Ja ikut tersenyum melihat sahabatnya itu tersenyum Bahagia. Ja senang Gulf menemukan pujaan hati yang dinantinya selama ini dan bersyukur ternyata pria itu adalah pria yang baik. Ia tidak akan segan-segan memukul Mew kalau sampai ia melihat Gulf menangis.

Setelah istirahat Ja dan Gulf mengetes program yang sudah dibuat Ja dirobot yang ada di workshop. Setelah dicoba ternyata masih banyak bagian-bagian yang harus diperbaiki. Mereka berdua berdiskusi untuk memperbaiki program itu bersama. Setelah diperbaiki, mereka kembali mencobanya, begitu terus berulang sampai mereka benar-benar merasa sudah tepat dengan program itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 22:00, mereka masih belum selesai memodifikasi robot itu, tinggal sedikit lagi. Saat ini Ja masih memperbaiki bagian yang tadi sudah ia diskusikan dengan Gulf. Gulf lupa ia belum memberi kabar pada Mew. Ia lalu pamit kepada Ja untuk menelpon Mew.

" Halo Phi Mew sudah pulang?" Ucap Gulf kepada orang diseberang telepon.

" Halo, belum, sayang. Aku baru selesai meeting dengan Distar, sekarang kami sedang makan malam. Kau sudah makan?"

" Sudah, Phi. Phi pulang jam berapa?"

" Mungkin sebentar lagi. Kau pulang jam berapa?"

" Aku juga sebentar lagi. Tinggal sedikit lagi yang harus aku periksa. Sekarang Ja masih memperbaiki programnya"

" Ja? Kalian berdua saja?"

" Hhmm, Dalam tim ini kan memang hanya kami berdua. Tidak mungkin aku mengajak Mild untuk ikut membuat program" Ucap Gulf yang mengerti arah pembicaraan Mew.

" Oh, baiklah. Jangan macam-macam ya." Ancam Mew dengan nada bercanda.

" Tenanglah. Aku kan hanya mencintai Phi Mew" Rayu Gulf.

" Pacarku memang pandai merayu."

"Mew! Kau sedang menelpon siapa? Cepatlah!" Terdengar suara diujung telepon.

" Oh, aku sedang menelpon seseorang. Sebentar lagi aku kesana."

" Siapa Phi?" Tanya Gulf dengan perasaan curiga karena dia yakin itu bukan suara Lhong atau Boss.

" Ah, itu Earth. Aku belum bilang ya, Earth adalah manager marketing Distar yang baru. Dia menangani project Fuji Motor."

" Earth? Earth teman SMA mu itu?" Tanya Gulf, kali ini dengan nada suara menyelidik.

" Iya. Memang ada Earth lain? Sudah ya sayang. Aku tidak enak meninggalkan acara terlalu lama. Sampai ketemu nanti. I love you"

" hhhmmm" Gulf segera menutup teleponnya. Ada rasa cemburu dalam hatinya.

Gulf kembali ke ruangan dengan wajah murung dan duduk disebelah Ja.

" Gulf ini sudah selesai. Mau dicoba sekarang atau besok saja?" Tanya Ja ketika Gulf duduk disampingnya sambil tatapan Ja tetap fokus pada laptopnya.

Tidak ada jawaban dari Gulf. Ja lalu menengok ke arah Gulf. Ia kaget melihat Gulf terlihat murung.

" Gulf? Kau tidak apa-apa?" Tanya Ja panik.

Gulf tidak menjawab. Dia hanya menyenderkan kepalanya pada Pundak Ja. Perasaannya tidak karuan. Kesal, marah, sedih, cemburu semua jadi satu. Ia ingin menangis tapi ia tahan sekuat tenaga.

" Gulf, ada apa? Kalau kau ada masalah cerita. Ada hubungannya dengan Mew?" Ucap Ja lembut.

Gulf menggeleng. "Coba programnya besok saja. Aku mau pulang." Gulf membereskan laptopnya.

" Baiklah. Aku antar pulang ya."

" Tidak usah. Aku bisa naik taksi. Biasanya juga begitu"

" Tidak. Aku tidak mengizinkanmu. Kau harus pulang denganku!" Ja tidak akan membiarkan temannya yang sedang kacau itu pulang sendiri. Ini pertama kali Ja melihat Gulf murung seperti itu. Dia akan murung karena pekerjaan kalau pekerjaannya ada yang tidak beres. Tapi tidak akan sesedih ini dan akan menceritakannya pada Ja. Tapi kali ini dia menolak menceritakannya. Pasti ada sesuatu yang tidak beres yang Gulf tidak ingin Ja ketahui.

Gulf hanya mengangguk.

Sepanjang perjalanan pulang Gulf hanya menatap keluar kaca mobil yang gelap. Ja sesekali memperhatikan temannya itu. Dia tidak ingin bertanya lagi pada Gulf. Dia membiarkan Gulf dengan pikirannya.

" Terima kasih Ja. Hati-hati di jalan." Ucap Gulf saat mereka sudah sampai di Lobby apartementnya.

" Gulf, kalau kau ingin bercerita, telepon saja aku. Aku akan mendengarkan apapun ceritamu. Kita masih sahabat, bukan?"

Gulf tersenyum terpaksa dan mengangguk. " Terima kasih Ja. Aku baik-baik saja." Setelah mengatakan itu Gulf keluar dari mobil Ja dan memasuki apartementnya.

Ia masuk ke apartementnya. Masih gelap dan itu artinya Mew belum pulang. Gulf melangkah gontai. Ia melihat Ponselnya, Mew tidak menghubunginya.

Gulf langsung masuk ke kamarnya tanpa mengganti pakaian. Ia meringkuk ditempat tidur dan menarik selimutnya. Memikirkan segala kemungkinan-kemungkinan yang sebenarnya ia tidak harapkan. Banyak ketakutan yang ia pikirkan. Ia takut Mew menyukai Earth lagi. Ia takut Mew meninggalkannya karena Earth. Tak terasa air matanya menetes, ia menangis.

Terdengar suara pintu depan dibuka. Gulf melirik jam di nakasnya. Jam 00: 00. Tadi Mew bilang sebentar lagi akan pulang tapi ia baru pulang tengah malam. Kemana mereka pergi setelah makan? Banyak tanda tanya dalam otak Gulf. Terdengar Mew membuka pintu kamarnya. Tapi Gulf memilih memejamkan matanya untuk berpura-pura tidur. Dia tidak ingin berbicara pada Mew saat ini. Dia takut emosinya pecah.

Bayang-bayang Mew yang menghampirinya masuk kepelupuk matanya yang terpejam.

" Kau sudah tidur? Pasti kau kelelahan sekali sampai tidak ganti baju." Terdengar suara Mew, kemudian terasa elusan tangannya dikepala Gulf yang tidak lama disusul kecupan. Gulf rasanya ingin menangis lagi, tapi ia tahan. Semua perlakuan Mew barusan tidak membuat segala rasa curiga dalam hatinya luntur. Ia ingin bertanya banyak hal tapi ia juga takut menerima kenyataan yang menyakitkan. Gulf terus berperang dengan pikirannya sampai ia tertidur entah pukul berapa. 

TBC~ 

New Chapter~ 

Kasih bumbu dikit ya biar gak terlalu manis. kasian nanti kalian diabetes ..ufufufufu

Terimakasih yang masih nunggu update cerita ini~

jangan lupa vote + Commentnya yaaa

Wuuuvv you banyak-banya pokoknyaaa <3

The Summer You Gave MeWhere stories live. Discover now