Prolog

258 33 34
                                    

Sore hari yang cerah di Jakarta Selatan. Suasana yang sangat indah untuk berjalan-jalan sore, tetapi tidak seindah untuk gadis SMA berambut panjang, berkulit putih, dan berparas cantik itu.

Mikayla meneteskan air matanya saat melihat benda pipih bergaris dua yang ada ditangannya. Mikayla tidak menyangka bahwa aktivitasnya bersama sang kekasih yang akhir-akhir ini sangat intens menghasilkan sebuah janin di perutnya.

Mikayla langsung mengantongi benda pipih itu di rok seragam dan keluar dari toilet umum yang ada di taman tidak jauh dari daerah rumahnya. Mikayla sengaja datang kesana karena mau memastikan gejala yang dialaminya dan sesuai dugaan. Apalagi mengingat Mikayla sudah telat datang bulan.

Mikayla mengambil ponselnya yang berada di dalam tas. Sambil berjalan Mikayla menghubungi sang kekasih yang masih bekerja.

"Hallo, Mas," pekik Mikayla saat dua kali nada telefonnya diangkat oleh Leon kekasihnya.

"Hallo, Sayang. Ada apa menelfonku?"

"Mas, pulang dari kantor jam berapa?"

"Sebentar lagi Sayang."

"Bisa nanti aku ke rumah kontrakkan kamu dulu, Mas?"

"Biasanya juga langsung ketempat Mas, tidak perlu bertanya lagi kan rumah kontrakkan Mas dan rumah kamu cuma sebelah-belahan, Sayang."

"Ada yang mau aku bicarakan, Mas."

Terdengar nada yang serius dari kekasihnya membuat Leon terdiam.

"Ada apa Sayang?"

"Mas, a-aku hamil," lirih Mikayla sambil menangis.

"Aku akan tanggung jawab."

"Tapi bagaimana dengan Ibumu, Mas?" gagap Mikayla.

"Itu urusanku, Sayang. Sekarang kamu pikirkan saja bayi kita yang sedang ada diperut kamu ya."

"Baiklah, Mas," lirih Mikayla.

"Kamu lagi di mana?"

"Lagi di jalan mau pulang, aku masih di daerah taman yang tidak jauh dari rumah, Mas."

"Langsung pulang dan hati-hati di jalan Sayang, kita bicarakan lagi saat nanti kita ketemu, Mas tutup dulu telefonnya."

"Iya,Mas."

Saat telefon ditutup, Mikayla menghapus air matanya dan melanjutkan perjalanannya menuju rumah.

Mikayla termenung mengingat tentang ibu dan bapaknya yang akan kaget luar biasa dan mungkin saja kecewa padanya. Lalu bagaimana dengan sekolahnya yang sebentar lagi akan selesai. Akan banyak yang akan dikorbankan Mikayla demi kekasih dan janinnya.

Mikayla percaya bahwa Leon akan bertanggung jawab atas kehamilannya tapi Mikayla tidak percaya dengan ibu sang kekasih. Saat awal bertemu saja langsung memasang wajah masam. Walau pun berbeda dengan ayah kekasihnya yang menerima Mikayla dengan baik.

Mikayla tau bahwa perjalanan cintanya untuk menuju kebahagiaan akan menemui jalan yang berlika-liku. Namun, selama sang kekasih masih mengenggam tangan Mikayla untuk bersamanya. Mikayla yakin dia akan kuat menghadapi cobaan kehidupan.

Mikyla pun lantas berpikir Apa hanya dengan cinta saja cukup?

🌺🌺🌺🌺

🌺🌺🌺🌺

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hai... 👋🏻👋🏻
Ini cerita aku dah hampir 1 tahun 😅
Jadi aku mau revisi dan melanjutkan sampe tamat..

Selamat membaca yang mngikuti cerita abal² aku...

Btw ini cerita nyata dari kisah orang tua aku...

Jakarta, 26 Mei 2021

.~ Cindy Arfandani ~

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 07, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MikaylaWhere stories live. Discover now