03. Anak baru

740 213 865
                                    

Kata Ayah, bukan hanya sholat saja yang harus dilaksanakan secara berjamaah. Tetapi ada kegiatan lain yang jika dilakukan secara berjamaah atau bersama-sama akan mendapatkan pahala dan keberkahan, yaitu makan bersama. Itulah salah satu rutinitas keluarga Mahendra. Makan malam setelah selesai sholat isya berjamaah di rumah dengan Ayah sebagai imamnya.

Ketika Mama dan Teh Arun sedang sibuk di dapur, Sara satu lagi anak gadis di rumah itu malah duduk termenung di depan aquarium ikan hias miliknya. Tak mendengar langkah seseorang mendekatinya, Sara terlonjak kaget saat satu tangan mendarat di bahunya. Sara pun melirik pada sang pemilik tangan itu yang kini sudah cengengesan menampakkan deretan giginya. "Ck! Apa sih? Bikin kaget aja!"

"Lagian lo ngapain sih bengong lihatin ikan? Lo mau jadi ikan, Teh?"

"Ngawur lo!" ketus Sara lalu melepaskan tangan Sagara yang masih bertengger di bahunya.

"Judes amat sih Teteh gue yang paling cantik setelah Teh Arun." Goda Sagara seraya memainkan dagu Sara yang memang terlihat sedikit runcing. "Nggak usah pegang-pegang!" Sara pun langsung menepis tangan nakal adiknya.

"Yeuh, dengerin, Teh. Jean mana suka sama cewek yang judes kayak gini."

Sara tak menjawab. Ia malah memalingkan wajahnya kembali menatap ikan-ikan miliknya yang saling berkejaran.

"Gue nggak judes juga Jean tetap nggak bakalan suka." Lirih Sara yang rupanya masih bisa Sagara dengar. "Kata siapa?" Bukannya menjawab Sagara, Sara malah berbalik bertanya. "Apa?"

"Apanya yang apa?" Jawab Sagara bingung. "Ya apanya yang apa?" Tanya Sara sengaja. Ia hanya malas jika harus membicarakan Jean, yang jelas tidak akan pernah menjadi miliknya.

"Ya apanya yang ap—" ucapan Sagara pun terpotong saat A Jef datang menegur keduanya.

"Hoi Upin Ipin! Apaan sih yang apa-apa? Buruan makan, udah siap tuh!" ajak A Jef lalu mengapit leher Sagara dengan lengannya.








♡ ━━━━━━━━━━━━━━━ ♡








Malam sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB, namun pada jam segitu Sara masih saja berkutat pada tugas yang belum ia selesaikan sedari selesai makan malam tadi.

"Ck! Fokus sedikit bisa nggak sih, Sar?!" Tanyanya pada diri sendiri, pasalnya sedari tadi Sara terus-terusan menulis hal yang salah.


Tok...


Tok...


Tok...


"Masuk aja lah, malas jalan buka pintunya." Memang rasanya Sara sangat malas untuk sekedar beranjak membukakan pintu untuk seseorang yang mengetuk pintu dari luar sana.

Pintu pun terbuka sempurna dan menampakkan sosok Sagara yang kini berjalan menuju meja belajarnya.

"Ngapain, Teh?" Sungguh pertanyaan yang sangat malas Sara jawab. "Lihat sendiri lah!"

"Teh, kelas lo ada anak baru ya?" tanya Sagara yang kini sudah merebahkan dirinya di ranjang bermotif tinkerbell milik Sara.

Sara pun melirik, "Kok lo tahu?"

"Ya tahu lah, apa sih yang gua nggak tahu?" Sagara mulai menyombongkan dirinya.

"Ah, emang lo tukang gosip aja sama si Maman!"

"Yeuh, sembarangan lo! Btw, ganteng nggak teh anaknya?" Sara terkejut mengapa kembarannya ini bertanya hal seperti itu padanya. "Kok lo nanya gitu sih, Gar?"

Nayanika | Lee JenoWhere stories live. Discover now