"Ini akan sedikit pusing."

Ctak-!

Meski ia sudah sering melakukan teleportasi dengan Lucian, tetap saja ia merasa pusing dan mual pada perutnya. Sesaat kemudian, kaki telanjangnya terasa melayang dan mendarat pada permukaan tanah yang dingin.

"Bukalah matamu."

Perlahan ia membuka mata dan...

"U.. uwaaaah..."

Langit gelap yang mendominasi, dan hamparan bunga menyala dalam gelap layaknya kunang-kunang malam.

"Ini..."

"Bunga Lumiere..."

Annika menatap hamparan menyala didepannya saat ini, begitu indah dan sangat menarik, bunga Lumiere yang terkenal langka ada didepan matanya dalam bentuk 1000 hamparan bunga menyala.

"Sebentar lagi ulang tahun mu, kau ingin apa?"

"Memang wajib kau memberi hadiah?"

"Aku harus, karena tiap tahun kau selalu memberikan ku hadiah yang luar biasa, aku juga harus memberikan hadiah yang luar biasa juga."

"Begitu? Hmm, aku ingin melihat bunga Lumière."

"Ayolah, jika kau menginginkan bintang aku bisa saja mengambil nya untuk mu, kenapa harus setangkai tanaman menyala itu?" Protes nya kesal.

"karena kupikir akan sangat menyenangkan kau bisa memberikan nya padaku nanti."

Annika menoleh kearah Lucian yang tersenyum hangat padanya diantara bunga-bunga yang bergoyang karena lambaian angin itu, rambut pirang cerahnya ikut bersinar karena pantulan cahaya dari bunga tersebut.

"Selamat ulang tahun... Annika..."

"Ugh...ini...ini luar biasa, Ian..."

Mata Annika berkaca-kaca, padahal itu adalah kejadian dua tahun lalu, ia sendiri bahkan sudah lupa bahwa ia ingin mendapatkan bunga Lumiere sebagai hadiah ulang tahunnya sendiri.

"Ini....hadiah terbaik..."

Annika menutup wajahnya yang terasa benar-benar panas saat ini, ia malu dengan wajah merahnya saat ini didepan Lucian. Bagi Lucian yang melihat hamparan itu sendiri mendekati Annika Dan menariknya dalam dekapan.

"Kenapa kau menangis? Kau tidak suka?"

"Aku...aku bukan tidak suka... Ini indah, sungguh, ini luar biasa.... Hiks, hiks, hiks..."

Ia tidak berniat menangis saat ini, sungguh, mungkin ini adalah faktor dari campuran emosinya yang kesal pada Ethan tadi. Benar, mungkin itulah alasannya ia menangis dalam dekapan Lucian saat ini.

"...apa kau sedih dengan Ethan yang akan pergi?"

"Ba.. bagaimana kau tahu?"

Lucian mengangkat kedua bahunya seolah sedang bermain-main, tidka mungkin ia mengatakan bahwa ia mendengar seluruh percakapan mereka.

"Aku mengenalmu dengan cukup baik. Kau sering mengucapkan nya didalam surat selama aku ekspedisi kemarin."

"...."

Annika mengangguk dalam diam dan membiarkan lucian mengelus hangat kepalanya saat ini.

"Dia teman yang baik."

"....aku tahu..."

"Tapi aku merasa bersalah....dia...dia..."

"Menyimpan perasaan padamu?"

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now