Prolog

799 51 5
                                    

"Jadilah wanita saya."

Rere menatap takjub sekaligus tidak percaya atas ucapan yang baru saja dilontarkan oleh pria yang tidak lain adalah atasannya. Rere mengakui jika pria bernama Aksa yang kini duduk di depannya memiliki visual yang enak dipandang mata. Kulit putih yang sama sekali tidak melunturkan ketampanannya. Mata sewarna obsidian terbingkai oleh bulu mata dan alis yang tidak terlalu tebal. Hidung mancung dengan cuping sedikit lebar. Bibir tipis yang menutupi deretan gigi yang tersusun rapi dan rahang yang tegas membingkai semuanya. Disempurnakan dengan postur tubuh tinggi dan juga bagian-bagian otot menonjol yang pas pada tempatnya─Rere tahu karena dia melihatnya langsung secara tidak sengaja. Tapi Rere tidak cukup gila untuk menjadi simpanan seorang pria beristri.

"Jawaban saya tidak akan pernah berubah," ucap Rere penuh penekanan.

"Kamu bisa mendapatkan apa pun yang kamu inginkan."

"Jawaban saya masih sama."

"Renata─" ucapan Aksa terhenti seketika saat Rere memukul meja dengan kasar hingga menimbulkan bunyi 'brak'.

"Saya memiliki suami. Jadi sebaiknya Bapak memberikan penawaran itu pada wanita lain." Rere bangkit dari duduknya. "Saya masih banyak pekerjaan─"

"Sejak kapan kamu menikah?" Aksa memotong ucapan Rere. Dia ikut berdiri dan melemparkan tatapan tajam pada wanita yang menjabat sebagai staf biasa. Dia merasa begitu marah atas informasi yang baru saja didengarnya.

"Tiga tahun yang lalu."

Aksa mendengkus, menganggap jawaban Rere merupakan kebohongan belaka. "Kamu pikir saya percaya dengan itu?!"

"Bapak percaya atau tidak, itu bukan urusan saya," sergah Rere dengan tegas. "Saya masih banyak pekerjaan, permisi."

Rere bergegas melangkah menuju pintu. Belum sempat dia membuka pintu, ucapan Aksa selanjutnya membekukan gerakannya.

"Lalu bagaimana bisa saya menjadi yang pertama?"

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang