"Keluar! Punya mata buat melihat jalan keluar kan?!" usir Grahita tanpa repot-repot membalas permintaan maaf Sultan.

Sedangkan laki-laki itu tetap memohon-mohon Grahita untuk memaafkan atas segala dosa yang ia perbuat pada gadis itu.

Grahita merasa sangat risih. Bahkan ia ingin segera Sultan pergi karena pastinya akan menimbulkan kegaduhan di restorannya nanti.

Grahita lantas memberi kode kepada keamanan yang menjaga restorannya. Gadis itu memberi kode supaya Sultan dipersilahkan untuk keluar dari restorannya. Grahita sudah muak dengan melihat laki-laki itu.

Sultan lantas terlibat adu mulut dengan penjaga keamanan. Laki-laki itu enggan untuk meninggalkan restoran Grahita. Gadis itu bahkan menutup wajahnya saking malunya dengan kegaduhan yang diperbuat oleh Sultan. Beberapa pengunjung bahkan melihat terang-terangan aksi mereka.

Seharusnya Grahita bisa menyelesaikan masalahnya dengan laki-laki bajing*n itu. Namun nyatanya, permasalahannya kian pelik seiring berjalannya waktu. Sultan masih sering menemui dirinya dan menghubungi dirinya dengan berbagai cara. Ia muak dan ingin Sultan menyadari kesalahannya serta tak menerornya kembali.

"Lepaskan! Saya punya kaki bangs*t!" teriak Sultan pada petugas keamanan tersebut.

Lantas Sultan menatap Grahita cepat. "Dengar Grahita, aku Sultan, masih mencintai dirimu. Akan ku kejar maaf dan cintamu. Ingat itu!"

"Sinting!" sahut Grahita cepat. Sedangkan Sultan tersenyum miring.

"Pergi!" usir Grahita pelan dengan penuh penekanan kembali.

Lantas Sultan menatap Grahita tajam. "Ini janjiku Tata, aku akan tetap mengejarmu sampai darah penghabisan! Camkan itu!"

Setelah itu, Sultan pergi dengan menggores sakit hati Grahita yang tak kunjung kering. Hal ini layaknya tuan yang menjadikan tubuh puan sebagai tahanan.

Grahita tak habis pikir dengan pikiran Sultan yang gila. Mengapa laki-laki itu masih mengejarnya disaat bajing*n itu sudah memiliki anak istri? Ia rasa Sultan terobsesi dengan dirinya sehingga menghalalkan segala cara dan ini sangat membahayakan.

"Mbak?" panggil Riska seraya menyentuh pundak Grahita.

Grahita tersenyum tipis. "Nggak apa-apa kok. Titip pelanggan di sini ya. Maaf atas ketidaknyamanannya." Ujarnya. Lalu ia memilih masuk ke dalam dan menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya.

*****

Nampaknya ucapan Sultan itu tak main-main. Laki-laki itu masih datang dan merecoki hidup Grahita. Grahita bahkan muak harus berhadapan dengan Sultan yang memiliki obsesi besar kepadanya.

Seperti saat ini, Sultan datang dan menunggu hingga restoran tutup. Grahita malas untuk sekedar bertemu dengan Sultan yang menunggunya di depan dari selepas maghrib tadi. Beberapa hari kemarin, laki-laki gila itu menunggu hingga pukul 12 malam sehingga Grahita baru bisa balik selepas pukul 12 malam. Sungguh sinting laki-laki itu, begitu batin Grahita berteriak.

Namun Grahita saat ini harus keluar untuk menemui salah satu rekannya. Ia melirik jam dindingnya yang menunjukkan pukul 8 malam. Ia resah karena bingung antara keluar atau tidak. Lewat pintu belakang? Sama saja, karena Sultan berada tak jauh dari parkiran. Apalagi laki-laki itu hafal dengan mobilnya.

Setelah banyak pertimbangan dan memikirkan berbagai kemungkinan, akhirnya Grahita memberanikan dirinya untuk keluar. Gadis itu membutakan mata dan menulikan telinganya untuk tak menganggap Sultan ada. Ia bahkan memilih memakai masker untuk menutupi dirinya supaya dikira karyawan restoran.

Aksara Dan SuaraWo Geschichten leben. Entdecke jetzt