sedari tadi, ikut tersenyum bangga juga.

🖤🖤🖤

Tepat pukul 3 sore Firza sampai didepan rumahnya, ia baru saja menyelesaikan semua mata kuliahnya dengan hati yang berbunga, ya tentu saja itu masih berhubungan dengan apa yang terjadi pada kelas pertama tadi --Kelas Prof. Adi-- entahlah, Firza merasa itu menjadi penyemangat tersendiri untuk dirinya.

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Nov 07, 2020 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

Lost SpiritWo Geschichten leben. Entdecke jetzt