sa•tu

40 7 1
                                    

"Sa," panggil seorang cowok yang asik nyandar di bahuku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sa," panggil seorang cowok yang asik nyandar di bahuku. Mulutnya berisik ngunyah doritos sedang tangannya sibuk fitnah orang di among us. Gak sadar diri kalau kepalanya berat. Padahal isinya gak banyak-banyak amat. "Sa, ih jawab," lanjutnya masih diposisi yang sama, tapi kali ini kepalanya mendongak, melirik aku sekilas yang nyatanya juga sibuk sama handphone ku.

"Sa, mau ngomong," ucapnya pelan nyaris gak terdengar kalau aja tangannya gak sambil menarik telingaku yang disumpal pakai airpods.

"Apa siihh, biasanya juga langsung ngomong," sungutku kesal setengah deg degan. Pasalnya ini lagi adegan seru tapi terpaksa di pause karna muka Dery yang udah serius. Iya bener si ganteng ini namanya Hendery, tapi berat banget buat dia yang blasteran Bandung-Karawang, aku lebih seneng panggil Dery. Panggil sayang juga seneng sih tapi titelnya masih temen. Iya temenan aja belum naik pangkat karena—

"Yuki jadian sama Lucas. Gue galau bangsat."

Masih galauin mantan padahal si mantannya mau peduli aja males.

"Gak nyangka dah gue, lo tau kan Sa? Gue sama Lucas temenan dari lama, anjir."

Aku mendecih pelan, menatap Hendery sedatar-datarnya, "Jadi lo naksir Lucas ceritanya?"

"Sinting lo kebanyakan nonton ganda putra," umpatnya dengan bonus toyoran di kepalaku. Aku hanya terkekeh mendengar pernyataannya sedang Hendery cemberut lucu disampingku.

Pikiranku melalang buana, mengingat siapa saja nama penghuni sekolah di ujung jalan itu. Yuki yaa. Heem siapa sih yang gak kenal sama si cantik itu. Anaknya baik, periang, temannya banyak, anggota olimpiade kimia angkatanku juga. Pokoknya dia tuh masuk kaum anak hits sekolahan yang masa SMA nya bahagia dan seru kayak di novel-novel romansa. Berbanding terbalik sama aku yang biasa aja. Yaampun dipikir-pikir, aku yang cewek aja kagum sama dia, gak heran buaya disampingku ini belum bisa move on setengah mampus.

"Trus gimana ini, minggu gue diundang ke sweet seventeennya mba mantan," rengeknya lagi. Beneran deh Hendery kalau udah mode ngerengek gini rese banget. Adik aku yang 6 tahun aja kalah.

"Ya udah kalau diundang tinggal dateng, hidup udah susah, jangan dibikin ribet atuh!" protesku beneran kesal karena tanganku yang ditarik-tarik sama doi. Aku gak suka ya kalau lagi nonton drama di ganggu, walaupun yang ganggu gemesin. Eh!

Hendery menghela nafas berat, "Harus bawa pasangan, Saka," keluhnya lagi. Matanya menatapku sendu. Emang se sedih itu ya kalau ke ulang tahun mantan gak bawa pasangan?

"Katanya lo merasa ganteng, gebet aja lah fans lo yang sebanyak kacang goreng itu."

Iya selain karena Hendery yang belum bisa move on, salah satu penyebab aku gak bisa naik pangkat dari teman jadi teman super adalah dedek-dedek gemes nya Hendery yang sebanyak penumpang KRL Jatinegara-Bekasi jam empat sore. Riweuh. Aku yang kentang ini gak mau di omongin di grup angkatan adik kelas cuma karena jalan bareng Hendery yang kata mereka berlian.

Iyadeh aku mah apa cuma batu Kali.

"Gak mau, Saaa," ujarnya lagi. Pandangannya masih mengarah kepadaku. "Gak dapet chemistry nya nanti."

Halah gaya!

Aku menghembuskan nafas kasar, memilih untuk mengerahkan seluruh atensi ku padanya,  "Terus lo maunya gimana, Hendery?"

"Maunya?" Hening sejenak. Hendery mengerutkan dahinya dalam, berpikir anak kelas mana lagi kali ya yang mau dia pepet, namun nyatanya jawaban Dery benar-benar di luar dugaanku.

"Mau lo aja, ayo pacaran, Sa!"

"Gelo sia."

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Aresa-ka, 2020

HeatherWhere stories live. Discover now