Chapter 01

14.3K 1.8K 484
                                    

Jika banyak yang mengatakan bahwa waktu bisa menyembuhkan luka, Xavier ingin bertemu dengan siapa saja yang pernah mengalaminya dan bisa mengatasinya hanya untuk bertanya bagaimana cara mereka sembuh dari luka itu?  Karena sepertinya ungkapan itu tidak berlaku untuk Xavier.

Waktu tidak pernah bisa menyembuhkan luka Xavier atas kehilangan Langit. 

Sejujurnya, Xavier membenci harus datang ke tempat ini lagi. Pemakaman Umum, yang sama dimana ayahnya dimakamkan, tempat yang sama dimana Langit juga berbaring di sana.

Bahkan sejak kakinya menapaki gapura di depan pekuburan, Xavier seakan bisa mengingat kembali saat dua tahun lalu dia mengantar sang adik keperistirahatan terakhirnya. Meski sudah dua tahun berlalu, tapi rasa sakitnya masih tetap tersisa di sana. Di sudut hati Xavier yang berusaha tidak dia tunjukan pada siapapun karena bukan hanya dia saja yang terluka dan kehilangan.

"Xavier, kamu baik-baik aja, kan?" Intan yang berjalan di sebelah anak anaknya menyentuh pundak Xavier pelan.

"Iya, Ma." Xavier hanya mengulas senyum palsu seperti biasa, lalu meneruskan melangkah bersama sang ibu hingga akhirnya berhenti di depan sebuah makam yang bersebelahan dengan makam ayahnya dan juga Langit.

Xavier mengepalkan tangannya kuat, masih merasa tidak terima mengapa ibunya mengizinkan jenazah Laras dimakamkan bersebelahan dengan ayah dan adiknya.

Ada banyak yang terjadi selama dua tahun belakangan ini, salah satunya adalah ketika satu tahun yang lalu Laras datang ke rumahnya untuk mengembalikan semua harta yang sudah diberikan Intan pada wanita itu. Laras sakit keras, dan sudah terlambat untuk diberi penanganan karena kankernya sudah menyebar dan dokter sudah memvonisnya tidak akan bisa hidup lama.

Xavier masih ingat perkataan Laras waktu itu,  "Mungkin ini hukuman dari Tuhan untuk saya, Intan. Saya memang mendapatkan kekayaan yang saya mau, tapi Tuhan mengambil anak saya selamanya."

Ironis bukan? 

"Sepertinya ada yang udah datang lebih dulu dari kita." Xavier akhirnya membuka pembicaraan setelah hening yang lama di antara dirinya dan sang ibu yang memandangi nisan Larasati. "Mama baik-baik aja?"

Intan mengangguk, tersenyum kecil sembari memeluk bahu anaknya. Wanita itu menghela nafas sejenak,  "Sekarang Langit bisa berkumpul sama ayah dan ibunya, seenggaknya kita harus bahagia untuk itu,kan, Vi?" Intan menatap anaknya yang mengarahkan pandangan matanya yang terlihat kosong pada nisan di depan mereka.

Xavier tidak menjawab, dia tidak tahu apakah dia harus merasa bahagia atau tidak melihat adiknya bisa berkumpul dengan kedua orang tua kandungnya dalam keadaan yang berbeda dari yang seharusnya terjadi.

"Xavier," Intan membalik badan Xavier untuk menghadap padanya, kedua Netra wanita itu menatap lembut pada wajah sang anak. Dia tahu bahwa dua tahun ini Xavier berusaha untuk menyembuhkan luka dari kehilangan seperti hal nya dirinya sendiri. "Udah saatnya kita melanjutkan hidup lagi, hidup kamu harus terus berjalan, Vi. Mama mau lihat anak mama ini tersenyum lagi, senyum yang sebenarnya. Bukan cuma pura-pura baik-baik aja."

Xavier menelan ludah, dia juga sudah lelah pura-pura untuk baik-baik saja. Tapi sekuat apapun dia mencoba dia merasa tidak akan pernah menjadi baik-baik saja. Kehilangan Langit membuat hidupnya tidak akan terasa sama lagi. 

Intan membawa anaknya ke dalam pelukan, mengusap punggung Xavier perlahan kemudian melepaskannya lagi berganti meremas kedua lengan Xavier. "Kita akan baik-baik aja, ok?"

Bagaskara : Begin AgainWhere stories live. Discover now