Chapter 3 : The Moon is Waiting

9 2 1
                                    

Bulan itu menunggu disana. Sangat lama. Meski jarak diantara keduanya tak masuk akal. Bulan itu benar-benar setia menunggunya. Setiap malam. Bulan selalu mencium Serigala itu secara rahasia. Bahkan ketika Serigala belum mencapai puncak tebing tertinggi. Bulan bertanya padanya : Aku juga mencintaimu. Mengapa engkau masih ragu?~

Malam itu, Aku berjalan pulang bersama ibuku setelah kami bermain ditaman kota. aku berjalan dibelakang ibuku beberapa meter. Menendang nendang kerikil dengan sepatu kecilku. Tiba-tiba langit menjadi cerah. Aku menoleh ke langit. Bulan yang tadinya tertutup awan kini menampakkan dirinya. Cahayanya seakan menciumku. Aku terpana. Bulan seakan tersenyum padaku.

Aku kembali berjalan mengikuti ibuku yang sudah berjalan agak jauh. Aku melihat ke bawah menendang kerikil seperti tadi. Aku dapat melihat bayanganku di trotoar. Sambil terus berjalan sesekali aku menoleh ke langit cuma penasaran. Kenapa sejak tadi bulan mengikutiku? aku sedikit berlari menyusul ibu berharap Bulan tak bisa mengejarku. Aku menoleh lagi. Dia tetep mengikutiku. sampai akhirnya BUKK!!

Aku terjatuh. Aku tidak menangis. Kulihat Ibu menghampiriku. Aku bahkan tak merasakan sakit di lutut kecilku yang lecet. Aku kembali menatap langit. Bulan masih disana. Ibu memelukku.

"Kamu tak apa nak? Coba lihat mana yang luka?" Ibu menanyakan sambil melihat lututku. Aku terdiam terpana menatap Bulan. "Nak Kakimu lecet. Ayo pulang. Nanti mama obati dirumah" Ujar Ibu tersenyum.

"Bu… kenapa dia mengikutiku?" tanyaku menujuk Bulan. Ibu hanya tersenyum lalu bilang padaku "Dia mencintaimu… seperti Ibu" lalu Ibu menggandengku pulang. Sesekali menoleh ke belakang hanya untuk melihat Bulan. Dia mencintaiku? Aku tersenyum kecil. Kami menyusuri jalanan yang diterangiu lampu lampu berwarna kuning di sepanjang jalan.

“Itu adalah kisahku 15 tahun lalu” Ucapku pada Oogi, Hanji dan Azra. Teman Band-ku

Namaku Alpha Greyson. Aku sangat menyukai Astronomi. Setelah insiden itu. Aku meminta ibu untuk membelikanku buku-buku bergambar yang berkaitan dengan angkasa. Di umurku yang ke 6 aku sudah bisa menghafal nama-nama planet yang ada di tata surya dan menyebutkan satelit alaminya. Ganymede, Callisto, Andromeda, nama-nama itu seolah melekat dikepalaku. Ibuku yang juga menyukai langit menceritakan padaku banyak hal. Membuatku semakin tertarik dengan angkasa. Cintaku pada Bulan meluas. Meluas kepada seluruh benda angkasa yang berada di sekitar Bulan.

Pada umur 10 tahun. Cintaku pada Bulan membawaku mempelajari Filsafat. Filsafat tentang Bulan yang dirindukan Serigala. Dikatakan bahwa serigala begitu mencintai bulan. Cinta. Kata kuncinya adalah cinta. Ibuku juga sering mengatanknanya. Beliau sering mengatakan bahwa benda-benda yang ada di langit dan di bumi saling mencintai. Aku percaya ibu. Walau sekarang ketika besar itu hal yang tak masuk akal, tapi filsafat membuatku memahami bahwa tak semua hal harus masuk akal.

Aku jadi tertarik dengan Filsafat Cinta yang digagas oleh Jalaluddin Rumi dan gurunya, Shamz At-Tabreezi.  Ibuku kembali membelikanku buku-buku Filsafat cinta. Lalu memasukkanku pada sekolah Filsafat ketika SMA. Semua filsafat tentang Cinta dan Rindu yang kupelajari semua berawal dari kekagumanku pada sosok Bulan. Hal yang terus muncul dikepalaku adalah. Bisakah Serigala sepertiku ini dicintai oleh Bulan? Rumi menceritakaknnya dengan indah lewat puisi-puisi dalam bukunya.

Berkenaan dengan Serigala, teman-temanku di SMA menjuluki ku “Serigala Penyendiri”. Julukan ini juga berlaku bahkan ketika aku masuk perguruan tinggi. Aku tidak mengerti mengapa mereka menjulukiku seperti itu. Sejujurnya aku tidak kesulitan berinteraksi dengan orang lain. Hanya saja aku lebih suka berjalan sendirian. Itu bukan berarti aku tak punya teman. Justru ada beberapa mahasiswa yang mendekatiku mengajakku berteman. Aku begitu senang.

Zylgwyn, teman-teman memanggilku begitu. Aku mahasiswa baru jurusan Astronomi Fakultas Sains dan teknologi. Seperti yang kuceritakan pada temanku tadi. Aku begitu mencintai Bulan.

Aku tinggal di asrama yang agak jauh dari kampus. Berangkat menggunakan motor CB jadul milik ayah yang sudah diberikan padaku. aku biasa berangkat ke kampus sedikit terlambat sebab ada tugas wajib di asrama.

Ingatan itu masih benar-benar segar dikepalaku. Dimalam hari sebelum Ospek aku bermimpi mencapai puncak tebing melihat bulan. Waktu itu Bulan sabit. Tapi begitu indah dimataku. Sejak dulu selalu begitu. Aku tak peduli dengan fase bulan. Dia tetap cantik dimataku. Rasanya damai berada di puncak, hanya berdua dengan sang Bulan.

Pagi hari, Hari dimana ospek itu berlangsung, aku melihat seolah sosok Bulan terefleksikan pada seorang gadis. Aku sempat membantah diriku, Entah cuma perasaanku saja atau….  Sekilas aku melihatnya. Aku bersikeras pada diriku. Gadis yang memakai pita merah yang sama denganku. Mataku mengikutinya lewat sela-sela kerumunan mahasiswa. Sambil sesekali menatap tanah keheranan. Aku merasa begitu aneh. Bahkan di SMA sekalipun aku tak pernah merasa aneh seperti ini. Seorang gadis cantik berambut merah panjang menghampirinya. Kulihat dia tersenyum padanya. Tanpa sadar bibirku juga ikut tersenyum.

Satu hal yang kutau adalah dia berada di fakultas yang sama denganku. Mungkin aku bisa melihatnya setiap hari, walau cuma berpapasan. Setidaknya aku bisa melihatnya setiap hari.
Di asrama, aku menulis lagu dan memankan gitar. Sebab begitu banyak kata yang tak bisa kukatakan langsung. Aku lalu menuliskannya. Mencampurnya dengan melodi yang kubuat sendiri. Duduk dijendela kamar sambil menatap Bulan membuatku sedikit tenang. Inikah perasaan Serigala ketika sedang merindukan Bulan? tanyaku berbisik dalam hati. Aku mulai memetik senar gitar yg sedak kupeluk dan menyanyikan lagu yang baru saja kutulis:

I’m staying up here in the sky so lonely
Those million stars were neighbor they surround me
They stay there but no impact internally
Now my heart just feels … like empty

I wandering through forest in the cold night
And when I looked up to the sky it’s so bright
Thinking that you wait for me makes me feel right
Put a little courage, I’m not afraid

Chorus:
We’re both fell in love
With someone we can’t reach it up
But we’ve both trying to keep it up
Our hands connected intertwine
I want you be my part of life…

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Moon & The WolvesWhere stories live. Discover now