01.

361 44 5
                                    

Berbalik sejenak dari semua keruwetan hidupnya, Satria udah mengajukan cuti dari dua bulan sebelumnya untuk pergi ke Lombok. Walaupun tadi partner kerjanya marah-marah karena dia menghilang tiba-tiba, tapi ia tetap nggak mau menggagalkan jadwal liburannya.

Sambil masuk ke vila yang sengaja Satria sewa untuk dirinya sendiri, dia mengeja setiap detail interior yang diusung oleh si pemilik vila. Konsep yang lebih cenderung mengarah ke kontemporer itu ternyata sesuai dengan gambar yang dipasang di aplikasi airb*b. Kamarnya cukup luas, ada dapur, ruang tengah, dan juga balkon yang mengarah ke kolam renang.

Begitu membuka pintu balkon, suasana damai dan hening yang tadi dia dapatkan langsung berubah jadi ramai dan berisik. Matanya menangkap banyak orang yang lagi party di pinggir kolam renang di bawah balkon. Suara musiknya nggak terlalu kencang, tapi suara teriakan dan ketawa dari remaja baru gede yang banyaknya sekitar 10 orang itu cukup mengganggu.

"Bocah-bocah belum kenal kerasnya dunia kaya gini nih," gerutu Satria sambil geleng-geleng kepala. Sebelum masuk lagi dan menutup pintu balkon, dia sempat mengambil satu foto diri sendiri untuk update di social media.






***







Hari pertama di villa, Satria nggak bisa tidur sampai pagi karena suara ribut-ribut dari orang-orang yang sedang party itu semakin menjadi-jadi. Padahal dia sudah tutup kepala pakai bantal, tapi memang dasarnya dia sensitif dengan bunyi-bunyian, dia tetap nggak bisa tidur.

Sampai ke tempat snorkeling dan naik kapal umum untuk ke tengah laut, Satria lagi-lagi dibuat speechless karena dia terpaksa harus satu kapal bareng bocah-bocah tadi malam. Kelompok yang didominasi cewek dan cuma beberapa cowok itu duduk setiap sudut kapal. Kepala Satria sudah pusing, dan sekarang dia harus menghadapi hari yang lebih berat lagi.

"HAHAHA ANJI*G BISA AJA."

Jujur, Satria termasuk cowok yang dididik secara konservatif oleh kedua orangtuanya. Dia masih bisa maklum lihat banyak cewek berbikini yang memenuhi kapal karena memang ada di pantai, tapi dia paling nggak suka dengan cewek yang ngomong kasar. Nilainya langsung minus di mata Satria.

"Malu-maluin banget lo haha."

Satria duduk di bagian kapal paling belakang, menghindari orang-orang sambil main HP. Tapi matanya selalu mengarah ke cewek yang tadi ngomong kasar dan keliatan paling rame di antara semuanya. Paling banyak tingkah, sering mondar-mandir kesana kemari. Kalau dilihat dari mukanya, paling umurnya baru menginjak 20 tahun.

Bocah banget.

"Nah di sini tempat snorkeling nya, ya. Jangan jauh-jauh dari kapal, waktunya satu jam di sini. Nanti kita pindah ke tempat selanjutnya."

Dalam diam, Satria pakai kacamata renang khusus snorkel dan fin di kakinya. Sebelum terjun ke laut, dia melirik lagi ke arah cewek tadi yang cuma diam di atas kapal, ditinggal sendirian, dan memandangi teman-temannya yang nyebur ke laut.

"Nggak ikutan nyebur?" tanya Satria, basa-basi. Padahal cewek itu udah pakai pelampung dan ada kacamata yang sama di tangannya.

"Nggak, mas hehe. Gue takut soalnya gak bisa renang," jawab cewek itu ramah sambil cengengesan. Tapi mata cewek itu malah menjelajah ke tangan kekar Satria yang putih mulus karena cuma pakai kaos sleeveless.

REDAMANCYWhere stories live. Discover now