Part 9 SEEING HEART

29 1 0
                                    

@rinasetianingrum__writer

NOTE: tulisan ini dilindungi hak cipta (c)


Sejak SMA, Reno memang sudah rutin menghadiri kajian Tarekat bersama Mamo. Halaqah dzikir tersebut cabangnya tersebar di seluruh nusantara bahkan mancanegara.

Secara harfiah, tarekat berarti jalan yang ditempuh berdasarkan syariat oleh seorang thariq untuk menuju jalan hakikat, agar lebih mengenal Allah SWT.

Metode itu sudah ada sejak masa Rasulullah SAW dan dimulai dari para muhajirin yang tinggal di pelataran Mesjid Nabawi dan disebut Ash Shuffah, artinya tempat berteduh. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Bukhari dan Muslim.

Ajaran meninggalkan keduniawian dari hati, atau zuhud itulah yang kemudian berkembang dan dikembangkan menjadi model tarekat.

Pernah Sarah menanyakan pada Mamo, apakah semua orang harus ikut tarekat?

Mamo mengatakan, Allah memilih siapa yang DIA kehendaki, "Kadang ada orang yang menolak, tetapi karena dasarnya sudah ditakdirkan Allah mengikuti jalan itu, ujung-ujungnya pasti ada sesuatu yang membuatnya akhirnya masuk.

Biasanya karena mereka punya leluhur yang sudah mengikuti lebih dulu. Sebab ilmu ini menarik tujuh generasi ke bawah dan tujuh generasi ke atas."

"Berarti aku termasuk, dong? Kan, Mamo udah ikut?"

"Belum tentu juga."

Alm. Ibu Reno lah yang mengajak Mamo masuk. Dia sudah mengikuti perguruan Alm. Syekh Kadirun Malik itu semenjak Sang Mursyd masih hidup. Kini, halaqah dzikir tersebut dipimpin oleh Wakil Talqin, Buya Yahya.

"Sekalipun sudah wafat, sesama wali atau Mursyd itu akan terus terhubung secara bathin. Begitu juga dengan murid dan antar sesama muridnya." jelas Mamo.

"Tapi kalau aku mau ikut, bisa?"

"Hmm ... kadang ada orang yang ingin ikut, tetapi karena ada sesuatu yang menutupi hatinya, atau memang tidak ditakdirkan mengikuti jalan itu, dia tertolak.

Malah ada yang sudah mengikuti jalan ini dengan rajin tetapi akhirnya mental. Bahkan, banyak juga yang tetap rajin mengamalkan tetapi sebenarnya amalannya sia-sia."

"Kok, bisa?"

"Karena nafsu dan kesombongan. Makanya, orang taat belum tentu dekat."

Sarah tercekat. Mungkinkah itu yang terjadi pada Nina? Anak itu seperti memiliki indra keenam. Kadang dia bisa melihat, bahkan sering kerasukan makhluk halus.

Nina sangat bangga dengan "kelebihannya" itu, dan berharap bisa mengasah kemampuannya dengan mengikuti kajian ini.

Ternyata baru mengikuti orientasi saja, pulangnya sudah muntah-muntah?. Datang yang kedua kali, malah kerasukannya kumat?. Yang ketiga kali, sempat membuatnya demam berminggu-minggu.

Mamo cemas dan meminta Wakil Talqin untuk meruqiyah. Namun Wakil Talqin mengatakan, ruqiyah itu tidak akan berhasil jika di dalam hati orang tersebut merasa bangga dan tidak menginginkan kekuatan jin itu keluar dari dalam dirinya.

"Jika dipaksa, kemungkinan besar malah berakibat fatal, tetapi jika tidak dikeluarkan pun, pada akhirnya juga akan menjadi bumerang bagi diri orang itu sendiri."

Mendengar penjelasan itu, Jihan_anak panti yang masih duduk di bangku SD_berseru girang, bahwa Nina memiliki kekuatan genetik yang bisa menyelamatkan dunia.

Spontan Mamo dan Reno terkejut. Mereka menanyakan dari mana Jihan mendapat pikiran itu.

"Dari komik, Mamo."

Comfort In SilenceWhere stories live. Discover now