09. Uncontrollable

186 28 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

(HARI KE-10 SETELAH KECELAKAAN)

Lee Minhyung tengah memejamkan mata tak terlampau erat, tarikan napas teratur dari gerak dada yang stabil, kedua tangan bersilang di depan dada, kaki saling berpangku, punggungnya tegap bersandar pada bagian belakang. Pria itu tampak tenang, bahkan tak ada kerutan berdasar pada paras tampannya.

Di sisinya, Lee Jeno memerhatikan sekilas, lalu kembali memusatkan tatap ke depan. Keduanya sedang berada di dalam mobil, melintasi jalan raya di pagi hari ini. Jeno menunduk untuk bermain dengan tablet yang berada di atas paha.

Sementara supir di depan enggan hanya untuk melirik ke belakang melalui kaca spion. Laju mobil dalam kecepatan sedang, tak berguncang karena yang ia ketahui sang atasan sedang terlelap. Hingga ada sebuah sedan melesat di sisi Jeno dan berhenti tepat di depan mobil Minhyung. Tak terelakan oleh sang supir menghentikan laju dengan kasar, membuat pejaman mata Minhyung terbuka.

"Ada apa?" tanyanya dengan suara serak.

Jeno menoleh segera setelah tanya itu terdengar, "Kak, kau baik-baik saja?"

Minhyung tatap Jeno yang mengkhwatirkannya, "ada apa?" ulangnya lagi.

"Aku akan memeriksa, Kak!" bergegas pria itu keluar dari mobil.

Minhyung dari dalam hanya kembali memejamkan mata. Tampak cukup malas untuk ikut dalam perdebatan kecil seperti ini. Telunjuk kanannya mengetuk pelan pada sisi lengan kiri. Mencoba kembali menemukan ketenangan tadi. Minhyung tak menyadari jika Jeno kembali dengan seseorang yang membuat sang supir menjadi gugup. Tangan pemuda itu bahkan mencengkaram kuat pada stir. Jeno bukakan pintu untuk pria itu masuk, menggantikan posisinya.

"Apa yang terjadi?" Minhyung menyadari keberadaan seseorang di sampingnya meski dengan mata tertutup.

Dengusan dari tamu tersebut membuat tubuh Minhyung bereaksi meski mata masih terpejam. Ia sedang mengendalikan diri jika dilihat dari tubuh yang bergerak untuk membenarkan posisi duduk.

"Aku tidak tahu jika kau akan datang," usai terucap kalimat yang bernada tenang tersebut, Minhyung lepas pejaman matanya. Tak menoleh, hanya kepala yang sedikit dimiringkan untuk menatap lawan bicara yang kini sedang membakar rokok. Tangan Minhyung menepuk pundak supir, perintah untuk melanjutkan jalan sesuai rencana.

"Aku mengganggu tidurmu?" tanya keluar sebelum ia menyecap nikotin dari batangan di selipan jari. Jendela sisinya sedikit turun secara bersamaan karena dilakukan oleh sang supir.

"Aku tidak tidur. Apa yang membuat Tuan Xuxi datang ke Seoul?" nama dari tamu terucap oleh Minhyung.

Asap dari belah bibir Xuxi keluar, lalu dia menoleh pada Minhyung yang sejak tadi enggan untuk melepas tatap. "Tentu saja untuk melihat keadaan adikku Huang Renjun," satu seringaian menghiasi wajah dengan garis tegas itu.

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang