Tidak lama kemudian, dia menemukan pulpen tersebut.

"Nih." Renjun menyodorkan pulpen itu pada Yedam.

Yedam mendongak, mengulurkan tangan untuk menerima pulpen pemberian Renjun.

"Makasih, Ju...."

Yedam menggantung kalimatnya, dia barusaja melihat sesuatu yang janggal.

"Napa, Dam?" Renjun bertanya bingung.

Sebelum menjawabnya, Yedam menelan saliva, badannya mendadak menegang.











"Bayangan lo mana?"





































Sejujurnya, Jeongwoo penasaran dengan pintu misterius di balik tangga itu, dia bingung kenapa Oli tidak membiarkannya membuka kamar itu?

Memangnya ada bahaya apa yang menanti Jeongwoo di dalam sana sampai Oli bilang Jeongwoo akan menyesal jika membukanya?

Mmm... mencurigakan.

Sekarang, sudah satu jam sejak Oli pergi, dan Jeongwoo lapar.

Langit di luar sana juga tertutup awan hitam, sesekali terdengar gemuruh langit disusul petir yang menyala sepersekian detik seperti cahaya flash.

Akhir-akhir ini sering mendung tapi tak hujan besar, paling hanya gerimis kecil saja itu pun hanya sebentar.

Menyimpan ponselnya ke meja, Jeongwoo beranjak menuju dapur untuk mencari makan.

Dia pertama-tama mencari di dalam kulkas, namun tidak ada, hanya ada botol aqua dan susu kotak ultramilk.

Jeongwoo mengambil satu kotak susu, lalu lanjut mencari di bufet, tapi hanya menemukan kekosongan, tidak ada apa-apa di dalam sana.

"Si Oli gimana sih, masa gada persediaan makanannya sama sekali? Seenggaknya ada kerupuk instan gitu kek, atau chips, ini gada  sama sekali," gerutu Jeongwoo kemudian balik ke ruang tamu dengan kotak susu.

"Hadeh, lapar banget gue," gumamnya seraya mengelus perut bidangnya.

Menit demi menit berlalu dan Oli belum juga kembali, Jeongwoo mulai suntuk.

"Apa jangan-jangan makanannya disembunyiin di balik pintu misterius itu kali, ya?"

Jeongwoo memicingkan mata seraya bangkit berdiri, dan mulai melangkah ke arah pintu misterius tersebut.

"Oli bilang gue bakal nyesal seumur hidup kalo buka pintunya apalagi masuk ke dalam," gumam Jeongwoo.

"Tapi kayaknya gak akan kejadian kalo gue cuma ngintip doang," imbuhnya. "Gue bener, kan? Haha, pintar juga gue."

Dengan pemikirannya yang menurutnya jenius itu, Jeongwoo meraih gagang pintu, dan menarik gagangnya secara perlahan.

Ternyata tak terkunci.

Saat sudah ada celah sedikit, Jeongwoo akhirnya bisa melihat, ada rantai yang mengunci pintu itu dari dalam.

Saat sudah ada celah sedikit, Jeongwoo akhirnya bisa melihat, ada rantai yang mengunci pintu itu dari dalam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Baguslah, Jeongwoo tidak perlu lagi menahan pintu tersebut untuk bisa mengintip ke dalam.

Jeongwoo mendekatkan wajah ke pintu, memiringkan sedikit kepalanya, dan mulai mengintip ke dalam.

Remang-remang.

Hanya ada siluet-siluet dari beberapa benda yang tidak terlihat jelas.

Ah, kalau begini, percuma dia mengintip ke dalam kalau tidak bisa melihat apa pun.

Namun, samar-samar dia bisa melihat dua cahaya merah dari lama sana.

Cahaya apa itu?

DUARRR!

Jeongwoo terperanjat kaget.

Bukan, Jeongwoo bukan kaget karena bunyi gemuruh langit serta kilatan petir. Namun, dia kaget ketika melihat sesuatu dari dalam ruangan itu.

Berdiri di depan jendela membelakangi pintu, berambut panjang, dan memakai gaun yang menjuntai ke lantai.

Berdiri di depan jendela membelakangi pintu, berambut panjang, dan memakai gaun yang menjuntai ke lantai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sosok itu terlihat hanya sepersekian detik ketika cahaya petir menelusup masuk lewat jendela.

Puk... puk...

Jeongwoo menegang, sial, pasti yang menepuk bahunya barusan itu Oli.

"G-gue cuma ngintip doang kok, s-serius..." gumam Jeongwoo tanpa menoleh, takut dimarahi oleh Oli.

Namun, tidak ada reaksi dari Oli.

Karena bingung, Jeongwoo berbalik badan, dan tidak melihat ada Oli di sana.

Mendadak bulu kuduk Jeongwoo meremang.

Siapa yang menepuk bahunya tadi?

"O-Oli, jangan iseng lo," gumam Jeongwoo seraya melangkah mundur secara perlahan, meninggalkan pintu misterius tersebut.

"Gue gak main-main ya, Li, muncul gak lo?!"

Sampai ia tiba di depan tangga, dia tidak menemukan Oli sama sekali.

"Kalo bukan Oli, terus yang nepuk gue barusan siapa...."

Kriiiik...

Pintu misterius itu terbuka tiba-tiba, dan dua bolah cahaya merah yang Jeongwoo lihat tadi menyembul dari sana.







Pintu misterius itu terbuka tiba-tiba, dan dua bolah cahaya merah yang Jeongwoo lihat tadi menyembul dari sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.















***

HEHE

Revenge 2 | TREASUREWhere stories live. Discover now