#DL - 9

929 116 31
                                    



Selamat membaca🌼

Hari sabtu pagi menuju siang di rumah dari ke-lima anak cowok yang bersahabat ini terbilang sunyi. Pasalnya, semua masih terlelap dalam alam mimpinya. Terkecuali Brian yang sekarang terdiam di balkon kamarnya sambil merasakan kegabutan yang menghampirinya. Brian yang pagi ini sudah bangun dari tidurnya adalah suatu hal yang sangat amat jarang atau bisa dibilang kemungkinan akan terjadinya sangat minim.

Kopi di pagi hari dengan sepuntung rokok ditangannya mengisi kesendirian Brian. Matanya memandang pemandangan di depannya, yaitu rumah Archiera. Seketika kepalanya menunjukkan ide untuk mengirim pesan untuk Archiera.

Brian
Cirrrr
Cieraa

Sekitar lima menit belum ada balasan dari Archiera, Brian berencana untuk menelponnya. Ketika Brian ingin menekan telfon panggilan, Brian melihat Archiera keluar dari pintu rumahnya.

"CIRRRR!!" Teriak Brian sangat keras.

Teriakan Brian membuat Archiera mencari keberadaan suara tersebut. Karena Archiera masih belum tau darimana suara itu berasal, Brian kembali berteriak.

"DISINI CIRR! DIATASS!"

"Ohh, APAAA?!"

"MAU KEMANA NENG??"

"PASAR."

"ABANG ANTER. TUNGGU DISITU DIAM JANGAN BERGERAK."

Tanpa mendengar atau bahkan meminta jawaban apakah Archiera mau atau tidak, Brian segera mengambil jaketnya dan juga mengambil kunci motor Jae untuk ia gunakan pergi ke pasar bersama Archiera.

Archiera juga mengikuti apa yang Brian katakan padanya. Ia pikir juga lumayan, daripada harus naik mobil ke pasar dan juga sendirian. Lebih baik diantar dan ada yang menemani. Atau lebih tepatnya membawakam barang belanjaanya.

"Ayo Neng, kita tancap gas!"

Perjalanan dari residence menujur pasar tradisional yang dituju tidaklah jauh. Hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit dengan kendaraan motor. Tadinya, Brian kira Archiera akan pergi ke pasar modern tetapi tidak. Archiera mengarahkan ke pasar tradisional yang biasa ia kunjungi setelah pindah ke rumahnya yang sekarang.

Archiera memulai perjalanannya untuk berbelanja hal yang ia perlukan dengan Brian yang mengintil Archiera di belakang. Tawar menawar antar pembeli dan penjual telah dimulai. Brian dapat akui, Archiera sangat pandai menawar. 

"Pak de! Regane tomate piro?"
(Pak de! Harga tomatnya berapa?)

Tenang. Archiera tidak secara tiba-tiba menggunakan bahasa jawa kalau tidak punya tujuan. Tujuannya menggunakan bahasa jawa karena pedagang yang akan ia melakukan proses tawar menawar adalah orang jawa. Archiera tidak asak menebak juga. Melainkan dari jauh Archiera sudah melakukan screening terlebih dahulu.

"Mbaknya pengun tuku pinten?"
(Mbaknya mau beli berapa?)

"Ndak banyakk. Setengah kilo wae."

"Yo wes pitung ewuu, Mbak."
(Ya udah tujuh ribu, Mbak)

"Opo? Piro? Pitung ewu? Mboten purun, awis. Puniki mah tigang ewu, Pak Dee!"
(Apa? Berapa? Tujuh ribu? Mahal amat. Ini mah cuma tiga ribu, Pak de!)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Denial ; YoungKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang