𝐢𝐢𝐢. 𝐡𝐞𝐞𝐝𝐟𝐮𝐥

Mulai dari awal
                                    

Orangtuamu sedang pergi ke Osaka kan?

Aku akan datang sepulang sekolah, istirahat saja dulu. Jangan lupa minum air putih.

Gila. Akaashi memang gila. Rasanya Akaashi benar-benar memata-matai [Name] dengan memasang kamera pengintai di kamarnya. Masa dia bisa tahu sedetail itu padahal [Name] sama sekali belum memberitahunya sih?

Atau mungkin, Akaashi memang sepeka itu dan hanya mengingat setiap kebiasaan [Name].

Kini, karena ia sudah kembali kedalam pelukan selimut serta kasurnya, mata [Name] pun mulai memberat. Perlahan, ia kembalikan handphonenya ke tempat semula dan mulai memejam lagi. Larut dalam mimpi dan berharap saat bangun rasa sakitnya sudah mereda─atau bahkan hilang sepenuhnya.

Pukul 12.00

Suara dering dari handphone membangunkan [Name] dari tidurnya. Setengah sadar, ia meraih dan mengangkat telfon. Terdengar suara Akaashi di panggilan itu, mengabarkan bahwa dia sudah sampai di depan rumah [Name]. Langsung saja gadis itu bangkit dari tempat tidur.

[Name] membuka pintu dan melihat Akaashi Keiji dihadapannya membawa beberapa bungkusan yang ia yakini sebagai makanan. "Ah.. Keiji... silahkan masuk," sambut [Name] lemas. Baru saja Akaashi ingin melangkah masuk tiba-tiba [Name] ambruk, membuat manik biru metal itu melebar dan dengan sigap menopang kekasihnya sebelum tubuh lemah itu  mencium lantai.

"Maaf, Keiji.. ternyata tubuhku tidak bisa menahan rasa sakitnya.. Ugh," gumam [Name]. "Iya, tidak apa-apa. Maaf karena membuatmu harus membukakanku pintu." balas Akaashi. [Name] hanya mengangguk dan kemudian dengan bantuan Akaashi berjalan untuk kembali ke kamar. "Ngomong-ngomong, kalau begini sepertinya akan lama." Akaashi bersuara.

"Maksudnya?" [Name] tidak paham dengan ucapan kekasihnya. Akaashi menghela napas, meletakkan bungkusan yang ia bawa tadi di meja terdekat yang dapat diraih. Dan setelahnya, langsung mengangkat gadisnya ala tuan putri. Mata [Name] yang tadi sayu akhirnya sukses membulat dengan tindakan tiba-tiba Akaashi.

"Eh?! K-Keiji!" sang gadis memanggil namun tak di gubris. Akaashi tau kekasihnya akan minta diturunkan dan ingin berjalan sendiri saja, tapi ia tidak mungkin membiarkannya. Berjalan untuk membuka pintu saja [Name] sudah tidak mampu.

Tiba di kamar [Name], Akaashi membaringkan [Name] secara perlahan. "Wajahmu memerah, apa kau juga demam?" tanya Akaashi polos. "Aku belum cek suhu.." jawab [Name] jujur. Tentu saja ia tidak bisa pergi mengambil termometer di lemari obat-obatan karena kepalanya terasa sangat berat.

"Dasar Keiji, padahalkan wajahku memerah karena dia! Huh,"  batin [Name]. Untung saja dia sedang sakit jadi semburat merah tadi bisa diasumsikan sebagai efek dari demam.

Tanpa basa basi Akaashi langsung mengambilkan termometer dan segera mengukur suhu tubuh [Name]. Menunggunya beberapa saat, lalu mengecek angka pada pengukur suhu tersebut. "37 derajat, syukurlah tidak terlalu tinggi." kata Akaashi yang dibalas dengan helaan napas lega dari [Name].

"Baiklah kalau begitu, aku siapkan makanan dulu ya. Kau bisa duduk untuk makan?" tanya Akaashi memastikan. "Mhm, aku bisa duduk disini dengan bersender di bantal." Mendengarnya, Akaashi pun kembali untuk mengambil bungkusan makanan yang ia tinggalkan di meja vas bunga dekat pintu tadi. Kemudian beranjak kedapur untuk mempersiapkan alat makan lainnya.

"Ini, aku bawakan sup miso dan nasi hangat. Aku juga bawakan nori," Akaashi kembli dengan nampan berisi semangkuk penuh sup miso dan nasi dengan asap yang masih mengepul. Tak lupa dengan nori kering di pinggir mangkuk nasi. Mencium baunya saja membuat selera makan [Name] langsung naik. Ia berusaha meraih nampan namun dihalau oleh Akaashi.

"Kau tidak akan makan ini sendiri, sayang. Aku yang akan menyuapimu, jadi kau duduk saja dengan nyaman." dan poof! Rasanya [Name] bisa meledak detik itu juga karena panas tubuhnya ditambah dengan keromantisan Akaashi. Ugh, damagenya gak main-main bos.

Akaashipun mulai menyuapi [Name], satu suapan pertama dan dapat ia lihat gadisnya itu sangat senang dengan makanan yang ia berikan. "Mmm, kok rasanya familiar ya?" tanya sang gadis. Akaashi terkekeh, "Iya, ini buatan Ibuku. Tadi aku bilang ke Ibu melalui pesan kalau kau sakit. Jadi dia menyuruhku pulang dulu karena ia ingin kau makan masakannya saja dan jangan beli diluar," jawab Akaashi sambil kembali menyuapkan makanan kedalam mulut [Name].

Astaga calon Ibu mertua kok baik banget sih, gak salah deh buat jadi calon menantunya. Uhuk.

Nafsu makan [Name] yang baik membuatnya cukup cepat menghabiskan makanannya. Akaashi membawa nampan bekas makan tadi ke dapur dan mencucinya, kemudian kembali dengan segelas air putih hangat serta obat-obatan. Menyuruh [Name] minum dan untungnya langsung dituruti tanpa penolakan.

"Ne, Keiji. Terima kasih! Sekarang aku merasa lebih baik," sang gadis tersenyum kecil membuat Akaashi juga ikut mengembangkan senyum. Perlahan meraih tangan [Name], Akaashi menggengamnya erat dan kemudian mengecup punggung tangan tersebut penuh sayang.

"Cepat sembuh, [Name]. Sepi rasanya tanpa tawamu,"

(buset belajar gombal dari mana nih Akaashi?)

to be continued

[A/N]

Halo, halo semuanya! Baru kali ini saya bisa menyapa kalian dengan baik hehe. Maaf ya untuk update yang cukup lama! Jadi disinilah Ren dengan double update ☜(゚ヮ゚☜) gimana, gimana? Baper gak tuh sama Akaashi Keiji? Halunya lancar? HAHAHAHAHA /evil smile/.

Gak apa kok, Ren juga menulis ini dengan maksud memperlancar halu tapi dibagi-bagi juga sama kalian~ huehehee. Untuk yang selama ini sudah nungguin dengan setia dan juga memberikan vote terima kasih banyak yaa! Ren usahain nulis book ini dengan baik dan manis, karena siapasih yang bisa menahan pesonanya Akaashi uwu.

Btw, maaf untuk segala kesalahan yang ada baik dalam alur, ketikan, atau kalimat ya. Udah lama gak nulis sih, jadi pasti ada aja kesalahan setelah sekian lama gak comeback ke dunia 𝚙̶𝚎̶𝚛̶𝚑̶𝚊̶𝚕̶𝚞̶𝚊̶𝚗̶ fanfic ini uwu.

Saa, jangan capek nunggu Ren buat update ya! Maklum anak kuliahan sibuknya dengan tugas tersayang aja (っ˘̩╭╮˘̩)っ jadi update gak bisa sering-sering hiks.

Ren pamit undur diri, jaa ne! (ノ◕ヮ◕)ノ*:・゚✧

every inch / akaashi keijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang