37 : How to apologize

Comenzar desde el principio
                                    

Dug!

"Omg! Kaget!"

"Taeyong hyung.."

Jantung Taeyong terpacu cepat, bibirnya membulat membentuk huruf o, menyadari saat ia menutup pintu kulkas keras-keras, ada sosok pemuda yang berdiri di belakang pintu tersebut membuat Taeyong terkejut.

"Nana?"

Pemuda itu, Jaemin. Dia tersenyum tipis pada yang lebih tua melihat ekspresi kaget Taeyong yang baginya adalah sebuah hiburan kecil, tentu saja-karena itu adalah hal menggemaskan. Ingatkan saja Jaemin supaya tidak berubah menjadi pihak dominan hanya karena Lee Taeyong.

"N-n-nana untuk apa kesini pagi-pagi?" Bola mata Taeyong bergerak gelisah.

Seperti orang yang salah tingkah tanpa sebqb, Jaemin terlihat gugup di hadapan Taeyong. Mungkin ini karena kejadian di rumah abu kemarin, dimana ia ditinggalkan oleh Taeyong tanpa sepatah kata pun setelah ia menjelaskan panjang lebar siapa ia sebenarnya.

Ya, Jaemin tau kalau tak semua orang mau menerima kesalahan dengan alasan apapun. Memaafkan itu sulit, walaupun bibir mengatakan iya, tapi memori menyakitkan yang pernah orang itu buat tak akan hilang hanya karena kata maaf.

"Hyung, aku.." Jaemin melirik ke arah lain, dimana ia melihat ke arah pintu seolah menunggu seorang keluar dari sana.

"Ada apa Na?"

Jaemin kemudian mengambil nafas panjang, "hyung.. aku minta maaf. Atas nama mendiang ayahku, aku meminta maaf."

"Kenapa kau yang meminta maaf?"

"Karena.. aku.. hyung, aku tau kau mungkin tidak akan memaafkanku setelah ini tapi, setidaknya kau bisa menerima permintaan maafku, aku benar-benar menyesal. Aku tidak mengakui ini sejak awal, a-a-aku...terlalu takut."

Kepala Jaemin menunduk dalam.

"Nana, aku tidak pernah marah kok ke Nana. Aku bukan orang sinting,"

"H-hyung..."

Taeyong menghela nafas kemudian memaksakan senyum di bibirnya walau hatinya masih sedikit sakit mengingat kalau bocah dihadapannya adalah anak dari pembunuh orang tua Taeyong.

"Aku memang sempat punya pemikiran untuk membunuh Nana,"

Jaemin seketika meneguk ludah dengan kelopaknya yang membelalak. Taeyong berbicara seperti itu dengan wajah tanpa dosa, membuatnya ngeri.

"Tapi setelah aku berpikir dua kali, aku merasa kalau aku tidak harus membalas keburukan dengan keburukan. Iya alasanku klasik, tapi aku tidak ingin derajatku terlihat rendah hanya karena rasa kehilanganku, aku sayang orang tuaku, tapi aku juga sayang dengan diriku sendiri. Mereka sudah berbahagia disana, jadi aku tak perlu repot-repot menghancurkan diriku sendiri yang masih hidup di dunia."

"J-jadi hyung?"

"Iya, aku memaafkan ayah Nana, walau itu terdengar sangat berat. Lagipula ayah Nana juga sudah meninggal, untuk apa juga aku dendam, ya kan? Setimpal sudah."

"Hyung," Jaemin kehabisan kata-kata, makhluk mungil berpiama menggemaskan di hadapannya sungguh mulia. "Hyung, aku berterima kasih padamu."

"Aku juga berterima kasih pada Nana, karena Nana sudah menjadi orang baik sejak dulu."

"Hyung, aku yang berterima kasih padamu.. sejak dulu kau tidak pernah berubah, kau tetaplah Taeyong yang dulu ku kenal." Mata Jaemin berbinar.

"Jaemin mau minum? Aku punya selusin susu di kulkas," Taeyong kemudian membuka lagi pintu kulkasnya.

Apart to come | Jaeyong [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora