"Belum, kesiangan tadi," sahutnya.

"PS-an mulu, sih, sampai pagi."

"Nggak ada, ya!"

"Dih? Lo pikir gue nggak tahu apa? Lampu kamar lo aja masih nyala sampai malem banget, gue lihat pas kebangun mau pipis."

Menghela napas, Jeongguk pun pasrah. "Ya lagian belum ngantuk."

Taehyung nyentil dahi si Jeon hingga si empunya meringis, usap-usap bekas sentilan Taehyung yang memerah. "Tidur yang bener, Gguk. Jangan sering begadang, nggak baik. Nggak sehat juga. Yang ada lo sampai sekolah ngantuk-ngantuk, nggak seru."

"Duh, iya—"

"Jangan iya-iya doang! Serius gue! Kurang-kurangin, tuh, PS. Sampai nggak sarapan, kan, lo. Ntar gue samperin tengah malem buat ngecek. Awas kalau masih belum tidur." Taehyung tuding Jeongguk dengan telunjuk, tatapan mewanti-wanti.

Memang. Selain teman popok merangkap tetangga kurang ajar, Taehyung udah kayak kakak buat Jeongguk. Selalu nasehatin—kadang marahin—kalau dia salah, kadang juga ngomel nggak habis-habis kayak Mama. Bedanya Taehyung lebih barbar. Pokoknya Jeongguk cuma bisa nurut aja.

"Iyaaa, Taehyung. Hadeh, bapak gue apa lo."

Sentilan lagi.

"Adaw!"

"Diem. Orang dikasih tau juga. Gue kepret lo lama-lama."

Dan mereka berakhir makan nasi goreng di kantin. Ninggalin kelas. Bolos bentar nggak apa-apa, lah, ya. Namanya orang laper.

Jeongguk itu anak tunggal, sementara Taehyung anak bungsu dari dua bersaudara. Jadi tentu saja Taehyung suka perlakuin Jeongguk kayak adek berhubung dia nggak punya adek. Dan Jeongguk juga oke-oke aja karena dia nggak punya kakak. Dari kecil mereka bareng terus, jadi nggak masalah. Jeongguk nggak begitu gampang bergaul sama orang baru sampai saat itu, dan satu-satunya orang yang bisa dia percaya cuma Taehyung, sekalipun si Kim kadang ngeselinnya nggak main-main.

Sementara Taehyung, dia lebih gampang buat berbaur. Tapi meski begitu, Taehyung lebih suka buat nempel sama Jeongguk ke mana-mana. Udah kayak Upin-Ipin mereka.

Sepulang sekolah, Jeongguk mampir ke rumah Taehyung. Udah kebiasaan. Kadang Jeongguk yang mampir, kadang sebaliknya. Lagian rumah mereka nggak ada sepuluh langkah juga, bosen kalau di rumah sendirian nggak ngapa-ngapain. Ya walaupun kadang mereka juga mampir ke rumah satu sama lain dan nggak ngapa-ngapain—seenggaknya mereka berdua. Gabutnya berdua juga.

Tapi sore ini mereka justru berakhir nonton sinetron di ruang tengah rumah Taehyung. Nggak tahu ide dari mana. Biasanya, mah, ogah nonton begituan. Terus ini lagi penasaran aja—dan keduanya malah hanyut pada jalan ceritanya. Mantengin alur cinta-cintaan anak SMA dan tiba-tiba aja jadi pengen punya pacar.

"Gguk, lo belum pernah punya pacar, kan?"

Jeongguk geleng, ngunyahin keripik di toples. "Lo juga, kan?"

Taehyung ngangguk, nyengir mencurigakan dan beringsut mendekat. Bikin Jeongguk heran. Dahinya mengernyit dengan mulut penuh keripik.

"Gue ada ide," celetuk si Kim, naik-turunin alis.

"Ha?"

"Ayo bikin perjanjian."

"Pakai tanda tangan materai nggak?"

"Nggak usah, ribet. Inget-inget aja pokoknya."

Bergumam, Jeongguk pun ngangguk sambil balik nyemil. "Apa?"

"Kalau sampai umur tujuh belas kita belum punya pacar, kita pacaran aja," Taehyung kembali nyengir, senyum kotak yang selalu jadi andalan. Sementara Jeongguk kedip-kedip lola, nge-pause kegiatan ngunyah sambil tatap Taehyung heran tepat di sepasang mata indahnya yang berbinar.

Ah, indah, ya, Gguk?

"Hmm, ntar gue repot terus kalau pacaran sama lo. Udah sering bonyok-bonyok, kelakuan kayak setan, makan lo banyak lagi, anjir. Bikin bangkrut," Jeongguk merespon sambil kembali sibuk makan keripik buatan Bunda Kim. Enak. Kayaknya bakal habis sendiri sama dia lama-lama.

Taehyung berdecak, cemberut. "Nggak usah pacaran juga lo udah repot duluan sama gue. Bangkrut juga."

"Oh iya. Bener juga."

"Nggak bakal ada bedanya kali, Gguk. Ya, ya, ya? Mau, ya? Nggak seru lo ah!"

"Lo lagi nembak gue secara nggak langsung, ya?"

"Dih, enggak! Orang coba-coba doang. Cuma kalau kita nggak punya pacar aja pas umur segitu! Kalau udah punya, sih, ya udah."

Sebenarnya, Jeongguk juga mikir kalau mungkin ini bakal seru. Lagian dia juga penasaran rasanya pacaran gimana. Jadi kalau misal—misal—dia masih jomblo sampai umur tujuh belas, kayaknya nggak masalah buat nyoba pacaran sama Taehyung.

Iya. Nggak bakal ada bedanya, kan?

Lagian ini Taehyung.

"Oke. Umur tujuh belas," ucap Jeongguk, letakkan toplesnya dan angkat jari kelingkingnya ke arah Taehyung. "Kalau kita sama-sama jomblo, ayo pacaran."

Dan senyuman Taehyung makin mengembang cerah. Manis. Maka Jeongguk nggak sanggup untuk alihkan netranya dari sahabatnya.

Lalu Taehyung kaitkan kelingking mereka.

"Janji?"

"Janji."

Dan begitulah; Jeongguk dan Taehyung buat perjanjian di umur mereka yang ketiga belas, di ruang tengah rumah Taehyung sore-sore selepas nonton sinetron alay dan kemakan pemikiran nggak penting tentang pacaran.

▬▬▬

dor

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

dor. dapet salam dari fetus taekook! <3

17 | kvWhere stories live. Discover now