37 : How to apologize

Mulai dari awal
                                    

"T-tapi hyung.. sebenarnya, Jeno ada disini."

Gerakan Taeyong otomatis terhenti. Tangannya masih menggenggam erat sekotak susu yang tadinya ia niatkan untuk diberikan ke Jaemin.

Tak lama setelah Jaemin berbicara seperti itu, Jeno datang dari arah pintu yang sejak tadi Jaemin lirik. Si lelaki rambutnya sudah berubah warna, menjadi hitam. Membuat aura bad yang sejak dulu melekat di figure seorang Lee Jeno mendadak hilang, bergantikan dengan Jeno yang dingin dan pendiam.

"Akan kutinggalkan kalian berdua disini-"

"Nana jangan..." cegah Taeyong.

"Hyung, jangan khawatir. Jeno sudah tidak brengsek lagi seperti dulu."

Taeyong masih ragu.

"Hyung, tendang wajahnya jika ia sampai macam-macam lagi denganmu."

"B-baiklah."

Jaemin pun keluar dari dapur, meninggalkan Jeno yang berdiri mematung seperti orang bodoh, sementara Taeyong masih terintimidasi dengan suasana.

Tak usah munafik. Taeyong masih membenci Jeno dan kenangan buruk yang bocah lelaki itu buat. Sungguh, melihat wajah Jeno-justru membuat Taeyong teringat kalau ia pernag hampir hilang kehormatannya.

"H-hai.." sapa Jeno, memulai obrolan. Suara terkesan parau, diakhiri dengan tangannya yang menggaruk lengan.

Taeyong enggan menutup pintu kulkas. Keduanya terhalang oleh benda itu.

Gila saja, pakaian Taeyong mengundang lelaki dominan untuk menerkamnya sekarang. Ia tak ingin Jeno lupa kalau dirinya sedang bertaubat.

"Ya, hai juga."

"Bagaimana kabarmu hyung?"

"Ya seperti yang Jeno lihat, aku sudah baik-baik saja."

"Baguslah," Jeno seperti mati kutu. Tak ada bahasan, dan lupa niat alasan mengapa ia ke rumah Taeyong.

"Hyung," / "Kau.."

Mati. Mereka tak sengaja berbicara secara bersamaan.

"Hyung duluan."

"Tidak, kau dulu."

"Tidak hyung lebih baik-"

"Lebih baik kau dulu atau tidak sama sekali." Final Taeyong dengan intonasi menekan.

Jeno menelan ludah, sedetik kemudian ia mengambil nafas panjang. Sialan, jantungnya terpacu cepat tanpa alasan.

"A-aku.."

"... Aku tidak mengharapkan kau menerima permintaan maafku, tapi setidaknya-kau pernah mendengar kalau aku pernah mengakui segala dosa dan perbuatan burukku padamu dulu."

Jeno menjeda kalimatnya, merasa kalau tubuhnya sudah kepalang dingin karena nervous. "Aku minta maaf, hyung. Aku benar-benar minta maaf."

Taeyong masih diam. Ia bahkan belum bisa melupakan bagaimana Jeno yang bersikap kurang ajar padanya dulu.

"Aku.. benar-benar tulus hyung, maafkan aku."

Jeno merasa kalau Taeyong masih berat hati untuk memaafkan dirinya. Ia tau, kesalahan besarnya tak akan mudah dimaafkan begitu saja, harusnya ia menyadari itu dan berpikir dua kali sebelum melakukan sesuatu yang akan berbuntut di belakang hari nantinya.

Diamnya Taeyong adalah jawaban kalau permintaan maaf Jeno ditolak. Ya, itulah mungkin persepsi Jeno untuk saat ini.

"Kalau begitu aku pergi hyung." Jeno memundurkan langkah dengan kepala yang menunduk, malu untuk menatap sang lawan bicara secara langsung.

Apart to come | Jaeyong [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang