2. Pasar (pertemuan 1).

Start from the beginning
                                    

"Ayo."

*****

Memang sekarang masih jam satu siang, jadi mereka akan pergi berkeliling pedesaan. Zaman modren dan kuno itu tentu beda. Mulai dari fasilitas, transportasi, komunikasi, dan tentu tak luput dari makanan. Di zaman kuno semua orang harus berjalan kaki jika pergi ke manapun. Tapi kalau mempunyai kuda, itu bisa di jadikan sebagai transportasi. Alana dan Liyi pergi keliling pedesaan tidak memakai kendaraan, jalan kaki? Yah itu dia.

"Liyi, kita mau kemana?"

"Bagaimana kalau kita ke pasar saja?"

Pasar?
Ehmm..tak buruk.

"Hm...Baiklah."

Alana dan Liyi pergi kepasar sambil sesekali tertawa. Karena pria yang bernama Liyi itu menceritakan bagaimana masalalu Jina yang selalu bertindak konyol dan ceroboh. Ternyata pria itu juga pelawak dan asik di jadikan teman.

"Hei, kau tahu aku merasakan ada perubahan dalam dirimu."

"Apa?"

"Kau tambah pemberani. Kau bahkan berani memukul kepalaku." kekehnya.

"Ah itu, aku hanya belajar sedikit buat berani saja."

Emang banyak perubahan lah, gue aja bukan Yuo Jina, gue Alana kali, yah gue bisa nyasar ke sini

"Aku lebih suka kau yang seperti inj Jina." ucapnya sembari menggandeng tangan ku.

Alana tak merasa risih di gandeng oleh Liyi, karena ia tahu jika pria ini adalah pria yang baik kepada sosok Yuo Jina. Jadi mulai saat ini, ia akan menyebut Liyi menjadi best friends.

Gue jadi kangen abang gue!!

Setelah beberapa menit berjalan, mereka telah tiba di Pasar. Pasar nya tak jauh beda dengan pasar yang di dunia modren karena masih ada berlaku tawar menawar. Meski ia di dunia modren sering belanja nya di Mall, tapi ia juga pernah sesekali belanja di Pasar tapi bersama neneknya.

"Liyi."

"Yah ada apa Jina?"

"Kau bawa uang?"

"Tentu, Ibu ku tadi memberi ku uang! kau mau beli apa? biar ku bayar."

"Eh, tak usah aku hanya bertanya saja."

"Ais, kau tak usah sukkan kepada sahabat mu ini."

"Ehm..baiklah aku mau makanan yang pedas aja, ada kan?"

"Pasti, tunggu disini akan aku belikan."

Liyi pergi meninggalkan Alana. Alana menatap seorang kakek-kakek membawa barang ia merasa kasihan, dan ia pergi menemui nya berniat membantu.

"Permisi kek, kakek butuh bantuan?"

Kakek itu mendongkak dan menatap kearah nya.
Kakek itu tersenyum, Alana pun tersenyum di balik cadar nya.

"Maaf merepotkanmu."

"Ahh, tak apa kek." ucap Alana sembari membantu membawa barang tersebut.

Dari jarak sekitar 50 meter, seorang pria datang dengan menunggang kuda gagahnya. Pria itu menyenggol pinggang Alana. Gadis cantik cerewet itu tidak menyadari jika ada seseorang yang akan melintas dengan kecepatan yang cukup membuat tubuhnya terjatuh di tanah yang penuh dengan debu itu. Dengan sebal dan marah ia perlahan bangkit dan memegang pinggangnya yang terasa nyerih.

"Aduhh." rintih nya sembari bangkit.

"WOI, TURUN LO GAK ADA OTAK YAH. LEWAT PASAR PAKE NUNGGANG KUDA SEGALA, LO KIRA PASAR INI PUNYA BAPAK LO!!!" teriak Alana mengebuh dan ia melempar sebuah tomat yang tergeletak tak jauh darinya. Dan...

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Where stories live. Discover now