"Astaga!" terdengar suara Dodi yang tiba-tiba menepuk dahinya.

"Kenapa, Dod?" Wira bertanya dengan alis berkerut.

"Gara-gara Bang Satria nanya air putih gue jadi inget kalo tempat minum gue ketinggalan di motor..." ia meringis sebelum mengambil duduk di sela-sela Jamile dan Bram.

"Astag—Dodi!" terdengar suara ibu manager kami itu menggerutu. "Mohon maap nih ya di sebelah Jeff masih luas 'kan tuh, kenapa demen banget lo nyempil-nyempil nih saya tanya" omelnya sambil menepuk-nepuk lengan dodi.

"Hehehe..." Dodi hanya cengengesan, tanpa memindahkan posisi tubuhnya sama sekali.

Gue menyeruput minuman gue lagi sembari membiarkan riuh yang memenuhi ruangan ini merasuki benak gue.

"Tumben lo udah pada teler aja jam segini?" Satria yang akhirnya menyerah mencari minuman 'halal' memposisikan dirinya duduk di sebelah gue dan Wira di sofa.

"Bukan gue bukan gue" Bram dengan cepat meletakkan gelas minumannya di lantai dan mengangkat tangan. "Jeff noh, belom-belom udah curhat aja"

"Kaga anjirrrr" gue merengut. "Gue tuh tadi cuma kepikiran—"

"Kepikiran April?" Wira memotong.

Bram menjentikkan jarinya sambil mengangguk-angguk pelan. "Tepat sekali"

"Kenapa lagi sih lo sama April? Ada apaan lagi nih?" Chris mendongak untuk menatap gue dengan alis terangkat.

"Lah lo nggak tau?" Jamile dengan cepat menyambar. "Kan kemarenan baru ketemu lagi tuh mereka gara-gara bapaknya April masuk RS"

"Hah bokapnya Kak April masuk RS kenapa?" Dodi bertanya.

"Serangan jantung." gue menyahut cepat.

"Asli??" Chris membulatkan matanya, tampak terkejut dengan jawaban tersebut.

"Eh, ngomong-ngomong gimana keadaan bokapnya sekarang, Jeff?" Satria bertanya, nadanya terlihat benar-benar ingin tahu.

Gue mengangkat bahu. "Pas kemarin ke sana sih syukurnya udah stabil, nggak tau deh sekarang masih dirawat di RS apa nggak..."

"Lo nggak kabar-kabaran lagi sama April setelah kemaren itu?" tanya Jamile dengan kedua alis tertaut.

Gue menggeleng pelan. "Nope..."

"Jadi waktu itu lo langsung cabut aja gitu abis lo ketemu dia di RS?" kini giliran Bram yang bertanya.

"Yep..." Gue menyesap minuman di gelas gue sebelum mengangguk lagi dengan berat. "Lagian emang gue mau ngapain lagi coba?"

"Ya follow-up kek. Gimana keadaanya sekarang, masih dirawat apa udah pulang, gitu-gitu" Jamile menyerocos. "Emang ya laki tuh pada nggak peka semua."

"Wetsetsetsets... mohon maap, ibu kenapa jadi ikutan curhat?" Wira melongokkan kepalanya untuk menoleh ke arah Jamile dengan senyum jenaka.

"Coba, coba... siapa yang nggak peka, Mil, hm?" Satria menimpali dengan senyuman sejenis.

"Siape sih?" Bram menatap kami dengan bingung, kemudian menoleh ke arah Jamile. "Siapa, Mil? Janu? Emang masih?"

"YEAAAAAA KESEBUT" Wira tertawa keras sambil bertepuk tangan.

Jamile mendengus dan menenggak minumannya cepat. "Ck kenapa jadi guaaaaa. 'Kan kita lagi ngomongin dia nih" ia menggesturkan dagunya ke arah gue yang tengah ikut tergelak bareng Wira.

"Lah lah, nggak lah. Siapa coba yang mancing ngomong-ngomong nggak peka? Hm? Hm?" gue mencondongkan tubuh ke arah Jamile sambil menaik-naikkan alis gue.

"Ish rese lo emang!"

Satu geplakan dari Jamile, dan tawa pun kembali merebak di 'ruang tengah' apartemen satu kamar ini.

Gelas-gelas minuman saling bergantian terisi, semetara percakapan dan canda terus mengalir di antara kami. Malam yang seharusnya kami agendakan untuk membicarakan rencana showcase dan syuting video klip ini pun perlahan bergeser menjadi sesi curhat tentang kehidupan. Tentang cinta yang telah pergi, yang belum sempat terjadi, keresahan masa lalu, masa kini, masa depan, dan apa-apa yang ada di antaranya.

Semakin larut malam, semakin larut pula saturasi alkohol yang masuk ke sistem gue. Tapi gue belum mabuk, nope, segini sih itungannya gue masih tahan. You know, kalau urusan minum, gue nggak se-lemah Senja yang baru dua gelas aja biasanya udah langsung berisik dan sempoyongan.  Hahaha.

"Fix aku nggak akan pernah ngizinin kamu minum sendiri, EVER"

"Whaaaaat whyyyyy? I'm fine? I'm... look at me, liat aku sini liat. Aku bisa berdiri aku bisa jalan... nih, nih tuh I'm walking... I'm walking to the car..."

"Sayang, itu mobil orang."

"...whoops. Mirip... Hehe..."

"Nope. I will never let you drink on your own."

"Sama Dena sama Theta boleh?"

"...Ya oke mereka pengecualian"

"Sama... anak-anak kantor?"

"Uh-huh. Nope."

"Saammmaaaa... anak-anak Komunikasi?"

"Asal ada Dena sama Theta, okay."

"Sama Mila? Sama Enam Hari? Sama kamu?"

"Mereka sepaket sama aku. So yeah sure. I'll just make sure you don't go too hard"

"Hehehehehehehehe. Love you."

"I know."

"Cuma 'i know' doang????"

"Hahaha iya iya, Cantik. Love you too... and more"

...

...

...

Sial, Jamile benar. Maybe I do miss her.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

A/N:

Fyi... Ngechat-nya dalam kondisi sadar lho itu... Hehe...

HollowWhere stories live. Discover now